Mohon tunggu...
Eva K Holm
Eva K Holm Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tukang insinyur yang doyan jalan jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hari-hari Kegelapan di Skandinavia

25 November 2012   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:42 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desember adalah bulan pertama musim dingin di belahan bumi utara, tapi sejak November hari hari sudah mulai gelap dan dingin, terlebih di negara yang saya tinggali di Denmark, dimana angin kencang, kabut dan hujan gerimis adalah "makanan tiap hari" Sudah tujuh tahun lebih saya tinggal disini, namun masih susah untuk membiasakan diri dengan keadaan musim dingin. Sebenernya bukan soal dinginnya, tapi soal kegelapannya.

Mungkin banyak yang di Indonesia tidak tahu bahwa negara2 yang di utara memiliki perbedaan yang besar sekali antara panjangnya siang dan malam di musim panas dan musim dingin. Di musim panas matahari baru terbenam jam 10-11 malam, bahkan sewaktu musim panas lalu di Bergen, saya masih ngobrol dengan santainya di restaurant bersama2 kolega kantor tidak menyadari bahwa jam sudah menunjukkan setengah dua belas malam. Kenapa? Karena masih sunset diluar sana. Sementara di musim dingin, kebalikannya. Matahari enggan muncul dan cepat2 kembali lagi ke peraduannya. Sunrise di Denmark adalah sekitar jam 7.30 pagi akhir bulan November ini sementara sunset sekitar jam 3.45 sore. Hari hari akan terus menjadi semakin pendek sampai tanggal 21 Desember, hari terpendek dalam setahun dan setelahnya matahari mulai menambah jam "kekuasaan"nya lagi. Ini juga kenapa banyak orang menderita depresi "winter blues", karena kekurangan cahaya matahari. Bayangkan saja, pergi ke kantor / sekolah masih gelap, pulang kantor / sekolah sudah gelap juga. Tubuh manusia juga gampang "dibohongi". Ketika hari sudah gelap namun jam masih menunjukkan jam 3 atau jam 4, badan sudah terasa lelah dan mengantuk, rasanya ingin dibawa tidur saja.

Sewaktu saya tinggal di Oslo, Norwegia tahun 2009-2010, saya sempat merasakan depresi ini karena matahari baru terbit sekitar jam 9 pagi dan terbenam lagi jam 3 sore kurang. Sampai rasanya ingin membeli lampu khusus yang membantu menghilangkan depresi ini. Caranya? Ya hanya duduk di depan lampu itu selama kurang lebih 30 menit tiap hari. Banyak orang yang mendapat manfaat dari lampu ini. Untungnya waktu itu saya sudah keburu pindah kembali ke Kopenhagen, jadi tidak terlalu depresi lagi. Hari hari akhir pekan seperti hari Minggu ini saya biasanya habiskan dirumah, sudah malas mau keluar secara di luar berkabut dan hujan. Lebih enak membaca buku atau menonton film dirumah dibawah lapisan selimut tebal di sofa ruang tamu. Walaupun jam sudah menunjukkan jam 9 pagi, matahari masih enggan muncul, jadi lampu2 dirumah harus dinyalakan seperti layaknya "maghrib" di Indonesia.

Kegelapan ini juga salah satu alasan kenapa orang Skandinavia menyukai lilin2 dimana2

Lampu diruang lain pun ikut terpaksa menyala, supaya memberi terang di dalam rumah

Kalau gini memang sudah enaknya menyeruput teh panas sambil membaca buku :) Selamat hari Minggu untuk semuanya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun