Mohon tunggu...
Zainul Kutubi
Zainul Kutubi Mohon Tunggu... Administrasi - Menceritakan sesuatu lewat tulisan

Suka menulis puisi di tumblr: tulisanzainn.tumblr.com | ig: @zkutubi | twitter: @Al_kutub | Email: Al_kutub@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tiga Tips untuk Millenial dalam Mengelola Keuangan

4 Oktober 2020   13:57 Diperbarui: 4 Oktober 2020   14:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saving ilustration (sumber: undaw.co)

Tajuk mengenai generasi millenial selalu menarik untuk dibahas, dari berbagai macam aspek. Lantas siapa saja yang dikelompokkan ke dalam generasi millenial? Generasi millenial atau yang disebut dengan generasi Y adalah generasi yang lahir antara tahun 1981-2000, atau yang saat ini berusia 20-40 tahun.

Sejatinya memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, banyak pakar mengelompokkan generasi ini lahir dalam rentang 1980 sampai 2000.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun hingga 40 tahun di tahun  2020 diperkirakan berjumlah 83 juta jiwa atau 34% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta jiwa.

Aspek Ekonomi menarik untuk dibahas tak terkecuali di kalangan millenial. Bagaimana perilaku ekonomi kaum millenial? Karakteristik millenial? Hingga, peran millenial dalam sektor industry?

Banyak harapan yang ditumpukan kepada generasi ini dalam memberikan inovasi dalam bidang ekonomi. Karena millenial mempunyai karakter yang unik, hidup dan tumbuh bersama teknologi yang serba digital, yang pada akhirnya menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompetensi di segala bidang.

Menghasilkan SDM yang berkompetensi tidak bisa berjalan mulus jika para generasi ini tidak melek financial atau tidak bisa mengatur neraca keuangan mereka. Banyak stigma negativ yang di alamatkan kepada millenial mulai dari prilaku konsumtif, hingga perilaku life style yang kurang baik.

Berikut adalah tips untuk millenial dalam rangka mengelola keuangan :

  • Memilih dan memilah teman

Terkadang teman sangat mempengaruhi pola pikir kita dalam melakukan segala tindakan. Terutama yang berkaitan dengan ekonomi. Jika berteman dengan teman yang boros dalam mengatur dan mengelola isi dompet, kita akan terjerumus dalam lubang keborosan.

Lantas apa hubungannya dengan keuangan? Jelas ada, contohnya study kasus ini. Di kalangan millenial party dan staycation mungkin sudah lumrah terjadi sebagai bagian dari gaya hidup. Namun, sangat tidak lumrah jika hal tersebut dijadikan rutinitas.

Aktifitas tersebut tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari orang terdekat yang sudah pasti mempunyai hobby tersebut. Kemudian mempengaruhi pola pikir kita, dengan demikian life style atau gaya hidup pun meningkat diikuti dengan biaya pengeluaran yang sudah jelas meningkat.

Jika sudah seperti itu tidak terfikirkan lagi bagaimana caranya menabung dan mengatur keuangan secara rapih, jangan berbicara menabung jika kita tidak dapat mengatur isi dompet sendiri.

Oleh karena itu cara terbaik menghindari lingkungan seperti contoh di atas adalah dengan keluar dari circle atau lingkaran pertemanan itu sendiri, jauhi teman-teman yang tidak memberikan dampak positiv dalam kehidupan kita.

  • Bisa membedakan need and wants

Dalam istilah ekonomi ada teori yang bernama need and wants, apa pengertian dari need and wants itu?. Need dalam Bahasa Inggris artinya kebutuhan, segala sesuatu yang ingin dipenuhi yang berasal dalam diri manusia. Contohnya rasa lapar, rasa haus, kebutuhan sosial, kebutuhan akutualisasi diri.

Sedangkan wants artinya ialah keinginan, sesuatu yang orang inginkan (ambisi), baik langsung maupun di masa depan. Tidak seperti kebutuhan, keinginan antara satu individu dengan individu lainnya sangat berbeda.

Dalam mengelola keuangan, rintangan yang terberat ialah menahan segala hasrat keinginan akan sesuatu yang ingin kita beli. Contohnya dalam hal berpakaian atau fashion, seringkali kita membeli baju atau celana serta aksesoris lainnya berdasarkan keinginkan, bukan berdasarkan kubutuhan.

Contoh lainnya dalam hal makanan dan minuman, para millenial seringkali memilih makanan dan minuman berdasarkan keinginkan dan bukan kebutuhan. Apakah tidak boleh? jelas boleh dong. Namun, jika hal tersebut dijadikan rutinitas, artinya kita termasuk dalam golongan konsumtif.

Hal yang mendasar dalam mengatur neraca keuangan pribadi ialah bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, diiringi dengan pendapatan dan pengeluaran. Jika keinginan lebih besar terpenuhi dari kebutuhan, maka ada yang salah dalam pengelolaan keuangannya.

  • Melek Investasi

Mungkin hal yang membedakan seorang millenial yang dapat mengelola keuangan dengan yang tidak dapat mengelola keuangan ialah melek akan investasi. Sudah dijelaskan bahwa millenial hidup selaras dengan teknologi digital, sangat disayangkan jika tidak peka akan manfaat dari investasi itu sendiri.

Saat ini banyak perusahaan Financial Teknologi atau fintech yang menawarkan berbagai macam investasi dengan segala keuntungannya. Dan industry sektor keuangan fintech ini berlomba-lomba menggarap pasar millenial dengan pendekatan dan strategi yang mengimplementasikan semangat para millenial. Tinggal bagaimana sikap kita, aware atau tidak dengan banyaknya penawaran-penawaran tersebut.

Investasi tidak hanya melalui fintech, sebenarnya banyak pilihan untuk berinvestasi, ada tabungan, deposito, sampai investasi emas.

Tabungan menjadi langkah awal dalam berinvestasi, karena gaji atau pemasukan keuangan kita biasanya melalui rekening tabungan, besar atau kecil saldo kita ialah cerminan diri kita.

Jika kita ingin berinvestasi jangka pendek atau menengah, bisa memakai deposito. Deposito adalah simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Jangka waktunya antara lain 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

Alaternatif investasi lainnya ialah dengan melakukan investasi emas, ada beberapa yang dapat dipilih saat ingin menggunakan emas sebagai lahan investasi, yaitu emas dalam bentuk perhiasan, batangan, dan koin.

Sebenarnya masih banyak cara-cara berinvestasi yang lainnya. Namun poinnya ialah cobalah dengan menata dan merapihkan alur keuangan pribadi masing-masing, jangan sampai isi dompet kita berantakan karena tidak bisa mengatur keuangan.

Pengaruh gaya hidup yang dinamis ditambah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan menjadi tantangan bagi generasi millenial untuk mengatur neraca keuangannya, maka dari itu mulai sekarang melek investasi, bedakan kebutuhan dan keinginan, serta dapat memilih dan memilah teman yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun