Mohon tunggu...
Zainul Kutubi
Zainul Kutubi Mohon Tunggu... Administrasi - Menceritakan sesuatu lewat tulisan

Suka menulis puisi di tumblr: tulisanzainn.tumblr.com | ig: @zkutubi | twitter: @Al_kutub | Email: Al_kutub@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona dan Persepsi Sebagian Masyarakat yang Kurang Tepat

22 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 22 Maret 2020   06:08 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: (alodokter.com)

Virus Corona atau Covid-19 penyebarannya semakin berkembang di Indonesia. Sampai hari ini Sabtu (21/3/2020), sudah terjadi 450 kasus di Indonesia, 20 diantaranya sembuh dan 38 dinyatakan meninggal dan sisanya dirawat (https://corona.jakarta.go.id/id).

DKI Jakarta sebagai daerah terbanyak yang mengalami kasus Corona telah mengambil beberapa sikap. Mulai dari pembatasan moda transportasi baik layanan Busway, LRT, MRT maupun Commuter Line. Selain itu per Senin (16/3/2020), semua sekolah dari jenjang SD sampai tingkat SMA diliburkan selama 14 hari.

Mulai Senin 16 Maret 2020, pemberlakuan kerja dari rumah atau work from home juga diterapkan oleh Pemda DKI Jakarta. Melalui surat per tanggal 20 Maret 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan memperpanjang penghentian sementara kegiatan perkantoran. Seruan itu berlaku 14 hari terhitung mulai dari tanggal 23 Maret 2020 sampai dengan tanggal 5 April 2020.

Sikap Pemda DKI Jakarta tersebut secara langsung meminta masyarakat untuk membatasi diri menjalin kontak fisik dengan banyak orang, yang memungkinkan virus menular dari individu ke individu lainnya.

Berdiam diri di rumah, jangan ke luar rumah jika tidak mendesak dan menghindari perkumpulan yang berpotensi mengundang kerumunan orang banyak. Contoh-contoh seperti ini yang disebut dengan social distancing.

Selama isu-isu dan kasus corona berkembang pesat mulai dari Wuhan China, Januari silam. Sampai kini tersebar di Indonesia.

Praktik kesadaran dengan selalu menjaga kesehatan dan social distancing sebenarnya mulai digaungkan oleh mereka yang berlatar belakang ahli kesehatan, baik itu individu, lembaga ataupun komunitas. Dan kemudian hal tersebut diterapkan oleh orang-orang yang peka terhadap isu-isu tersebut.

Contoh kecilnya yaitu dengan memakai masker jika berkegiatan di luar rumah, selalu rajin mencuci tangan baik dengan sabun maupun dengan hand sanitizer. Pola-pola seperti itu sebenarnya telah galakkan sedari Januari.

Dan puncaknya ketika virus corona ini telah berkembang pesat di Indonesia awal Maret 2020. Kewaspadaan selalu ditingkatkan baik oleh mereka yang sudah waspada jauh-jauh hari maupun mereka yang mengabaikan dan menganggap sepele perihal penyebaran virus ini.

Terkait penyebaran virus corona atau covid-19 yang begitu cepat di Indonesia, ada beberapa sikap yang disikapi oleh sebagian masyarakat kita. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi maupun pengalaman dari teman-teman sekitar.

Dalam beberapa minggu ini ketika sedang berada di tempat umum, entah itu di halte atau di stasiun dan sebagainya. Ketika ada seseorang yang batuk atau bersin pasti perasaan kita khawatir dan sebisa mungkin untuk menghindar dari orang tersebut. Ya, hal demikian memang salah satu antisipasi paling gampang yang bisa dilakukan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. Social distancing adalah menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang lain dan menghindari kerumunan untuk mencegah penularan penyakit.

Menghindari dan menjauhi orang yang sedang batuk dan bersin memang hal yang lumrah ketika keadaaan yang sedang terjadi belakangan ini. Namun, mengeluarkan gestur jijik terhadap orang yang sedang batuk atau bersin, itu sebuah ketidak lumrahan. Jaga jarak boleh, tapi mengeluarkan bahasa tubuh dan gimik menjijikan terhadap orang batuk dan bersin ialah salah satu hal menyakitkan.

Seakan-akan orang yang batuk dan bersin itu membawa virus corona, padahal itu bisa jadi batuk dan flu biasa, apalagi bersin dan batuk yang di lakukan hanya sekali. Menghindar secara cepat dari orang yang batuk dan bersin mungkin langkah yang tepat. Dan jika hal tersebut tidak ingin menimpa anda mungkin hal yang tepat ialah berdiam diri di rumah jika tidak ada hal yang mendesak, sesuai arahan Pemerintah.

Poinya mungkin kita harus lebih bijak dalam menghadapi wabah virus corona ini, jaga diri dengan baik. Namun akan lebih baik jika tidak menyinggung orang lain ketika sedang bersin dan batuk.

Contoh lainnya  beberapa sikap terkait wabah virus corona yang disikapi oleh masyarakat kita. Ketika ada pelarangan agar tidak melakukan kegiatan Sholat Jum'at di Masjid dan di gantikan Sholat Dzuhur di rumah. Ada sebagian teman-teman di kantor tidak melaksanakan Solat Jum'at, ketika ditanya mereka menjawab "gue ikutin anjuran MUI ajalah".

Iya, MUI memang menganjurkan untuk tidak sholat Jum'at di Masjid dan digantikan dengan Sholat Dzuhur di rumah masing-masing. Anjuran itu berlaku jika seseorang berdiam diri di rumah atau sedang menjalankan work from home, rasanya sah-sah saja demi meminimalisir penularan virus corona.

Namun, akan terasa aneh jika pada hari Jum'at orang itu masih berkegiatan di kantor, dan masih bisa makan siang di kantin dekat masjid. Namun, tidak mau Sholat Jum'at dengan dalih "ngikutin anjuran MUI". Sebuah hal unik yang terjadi di Negri kita.

Contoh yang lain ketika awal-awal terjadi kasus corona di Indonesia, orang-orang sibuk berbelanja kebutuhan pokok secara berlebihan. Atau yang biasa kita dengar dengan istilah panic buying. Fenomena panic buying dapat menyebabkan kelangkaan barang akibat lonjakan permintaan dalam waktu singkat.

Dikutip dari katadata.co.id, ketua umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengimbau masyarakat Indonesia tidak melakukan punic buying akibat fobia wabah corona di Indonesia. "Karena tindakan yang berlebihan itu justru membuat kepanikan baru disaat seluruh kebutuhan masyarakat sebetulnya dapat terpenuhi," ujar Roy.

Itulah sebagian kecil contoh dan persepsi yang kurang bijak dari masyarakat kita perihal menghadapi wabah virus corona. Mungkin contoh-contoh di atas pernah anda lihat atau anda alami. Entah itu sebagai saksi mata, korban, ataupun pelaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun