Akhir 2019 Jakarta diliputi hujan yang cukup deras sedari sore sampai malam. Ketika itu saya berada di barisan belakang saat Shalat Maghrib di masjid sekitar rumah, setelah salam dan selesai Shalat biasanya sang Imam membaca dzikir dan kemudian dilanjutkan dengan do'a-do'a.
Namun, saat itu berbeda. Sang Imam belum juga mengeraskan kalimat serta bacaan dzikirnya tiba-tiba dari shaf atau barisan belakang ada kegaduhan, dan semua orang dikagetkan dengan hentakan keras berbunyi "elu, elu, elu, setan semua" sambil menunjuk jari manis kata-kata itu di arahkan kepada tiga anak kecil yang mungkin usianya masih di bawah sepuluh tahun.
Lebih parahnya kata-kata itu terlontar dari seseorang yang cukup dikenal di daerah sekitar yang biasa disebut dan dipanggil dengan Ustadz.
Saya tidak habis pikir memang, seorang Ustadz yang seyogyanya memberi panutan dan keteladanan malah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan. Terlebih kata-kata itu di arahkan kepada anak-anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, yang memang hakikatnya usia-usia seperti itu tidak luput dari canda dan tawa.
Sepenglihatan saya dan sependengaran saya ketika itu anak-anak kecil tersebut memang saling bercanda antara teman-temannya. Namun, nampaknya hal tersebut masih bisa ditolelir karena pada saat itu saya melihat kegaduhan tersebut intensitasnya tidak tinggi, bahkan cendrung sedang dan lambat.
Kegaduhan berupa canda dan tawa yang dilakukan oleh seorang bocah memang menjadi hal yang biasa, karena memang pada saat usia-usia itu mereka belum bisa menimbang dan memilih mana yang seharusnya wajar dan tidak wajar ketika dilakukan.
Dalam bahasa agamanya mereka yang masih berusia dini disebut belum akhil baligh. Dalam hukum Islam akhil baligh artinya menunjukan seseorang telah mencapai tingkat kedewasaan.
Menyoal kebiasaan buruk anak-anak ketika berada di Masjid, mungkin hal yang paling utama ialah menasehati dan mengedukasinya, susah memang. Namun, jika tidak kita nasehati, dengan cara apa memberi pengertian kepada anak-anak kecil itu?. Apakah dengan cara membentak dengan umpatan keras seperti contoh Ustadz di atas?, tentunya tidak.
Oleh karena itu sabar adalah kunci utama dalam menghadapi anak-anak. Mungkin Ustadz tersebut khilaf atau lepas kendali sehingga membentak anak-anak?, ahh rasanya tidak.
Beberapa tahun yang lalu di tempat yang sama, saya menyaksikan dan mendengarkan dengan mata dan kepala saya sendiri kejadian serupa dilakukan oleh orang yang sama. Namun, bedanya saat itu terjadi saat Shalat Jum'at.