Mohon tunggu...
Kutilang
Kutilang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

LGBT, KPI yang Paling Bertanggungjawab

24 Februari 2016   05:34 Diperbarui: 24 Februari 2016   07:04 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Karni Ilyas ILC dari davenirvana1.wordpress.com"][/caption]
Ilc merasa masih perlu membicarakan masalah LGB dengan
kembali membuka diskusi tentang LGBT, merangkap pelecehan
seksual terhadap anak dibawah umur( dalam kasus ini mungkin
anak hampir dewasa,he he..). Dengan judul yang spesifik "
Aduh Bang Syaiful".

Kasus LGBT/publik figur ini memang merangsang untuk
ditayangkan (AKTUAL! lihat saja judulnya,whua ha ha..). Kasus
LGBT abang Syaiful ini memang menarik buat publik. Publik
awam dan penggemar selebritis, publik politik
(pemerintah,DPR,karena dipersembahkan ole ILC), terlebih
publik hukum. Tapi tidak untuk saya(kalaupun saya nonton itu
cuma karena sudah berlangganan dengan Ilc).

Namun ada yang menarik  buat saya pribadi, dimana pada

 ILC semalam 23-2-2016 bang Karni Ilyas(idola saya
yang masih punya gengsi intelektual),sebagai pembawa acara
diskusi telah menunjukkan sikap kurang simpatik terhadap
peserta diskusi(pengacara SJ). Terlalu emosi sehingga tidak
paham dengan perkataan nona Elly tentang "wanti wanti kepada
anak buahnya", yang artinya menyadarkan anak buahnya untuk
tahu diri,untuk kepentingan para artis rekan profesi mereka.
Jangan sampai ada yang norak minta tanda tangan,foto bersama,
atau ngemis.

Kembali kepada masalah LGBT,rasanya sudah jenuh mendengar
pernyataan,pendapat pendapat para pakar, nara sumber yang selama ini
saya lihat hanya kebanyakan cuma menyisir muara dan
menengadah ke langit, tidak banyak memberikan solusi untuk
mengantisipasi ngetrendnya LGBT di tanah air,atau
menghapuskan LGBT(kalau dianggap bisa dihapus).

Meraka hanya menjerit, teriak, memaki, memvonis LGBT dari
kotaknya masing masing. Mereka menganggap LGBT adalah
penyakit. Mereka takut dan menganggap individu LGBT bisa
menularkan penyakitnya kepada orang yang bukan LGBT dengan
kontak langsung kepadanya. Padahal ada kontak tidak langsung
yang justru menjadi biang utama ngetrendnya, modelnya LGBT
yang lagi ramai sekarang ini di tanah air. Biang penular itu
adalah "Televisi !"

Tahukah mereka televisi bisa menularkan jiwa LGBT? Tahukah
mereka pengaruh televisi sangat besar dan kuat bagi penularan
LGBT? Tentu saja mereka tahu !

Tapi tahukah mereka televisi penyebar nomer satu jiwa LGBT ?
Tahukah mereka bahwa penanganan televisi(acara) adalah satu
satunya/konci utama bagi bahayapenyebaran penularan model LGBT yang
sekarang lagi meresahkan Indonesia ?

Saya ragu !

Karena pada setiap dialog, diskusi, tentang LGBT, (yang saya
lihat) selalu yang jadi obyeknya adalah kasus kasus
terjadinya peristiwa LGBT, dan tingkahlaku kaum LGBT. Dimana
KPI menjadi pakar atau narasumber. Padahal yang seharusnya,
dialah KPI yang menjadi obyek dalam diskusi penanganan LGBT.

KPI adalah satu satunya konci penyelesaian rame rame soal
LGBT ditanah air sekarang ini. KPI adalah konci terakhir !

KPI bisa diibaratkan pintu air, yang apabilah pintunya ditutup
maka ikan ikan hias ini akan mati kekurangan air. Yang
tinggal cuma ikan betok sama ikan sepat yang memang sudah
biasa tinggal diselokan.

Saya baru tahu nama KPI di acara ILC 16-2-2016 kemarin. Saya
tidak tahu kapan KPI ini didirikan, jadi maaf saya tidak tahu
apa yang telah banyak dikerjakan KPI. Yang saya tahu banyak
yang tidak dikerjakan pemerintah dalam hal hal penangan
acara acara televisi ditanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun