Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sustainability Prosperity : Bisakah Digapai Dalam Dunia Yang Belum Seimbang

17 Januari 2025   05:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   21:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi Ekologis diperlukan restorasi ekosistem. Menghidupkan Kembali hutan, lahan basah, dan ekosistem lainnya melalui reforestasi dan konservasi. Melakukan konsep pertanian Regeneratif dengan meningkatkan Kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, dan ketahanan iklim. Pengelolaan sumber daya berbasis lokal juga sangat penting dilakukan dengan memberikan kekuasaan kepada komunitas lokal untuk mengelola sumber daya secara bijak.

Semua pendekatan transformasi kemakmuran berkelanjutan harus berpegang pada prinsip Holistik, Intergenerasional, dan adaftif. Holistik merujuk pada pendekatan keterkaitan antara ekonomi, masyarakat, dan ekologi dan memahaminya bahwa satu elemen tidak bisa diperbaiki tanpa memperhatikan yang lain. Intergenerasional artinya memastikan bahwa kebutuhan generasi saat ini terpenuhi tanpa mengurangi peluang bagi generasi mendatang. Sementara Adaftif bermakna membangun system yang fleksibel dan mampu berafatasi dengan perubahan global, seperti perubahan iklim atau krisis ekonomi.


Paradigma Baru

Merubah mindset masyarakat memang tak semudah membalik telur dadar, kalau pun salah membaliknya tetap enak dimakan. Merubah minset atau cara berpikir perlu revolusi cara berpikir. Disinilah Pendidikan dan budaya memegang peranan penting. Masyarakat perlu diajak mengubah cara berpikirnya dari konsumsi menuju koeksistensi. Dari eksploitasi menuju harmoni. Jadi, Kemakmuran berkelanjutan bukan hanya soal kebijakan, tapi revolusi cara berpikir.

Kalau Selandia Baru telah memprioritaskan kesejahteraan dalam anggaran nasionalnya. Dan Bhutan memiliki  "Gross National Happiness" menempatkan kebahagiaan rakyat di atas pertumbuhan ekonominya.  

Kalau untuk Indonesia, mungkin "Indeks Kesejahteraan Nusantara" (IKN) bisa menjadi Indikator baru yang menggantikan ketergantungan pada GDP sebagai tolak ukur keberhasilan. Focusnya pada Kesejahteraan Sosial, yang diukur dari akses masyarakat terhadap Pendidikan,Kesehatan, dan peluang ekonomi. Lalu Keseimbangan Ekologis, menilai perlindungan terhadap hutan, laut, dan keanekaragaman hayati, sekaligus mengurangi jejak karbon. Kebahagiaan Kolektif, yang memadukan tradisi gotong royong sebagai dasar nilai sosial. Dan Budaya Lokal, yang menghitunh kontribusi budaya, adat, dan bahasa daerah dalam memperkuat identitas nasional.

Sebuah Visi Untuk Masa Depan

Pelajaran tentang waktu terkadang banyak orang yang tak mengerti. Detik, menit,..hari dan bulan berlalu tanpa disadari. Tanpa perubahan berarti. Padahal sejatinya waktu adalah kemewahan yang tidak lagi kita miliki. Dia pasti pergi dan tak kembali lagi.

Sama halnya dengan Kemakmuran Berkelanjutan tidak akan datang dari satu kebijakan besar atau satu inovasi teknologi. Ia lahir dari Revolusi Cara Berpikir. Lahir dari tindakan kolektif dimana pergeseran budaya, keberanian politik, dan rasa tanggung jawab global yang mendalam terjadi.

"Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita; kita meminjamnya dari anak cucu kita." Sebuah mantra warisan bumi yang harus dihayati makna dalam realita sesungguhnya. Bumi tak seperti bait lagu kasih sayang seorang ibu. "...hanya memberi tak harap kembali...". Bumi setelah memberi berharap kembali, dengan menjaganya, merawatnya, dan melestarikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun