Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sustainability Prosperity : Bisakah Digapai Dalam Dunia Yang Belum Seimbang

17 Januari 2025   05:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   21:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doughnut Economics sebuah model ekonomi Kate Rawort | Thebigrais.fr

Tidak hanya merusak lingkungan, sistem ini juga menciptakan ketimpangan sosial. Negara berkembang "diperbodoh" menjadi supplier bahan mentah yang merusak alam dan meninggalkan jejaknya secara nyata. Yang berujung pada ketidakadilan ekonomi. Sebuah paradok kehidupanpun terjadi: Pertumbuhan yang dirayakan sebagai kesuksesan, justru menggerogoti fondasi ekologis yang menopang kehidupan.

Menurut Hickel, dunia tidak kekurangan sumber daya, tapi kekurangan kebijaksanaan untuk menggunakan sumber daya secara bijak. Alih-alih mengukur keberhasilan dengan pertumbuhan tak terbatas, ia menyerukan keseimbangan antara manusia dan alam. Prinsip utamanya adalah: cukup, bukan lebih.

 

Sebuah Alternatif Sederhana Namun Revolusioner

Adalah Kate Rawort, Wanita ekonom Inggris yang memperkenalkan konsep Doughnut Economics sebuah model ekonomi yang menyeimbangkan antara kebutuhan dasar manusia dan batasan planet. Salah satu konsep model yang tengah popular dalam konsep sustainability. Anda tahu donat? Bayangkan. Lingkaran dalam mereperestasikan kebutuhan dasar manusia (makanan, air, Pendidikan Kesehatan, dan sebagainya). Lingkaran luar adalah batas ekologis panet bumi. Diantara kedua lingkaran, adalah zone aman dimana manusia dapat berkembang tanpa merusak lingkungan. Sebuah penggambaran sederhana namun revolusioner.

Bagaimana mempraktekkannya ? Itulah tantangannya. Negera-negara maju digambarkan sebagai Narrator ulung. Juru kampanya penyelamat bumi. Paling jago kalau ngomong konsep berkelanjutan. Menjadi pencipta fatwa keberlanjutan. Tapi faktanya?  Mereka tetap menjadi konsumen terbesar energi fosil di dunia. Bagi negara berkembang kondisi ini menjadi sebuah dilemma besar. Tak mungkin rasanya mengejar pembangunan tanpa mengulangi kesalahan yang sama ?

Doughnut Economics sebuah model ekonomi Kate Rawort | Thebigrais.fr
Doughnut Economics sebuah model ekonomi Kate Rawort | Thebigrais.fr

Transformasi Menuju Kemakmuran Berkelanjutan

Menuju kemakmuran berkelanjutan memerlukan transformasi yang harmoni di tiga dimensi utama sustainability. Ekonomi, Sosial, dan ekologis. Sebuah proses sistemik. Bertujuan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Memastikan kesejahteraan jangka panjang tanpa merusak planet bumi.

Ekonomi Regeratif menjadi pilar utama dengan pengalihan kegiatan ke ekonomi hijau. Sistem berbasis energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil. Energi surya, angin, dan hidroelektrik menjadi pilihan utama. Desain Circular economy yang mengadobsi model ekonomi melingkar. Menekankan daur ulang, penggunaan ulang, dan pengurangan limbah. Apresiasi dan penghargaan terhadap nilai non-material dengan investasi berfocus di sosial, Pendidikan, dan Kesehatan.

Dari aspek Keadilan Sosial harus dilakukan redistribusi kekayaan. Mengurangi kesenjangan enonomi melalui kebijakan progresif seperti pajak karbon, upah minimum yang layak, dan program kesejahteraan universal. Inklusi sosial dengan memberikan akses yang adil terhadap Pendidikan, Kesehatan, air bersih, dan kesempatan kerja bagi semua kalangan, termasuk kelompok marginal. Mendorong partisipasi komunitas masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan Keputusan, terkait isu-isu yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun