Namun pelaku biro perjalanan wisata dengan spesialis Out Bound akan banyak mengeluhkan pengeluaran rupiah yang lebih banyak untuk membayar tiket, restaurant, sewa bus, hotel dan lain-lain untuk mempertahankan kualitas pelayanan paket tournya di luar negeri sana.
Keperkasaan nilai dolar AS yang tinggi memaksa Rupiah takluk dan harus memberikan nilai lebih banyak untuk mencapai nilai yang setara.
Antara Harapan dan Realitas
Sebagai garda terdepan dalam menjaga stabilitas rupiah, Bank Indonesia telah banyak mengeluarkan berbagai jurus andalan.
Dari intervensi di pasar valuta asing menggunakan cadangan devisa untuk menahan laju pelemahan rupiah. Menaikkan suku bunga acuan secara bertahap untuk menjaga daya Tarik investasi portofolio. Hingga kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga inflasi, membantu menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas nilai tukar.
Upaya meningkatkan ekspor dan mengurangi import terus dilaksanakan pemerintah. Diversifikasi produk ekspor dan pengurangan ketergantungan terhadap impor menjadi opsi terbaik dan strategis yang diharapkan mampu memperbaiki neraca perdagangan dan mendukung penguatan rupiah.
Selain upaya-upaya yang agresif dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif yang mampu mengalirkan modal asing ke Indonesia agar memperkuat nilai tukar rupiah.
Pemerintah pun turut bergerak dengan memperkuat kerja sama ekonomi regional. Skema Local Currency Settlement (LCS) yang telah diterapkan dengan beberapa negara mitra diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada dolar dalam transaksi perdagangan internasional.
Seperti dalam setiap cerita epik lainnya, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Kebijakan moneter ketat memiliki konsekuensi memperlambat laju kredit dan investasi domestik. Di sisi lain, ketergantungan pada komoditas masih menjadi titik lemah yang perlu segera diatasi melalui diversifikasi ekonomi.
Mampukah Rupiah Kembali Perkasa?