Sebuah sungai di sisi timur seakan menjadi pembatas kota tua Porvoo di Finlandia. Memberi ketenangan dan kenyamanan kota yang didominasi rumah-rumah kayu dengan design tradisional unik dan warna menarik. Sentuhan romantik sungai Porvonjooki ini lebih terasa saat autum dan winter. Menjadikan kota tua Porvoo yang penuh dengan keunikan dan sejarah ini menjadi salah satu koleksi kota tua indah di dunia. Jembatan batu dengan pembatas kayu sederhana menjadi salah satu jalan untuk menyusurinya.
Porvoo mungkin tidak setenar Venesia di Italia; Cairo di Mesir; Argos di Yunani; Alepo di Suriah; atau tidak sepopuler Jerusalem dan Jericho di Palestina sana.
Namun bila kita berkunjung ke Finlandia salah satu negari indah di Scandinavia, maka Kota tua Porvoo harus menjadi agenda wajib untuk dikunjunginya.
Terletak di Pantai Selatan, teluk Finlandia. Tepatnya di bagian timur wilayah Uusimaa. Sekitar 35 kilometer (22 mil) sebelah timur perbatasan kota Helsinki dan sekitar 50 kilometer (30 mil) dari pusat kota.
Porvoo merupakan destinasi wisata yang popular dan menarik dengan bangunan-bangunan abad ke-18 dan ke-19 yang terawat dengan sangat baik. Termasuk di dalamnya Katedral Porvoo yang berasal dari abad ke-15.
Jembatan batu dengan pembatas kayu sederhana menjadi pilihan group kami menelusuri kota tua Porvoo, Finlandia, di pagi hari cerah pada 21 Juni 2024. Sungai Porvonjooki terlihat mengalir tenang.
Beberapa ekor bebek lokal berwarna dasar abu-abu dengan corak hitam yang dominan, terlihat berenang mencari makan di sisi Sungai. Ketenangan air sungai seakan menjadi lingkungan yang nyaman bagi mereka.
Di sepanjang pinggiran Sungai Porvonjooki terlihat banyak rumah-rumah kayu berwarna-warni.
Dinding kayu putih dengan atap hijau, Dinding dengan list putih pada jendela dan batas tingkat dengan atap hitam, dinding kuning dengan atap coklat, dinding merah maroon dengan atap abu-abu, dan masih banyak lagi kombinasi warna-warni lain yang sangat menarik dan memikat mata untuk melirik dan memandangnya.
Namun di beberapa titik pinggiran Sungai Porvonjooki terdapat rumah-rumah kayu yang berwarna Merah Maroon dengan atap abu-abu atau hitam. Seakan mendominasi warna-warna rumah lainnya.
Rupanya warna merah maroon tersebut memiliki sejarah tersendiri. Konon Ketika kedatangan Raja Swedia, Gustav III, penduduk Porvoo menghormatinya dengan mengecat rumah mereka dengan warna merah maroon tersebut.
Dari titik inilah kami memulai langkah, menelusuri kota tua Porvoo yang unik dan penuh sejarah, salah satu dari enam kota abad pertengahan di Finlandia lainnya, seperti Turku, Ulvila, Rauma, Naantali dan Vyborg yang kesemuanya mulai disebut dalam teks-teks tertulis pada abad ke-14.
Maka mulailah kami bergaya di depan camera smartphone. Menjadikan jembatan batu, Sungai Porvonjooki dan rumah-rumah tua-tua Porvoo sebagai latarbelakang foto-foto kami. Semua peserta tour secara otomatis bergaya dan memilih latarbelakang masing-masing.
Beberapa penduduk lokal yang sedang bersepeda, atau berjalan kaki bersama anjing kecilnya hanya tersenyum melihat gaya kami. Mereka semua sudah maklum dengan aneka gaya dan tingkah laku turis-turis asing yang datang berkunjung ke kota tuanya.
Kota tua yang memiliki dua bahasa resmi (Bilingual) yang bertutur dalam bahasa resmi Finlandia, sekitar 64 % dan Bahasa Swedia 28 %, dan 8 % bertutur dengan bahasa lainnya.
Memulai eksplorasi kota tua Porvoo dari jembatan batu ini memiliki dua pilihan rute jalan. Pertama, jalan lurus mendaki persis di depan ujung jembatan. Berupa Jalan berbatu yang disusun rapih seperti batu conblock.
Jalan ini cukup mendaki dengan kemiringan pendakian sekitar 15 derajat. Jalan yang banyak dipilih oleh group tour, seperti group tour dari Korea dan Jepang yang datang hanya berselisih belasan menit dari kedatangan group kami.
Untuk mereka yang relatif sudah berusia lanjut apalagi memiliki masalah pernapasan atau kendala dengan kakinya atau mereka yang menggunakan kursi roda, jalan ini tidak disarankan untuk ditempuh. Terlalu berat dan sulit.
Namun kami melihat group tour dari Jepang dan Korea yang datang setelah kami tetap memilih jalan ini untuk memulai eksplorasinya di kota tua Porvoo. Walaupun terlihat beberapa diantaranya telah berusia lanjut.
Kami memilih alternatif jalur ke dua. Karena dalam group kami ada dua orang yang menggunakan kursi roda. Sebuah jalan di sisi kanan ujung jembatan batu.
Jalan yang cukup lebar berbalut batu alam sementara Sungai Porvonjooki mengalir di sisi kanan jalan.
Sambil berjalan santai di jalan berbatu beberapa peserta terus mengabadikan momen indah kota Porvoo. Nama kota yang diambil dari Bahasa Swedia Borga, yang berasal dari kata Borg, yang bermakna “Benteng” atau “Sungai”.
Kota tua Porvoo ternyata telah dihuni sejak zaman batu. Pada zaman prasejarah, Sungai porvoonjoki merupakan jalur perdagangan suku Tavastian Finlandia yang Sebagian besar mendiami daerah pedalaman.
Porvoo dijajah oleh Swedia pada abad ke-13 dan ke-14 setelah Perang Salib Kedua melawan Tavastia pada tahun 1249–1250. Penjajahan dipimpin oleh Gereja Katolik dan kerajaan Swedia.
Penyebutan tertulis tertua tentang Porvoo berasal dari awal abad ke-14. Pada sekitar tahun 1380, Porvoo menjadi kota ketiga di Finlandia yang diberikan hak kota resmi, setelah Turku pada tahun 1229 dan Ulvila pada tahun 1365.
Namun, kota ini juga diklaim telah didirikan sejak tahun 1347, menjadikannya yang tertua kedua setelah Turku. Karena kenaikan daratan dan hilangnya akses pelayaran, Ulvila kehilangan hak kota atas Pori di dekatnya pada tahun 1558.
Ketika Swedia kehilangan kota Vyborg ke Rusia pada tahun 1721, tahta uskup dipindahkan ke Porvoo pada tahun 1723. Saat ini, Porvoo merupakan kota terbesar kedua di Finlandia.
Setelah berjalan kurang lebih seratus meter. Kami mengambil jalan sedikit menanjak kearah kiri. Menyusuri jalan datar ber conblok batu alam berwarna merah maron dan kehijauan dark, sementara rumah-rumah kayu dengan desain menarik berwarna putih, marah tera cotta, kuning emas, abu-abu serta kombinasi warna-warna tresebut mengapit jalan yang kami lalui.
Sebagian besar rumah sudah merubah fungsinya sebagai toko, rumah makan, café atau menjual aneka cendramata, tanpa merubah bentuk utama rumah tersebut. Hanya merenovasi dan mengecat ulang. Sehingga keindahan rumah-rumah tua tersebut tetap terjaga.
Hampir semua rumah-rumah di kota tua Porvoo tampil dengan gaya arsituktur tradisonil yang berciri khas. Sebagian besar menggunakan kayu. Ornament jendelanya kotak atau dengan lengkung di atasnya. Jeruji jendela berbentuk kubus atau segiempat.
Dinding rumah dicat dengan aneka warna, dari kuning terang hingga kuning salmon, Dari warna putih hingga ke abu-abuan. Banyak rumah yang berwarna merah maroon, Coklat terang hingga ke warna coklat susu. Menjadikan Porvoo dihiasi aneka warna yang menarik.
Sementara jalan-jalannya berhias diri dengan batu-batu alam yang disusun rapi dengan kombinasi warna batu alam merah maroon dan hijau ke abu-abuan. Di setiap sudut rumah selalu ad ataman dengan aneka bunga yang berwarna-warni. Yang kehadirannya memberi nuansa ceria dan Bahagia.
Dalam kebakaran besar pada tahun 1760, sekitar dua pertiga dari seluruh bangunan di Porvoo habis terbakar. Pembangunan Kembali kota Porvoo dilakukan tanpa mengubah perencanaan tata kota sebelumnya. Bangunan baru dibangun di atas fondasi abad pertengahan yang sudah ada.
Porvoo terkenal dengan "Kota Tua" nya, (Vanhakaupunki dalam bahasa Finlandia, Gamla Stan dalam bahasa Swedia), memiliki pola jalanan abad pertengahan yang padat dengan sebagian besar rumah kayu dari abad ke-17 dan ke-18.
Kota Tua ini hampir dihancurkan pada abad ke-19 oleh rencana kota baru, tetapi rencana tersebut dibatalkan karena perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Count Louis Sparre.
Titik pusat kota tua adalah Katedral Porvoo abad pertengahan, yang terbuat dari batu dan bata. Sebuah katedral gereja Lutheran Injili Finlandia yang dibangun pada abad ke-15, meskipun bagian tertuanya berasal dari abad ke-13.
Katedral ini memberi namanya pada Porvoo Communion, sebuah perjanjian antar gereja antara sejumlah denominasi Anglikan dan Lutheran. Katedral Porvoo adalah pusat Keuskupan Borgå, keuskupan berbahasa Swedia di Finlandia (Borgå adalah nama sebutan Porvoo dalam bahasa Swedia).
Katedral ini juga digunakan untuk kebaktian oleh paroki Porvoo yang berbahasa Finlandia, yang secara administratif merupakan bagian dari Keuskupan Helsinki.
Gereja ini pertama kali menjadi katedral pada tahun 1723, ketika keuskupan Viipuri (Viborg) (sekarang Keuskupan Tampere) berpindah ke Porvoo, setelah Vyborg diserahkan ke Rusia dalam Perjanjian Nystad.
Awalnya terbuat dari kayu. Dinding batu pertama dibangun antara tahun 1410 dan 1420, dan sekitar tahun 1450, gereja ini diperluas 4 meter (13 kaki) ke arah timur dan 6 meter (20 kaki) ke arah selatan. Gereja telah berkali-kali dihancurkan oleh api, pertama pada 1508 oleh pasukan Denmark dan pada 1571, 1590 dan 1708 oleh pasukan Rusia.
Pada tanggal 29 Mei 2006, atap luarnya runtuh dalam kebakaran, tetapi langit-langit bagian dalam tidak rusak dan interior katedral masih utuh. Seorang pria berusia 18 tahun dihukum karena pembakaran dan dijatuhi hukuman enam setengah tahun penjara. Katedral dibuka kembali pada 2 Juli 2008.
Perkembangan penduduk dan kebutuhan akan pertumbuhan, sebuah rencana dibuat untuk sebuah kota baru yang dibangun berdekatan dengan Kota Tua, mengikuti rencana jaringan listrik, tetapi dengan rumah-rumah yang tidak semuanya terbuat dari kayu.
Kota baru Porvoo dilengkapi dengan fasilitas modern lainnya, seperti pusat belanja K-Mart, Studio, Restaurant, Gedung perkantoran dan bisnis dan bangunan-bangunan fungsional lainnya yang dibutuhkan penduduk setempat. Kota baru Porvoo yang berada di sisi barat. Jalan raya yang dibuat seakan memberi batas antara kota tua dan kota baru Porvoo.
Pada 1997 kota lama Porvoo secara resmi dibubarkan. Lalu kota Porvoo dan kotamadya pedesaan Porvoo dikonsolidasikan membentuk kota baru yang tetap diberi nama Porvoo.
Menelusuri kota tua Porvoo rasaya begitu mengasyikan. Menyaksikan keunikan arsitektur dan tata ruang abad 18, dengan suasana kehidupan yang harmonis dan tenang. Melupakan sejenak kehidupan modern di kota-kota besar yang terasa menyesakan dengan bangun beton tinggi dan perumahan penduduk yang padat.
Sama seperti halnya semua kota-kota tua di dunia yang harus terus kita jaga, Porvoo juga merupakan salah satu tua di Finlandia yang menjadi salah satu koleksi kota tua dunia yang harus kita jaga kelestariannya bersama.
Jkt/08072024/Ksw/100
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H