Sebuah cara berpikir yang telah dikemukakan filsuf dan ilmuwan Aristoteles, lebih 2000 tahun lalu. Ia percaya bahwa, kita belajar lebih banyak memahami prinsip-prinsip dasar dari suatu subjek. Dan mendifinisikan "First Principle Thinking" sebagai basis pertama dari mana sesuatu diketahui. Sebuah asumsi dasar yang tidak bisa dideduksi atau diuraikan lebih jauh lagi. Sebuah fundamental atau esensi sebenarnya dari suatu subjek. Cara berpikir inilah yang telah diadopsi Elon Musk, pengusaha kreatif dan inovatif sehingga mampu membangun dan mengembangkan Tesla Inc, Solarcity, SpaceX, dan PayPal.
Yang membedakan seorang yang disebut "kreatif dan inovatif" dengan orang "biasa-biasa saja" adalah cara berpikir atau sudut pandangnya terhadap suatu subjek. Baginya subjek selalu dipandang secara lebih mendalam. Dicari esensi sebenarnya, sehingga ia menemukan asumsi dasar yang tidak bisa diuraikan atau di deduksi lebih jauh lagi. Cara pandang atau cara berpikir seperti inilah yang disebut dengan "First Principle Thinking".
Memahami Konsep "First Principle Thinking"
Bahasa sederhananya adalah, Cara berpikir dengan mengedepankan asumsi yang paling mendasar dari suatu subjek atau persoalan. Nyaris tak berbeda dengan cara yang digunakan para ilmuwan saat melihat suatu subjek atau masalah. Ia tak mengasumsikan apapun terhadapnya. Tapi memulainya dengan pertanyaan, "Apa hal sesungguhnya yang harus kita ketahui?" atau "Apakah yang telah terbukti dari subjek atau masalah ini?"
First Principle Thinking, dapat digambarkan dengan perumpamaan mengupas sebuah bawang Bombay. Kita akan memulainya dengan mengupas kulit ari, kemudian mengupas lapis demi lapis bagian bawang tersebut, hingga kita bertemu dengan bagian terdalamnya yang sudah tidak bisa dikupas lagi. Inti inilah yang disebut dengan asumsi dasar. Esensi sebenarnya suatu subjek yang tidak bisa diurai atau dideduksi lebih jauh lagi.
Atau dapat kita bayangkan ketika kita ingin memahami sesuatu yang jatuh dari atas ke bawah. Mengapa bola, daun, buah di pohon dan semua benda jatuh ke tanah. Hal yang menjadi prinsip utama dari semua kejadian ini adalah karena adanya, gravitasi. Gravitasi adalah asumsi dasar yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut. Tak perlu menjelaskan mengapa gravitasi ada. Yang harus kita terima adalah semua ini adalah kenyataan, sehingga dengan memahami prinsip gravitasi, kita dapat menguraikan fenomena jatuhnya benda dengan lebih baik.
Cara berpikir ini adalah salah satu strategi yang efektif untuk memecahkan masalah yang kompleks dan menghasilkan Solusi-solusi yang genuine atau orisinal. "Bukan kaleng-kaleng", istilah anak zaman now. Pendekatan ini boleh jadi juga merupakan cara terbaik untuk belajar secara mandiri. Walau mungkin perlu penelitian lebih mendalam untuk membuktikannya.
Ketika Elon Musk Menggunakan "First Perspective Thinking"
Cara berpikir inilah yang dikembangkan oleh Elon Musk dalam mengembangkan konsep bisnisnya yang berbasis energi bersih ramah lingkungan. Ketika dihadapkan issue penggunaan energi fosil yang banyak menimbulkan esimi karbon dan merusak lingkungan, ia berpikir untuk menemukan cara untuk mengubah industry secara keseluruhan. Maka ia mulai menggali hal yang sangat mendasar dalam industry energi ini.
Dalam benak Elon Musk mungkin timbul pertanyaan, "bagaimana cara mengubah industry yang selalu menggunakan energi fosil dan menimbulkan emisi karbon" Jawabnya mungkin "energy bersih". Ini adalah prinsip utama yang tidak memerlukan deduksi lebih lanjut.
Juga ketika ada keinginan dalam pikiran Elon Musk untuk merancang kendaraan listrik yang lebih efisien, maka ia akan bertanya, "Apa yang menjadi prinsip utama dalam mengatur efisiensi energi?". Mungkin ia akan menemukan jawaban, "Hukum kekekalan energi". Ini adalah prinsip dasar utama yang tidak memerlukan deduksi lebih lanjut. Dengan memahami hukum ini, Elon Musk merancang kendaraan Listrik meminimalkan pemborosan energi.