"Dalam parameter keberhasilan literasi sebuah negeri, pendidikan, akses ke pendidikan, kampanye literasi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, dan kesadaran masyarakat menjadi faktor penilaian pencapaian angka indeks literasi. Walau tidak bisa dijadikan alat ukur yang general, karena setiap negara selalu memiliki tantangan yang unik dalam upaya meningkatkan literasi penduduknya."
UNESCO pada 2023 memberi nilai indeks literasi Indonesia di peringkat 71 dari 77 negara, dengan skor nilai 372.0. Menurut UNESCO, dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 yang memiliki minat membaca. Sebuah penilaian yang sangat memprihatikan untuk sebuah bangsa yang memiliki aneka ragam budaya, namun budaya litersinya sangat rendah.
Penelitian Program for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) juga memberi penilaian, 91,58%.Â
Masyarakat Indonesia berusia 10 tahun ke atas diklaim lebih memilih suka menonton televisi atau film dibanding membaca. Faktanya memang media sosial, streaming film, dan aneka game online merangsang secara instan dibanding buku atau bacaan lainnya.
Selain dua Lembaga dunia di atas, masih ada beberapa Lembaga yang memiliki kompetensi dalam mengukur dan membandingkan Tingkat literasi pada negara-negara di dunia, antara lain; World Bank, UIS (UNESCO Institut for Statistics), dan Global Partnership for Education (GPE) -- mitra global yang berfocus pada pendidikan dasar.
Dengan menggunakan data survei, tes, analisis yang komprehensiflembaga-lembaga tersebut membuat dan mempublikasikan peringkat literasi negara-negara dunia. Tentunya dengan metodologi dan kriteria yang berbeda mengakibatkan hasil peringkat dapat sangat variatif. Ini harus disikapi dengan bijak oleh semua pihak.
Faktor dan Parameter Penilaian Indeks Literasi
UNESCO dan lembaga-lembaga dunia yang memiliki kredibilitas dan kapabilitas menilai indeks literasi suatu bangsa dengan parameter seperti pendidikan, akses ke pendidikan, kampanye literasi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, dan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menjadi barometer pengukuran utama. Semakin berkualitas pendidikan suatu bangsa, semakin tinggi potensi warga negeranya memiliki pendidikan yang sangat baik. Yang menghasilkan generasi yang berkualitas dan berproduktifitas tinggi.
Di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan yang kuat dan merata di hampir semua tingkatan pendidikan, cenderung memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi.