# Bagian Kedua Mengekplorasi Keindahan Labuan Bajo dan Jalur Perjalanan Kapal Pinisi Yang Penuh Pesona#
"Menapaki puncak tertinggi Pulau Padar bagaikan menguji kekuatan kaki dengan hadiah pemandangan indah sejauh mata memandang. Anak tangga berjumlah lebih dari 800 menanti untuk ditaklukkan, namun tak seberat mendaki gunung sesungguhnya. Semua relatif mudah karena anak tangga yang tertata. Sementara, di pulau Komodo, tak usah khawatir dengan hadirnya binatang purba ini. Semua mudah diamati. Ada petugas khusus yang membantu untuk menemukan keberadaannya. Walau kini jumlahnya sangat terbatas. Pulau dan pantai indah lainnya menanti untuk dikunjungi dalam rangkaian pelayaran Kapal Pinisi penuh pesona."
Pukul 05.00 tepat Kapten Kapal Pinisi menghidupkan mesin, mengangkat jangkar dan memulai pelayaran. Angin laut sudah tak sekeras saat tadi malam. Lima belas menit kemudian beberapa peserta sudah berada di deck terbuka memburu matahari terbit. Di sebuah titik, nun jauh di depan sana. Mulai digelar orchestra warna. Diawali semburat merah, hitam dan kekuningan digaris horizontal laut yang sedikit terhalang oleh sebuah pulau di depannya.
Warna-warna itu pun semakin memancar, seiring detik waktu bergerak. Kini merahnya mulai pudar berganti kuning yang semakin lama semakin dominan. Menggerus semua warna kelam di sisinya. Memacarkan warna putih lembut untuk membuka warna hitam di langit menjadi biru. Sebuah orchestra warna yang indah untuk terus dinikmati.
Beberapa peserta mencoba menjadikannya sebagai latar belakang foto pribadi. Mulai dari hanya tampilan siluet hingga tampil bak model cover majalah. Lalu semua berlalu seiring waktu. Langit menjadi cerah dan pemandangan indah di sekeliling laut dan pulau pun terkuak. Semakin cantik untuk dinikmati.
Hingga kami tiba di Pulau Padar. Dikenal dengan pulau yang memiliki track khusus untuk hiking. Dengan kurang lebih 800 anak tangga yang telah dibuat, untuk memudahkan mendaki puncak pulau Padar. Sama dengan hampir semua tempat yang dikunjungi, maka semua peserta harus menggunakan kapal boat masing-masing yang akan mengantarnya ke tujuan dari kapal pinisi yang ditumpanginya.
Puncak Pulau Padar merupakan titik paling strategis untuk melihat indah dan mempesonanya pemandangan kepulauan di sekitarnya. Tracking dimulai dari basecamp pertama. Pos terdekat dengan tanjakan pertama yang terbuat dari kayu. Semua group mendapat pengarahan teknis apa yang ada di tempat ini; apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat melakukan hiking di jalur track yang ada di Pulau Padar.
Petugas memberi penjelasan beberapa titik pos yang dapat dicapai peserta sesuai batas kemampuannya. Ada 4 titik pos hiking dan pengamatan alam yang dapat dicapai. Pos tertinggi mencapai 800 anak tangga. Artinya secara hitungan rata-ratanya dalam satu pos terdapat 200 anak tangga yang harus ditempuh.
Peserta dilarang membuang sampah sembarangan. Tidak merusak pohon dan bebatuan yang ada. Apalagi mencorat-coretnya. Menjaga keselamatan masing-masing terutama di jalan-jalan terjal dan curam. Di setiap pos ditempatkan beberapa petugas yang siap membantu bila ada peserta yang membutuhkan pertolongan.
Di basecamp awal, ada sebuah bangunan beratap dengan sisi ruang terbuka serta beberapa kursi. Menjadi tempat menunggu group atau mereka yang tak mampu naik ke atas, tetapi tetap mau menikmati suasana dari dermaga. Pemandangan laut, pulau dan beberapa Kapal Pinisi yang sedang menanti penumpangnya mengeksplorasi Pulau Padar, menjadi pemandangan indah yang dapat dinikmati. Terkadang ada beberapa rusa jinak mendekat untuk meminta makanan. Cukup menarik sebagai tempat penantian, menunggu anggota groupnya kembali.
Local Guide kami seorang anak muda Bernama Robert, berpostur kekar, baik hati dan suka menolong. Pemuda dari suku Manggarai ini membawa kami menuju tahapan awal pendakian. Tahapan pertama hiking di Pulau Padar dimulai dengan menaiki puluhan anak tangga yang terbuat dari kayu.
Untuk yang tidak mampu lanjut hiking, dari bagian terakhir tangga kayu ini sudah didapatkan pemandangan laut antar pulau, kapal-kapal pinisi yang sedang membuang jangkar, dan pulau yang menyatu membentuk Atoll (pulau karang yang membentuk lingkaran seperti cincin dengan satu bagian bertemu dengan laut) yang indah dipandang dan menjadi latar belakang foto yang mempesona.
Bila dilanjutkan ke anak tangga berikutnya hingga tiba di pos 1, maka pemandangan indah di sisi kanan pulau Padar mulai terlihat, walau baru 30 % view Atoll yang terlihat. Sebuah gugusan pulau membentuk lingkaran yang belum sempurna dan laut antar pulau menjadi pemoramanya. Sementara laut antar pulau terbuka di belakangnya.
Lanjut menuju pos ke 2, kurang lebih 200 anak tangga lagi harus ditempuh dengan berbagai ukuran dan ketinggian. Jalan mendaki dengan sudut 15 hingga 25 derajat harus dilalui peserta hiking. Pada tahapan ini banyak yang masih semangat. Namun banyak yang sudah memutuskan menyerah dan berhenti di pengamatan pada pos 2 ini.
Dari titik ini 2 buah Atoll di sisi kanan sudah mulai terlihat 50 %. Cukup indah walau pun belum sempurna. Namun di sisi kirinya. Pamandangan hamparan kapal pinisi yang sedang membuang jangkar tampak semakin mempesona sebagai panorama. Kendalanya sinar mata hari berada di sisi pandang depan sehingga hasil foto cenderung Backlight. Wajah objek foto akan gelap bila tak mengerti teknis mengambil fotonya. Mensiasatinya model foto harus brdiri miring ke kiri atau ke kanan agar ada cahaya yang memberi efek pada wajah.
Berlanjut kepada tantangan hiking berikutnya adalah menaiki 200 anak tangga berikutnya. Di bagian ini kemiringan sudut pendakian mulai menaik mencapai 35 derajat. Cukup berat buat mereka yang kurang berolah raga. Jalan pun semakin mengecil dengan sisi kanan yang relative terjal. Semua diminta berhati-hati, apalagi bila berpapasan dengan peserta yang tengah turun dari pendakian di atas puncak sana.
Biasanya bila berpapasan mereka saling menyapa memberi semangat untuk mereka yang baru memulai pendakian. "Ayoo semangat Bu...Pak...pemandangan di atas sana cantik dan indah loh" sapa mereka memberi semangat. Kadang sapaan ini memberi energi baru buat mereka terus memacu tenaga untuk mencapai puncak di pos ke 3 ini.
Dari Pos pengamatan ke 3 ini pemandangan alam akan semakin indah. Dua buah Atoll di sisi kanan sudah nyaris terlihat sempurna. Pemandangan laut lepasnya membuat dimensi ruang pandang yang semakin mempesona. Berfose dengan latar belakang di titik ini sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Cantik, indah dan exclusive untuk sebuah karya foto amatiran. Sementara di sisi kiri, pemandangan laut antar pulau dengan puluhan Kapal Pinisi menjadi View indah penuh pesona. Cantik luar biasa.
Kalau belum puas dan ingin menaklukan puncak Padar Island, lakukan pendakian tahap berikutnya. Masih tersisa 200 anak tangga lagi. Yang ini perlu ekstra tenaga. Kemiringannya semakin ekstrim, walaupun tidak ekstrim-estrim banget sih. Tapi jelas menguras tenaga. Keringat pasti sudah banjir disekujur tubuh. Jalannya juga terjal. Dibeberapa titik bahkan harus dibantu dengan tambang untuk pegangan. Ada petugas yang mengatur turun naiknya peserta hiking di akhir pendakian pos ke 4 ini.
Di puncak Padar kita dapat melihat pemandangan indah luar biasa. Dua buah atoll di sisi kanan sudah terlihat sempurna dikelilingi laut lepas antar pulau yang semakin sempurna keindahannya. Sejauh mata memandang semua indah. Di sisi kiri pemandangan puluhan Kapal Pinisi yang terhampar di laut antar pulau terlihat lebih kecil dari ketinggian, namun kecantikan panoramanya semakin luar biasa.
Berdiri di titik tertinggi Padar Island seakan telah menaklukan alam dengan suguhan pemandangan indah penuh pesona sebagai hasil jerih payah mendakinya. Masya Allah. Betapa agung karya cipta Mu, ya Rabb.
Semua yang sampai di puncak Padar Island menampakan wajah ceria, senyum puas dan sumringah. Yang pasti tak dibiarkan moment indah terlewatkan dengan mengabadikannya dalam camera HP. Khusus saya, untungnya ada Robert, guide local yang menemani pendakian hingga kepuncak Padar. Pemuda lulusan S1 Pariwisata, Universitas Udayana Bali ini menjadi fotografer handal yang mengabadikan moment di puncak Padar.
Namun permainan belum selesai. Masih ada satu tahapan lagi, yaitu turun Kembali ke Pos pertemuan dekat dermaga. Yang ini dengkul harus ekstra kerja keras menahan beban tubuh saat turun. Pegal dan penat pasti. Kalau belum terasa saat ini. Tunggu saja nanti malam. Pasti rasanya mantab...pegalnya kaki ini. Risiko pendaki, nikmati saja.
Berkumpul Kembali dengan anggota group setelah pendakian senangnya luar biasa. Bercerita, sharing dan pamer foto di group WA atau IG sudah pasti. Pasang Foto dan video terkini di status HP mutlak bagi yang senang berkomunikasi di medsos. Tak apa, sekarang ini memang zamannya. Semua senang walau Lelah, yang penting Happy.
Lalu Kapal Pinisi pun bergerak, sementara santapan siang pun di siapkan di  meja makan deck terbuka. Rasa Lelah dan lapar mengakibatkan semua yang tersaji di meja habis tanpa sisa. Yang biasa makan tidak nambah, kini double portion. Selain menu ikan, udang dan lainnya memang dimasak dengan enak ini juga bagian dari program balas dendam karena kehilangan banyak energi saat pendakian gunung Padar.
Lepas santap siang, kami menikmati alam indah laut dan pulau di jalur pelayaran Kapal Pinisi, hingga tiba disebuah pantai indah, Long Pink Beach. Pantai yang berada di sebuah pulau ini memang cantik. Membentuk sabit Panjang dengan warna khas, merah jambu, Pink. Sudah sepantasnya pantai ini disebut "Long Pink Beach"
Dengan kapal boat semua peserta menuju pantai, kaki basah, pasti. Bahkan terkadang celana yang sudah digulung pun masih basah terhempas ombak yang datang tiba-tiba. Mereka berfoto dan bermain dijernihnya air diantara pasir halus berwarna pink keputihan.
Beberapa peserta dari Kapal Pinisi lain terlihat memanfaatkan waktu kunjungan di Pink Beach dengan berenang dan bersnorkling. Sepertinya mereka satu keluarga besar. Pantai indah ini memang dihuni banyak ikan-ikan kecil yang seakan akrab dengan orang-orang yang bermain di pantai.
Puas berfoto dan bermain di Long Pink Beach, kami menikmati air kelapa muda di sebuah warung yang berada dekat pantai. Beberapa penduduk setempat yang mungkin juga bukan dari pulau ini membuat beberapa warung sederhana dari kayu. Mereka menjual aneka minum, Mie instant dan Cup, kopi serta kelapa muda. Menikmati kelapa muda sambil menyaksikan pantai pink dan laut membuat hati tentram dan damai.
Selepas menikmati Long Pink Beach, Kapal Pinisi kami meluncur ke Pulau Komodo untuk menyaksikan secara langsung binatang purba khas NTT yang menjadi kebanggan Indonesia, Komodo. Banyak turis domestik dan asing yang hadir di pulau Komodo, semata untuk melihat dari dekat binatang yang dilindungi ini.
Bersama pemandu khusus kami diajak "berburu" Komodo di habitatnya. Sayangnya saat kami berkunjung ke Pulau Komodo pada bulan Juli ini, Komodo sedang dalam musim kawin. Sehingga induk Komodo yang berukuran relatif besar bersembunyi untuk kawin di dalam hutan. Yang terlihat saat ini hanya anak-anak Komodo yang baru berusia beberapa bulan dengan Panjang tak lebih dari 1 meter dari mulut hingga ekor.
Komodo berukuran besar sepanjang 2,5 meter terlihat berdiri di atas batu besar. Dia diam tak bergerak dengan kepala mengarah ke kanan. Pandangannya tajam, lidahnya keluar. Tapi tak menimbulkan desis. Tak banyak orang yang "memburunya" seperti hal nya Komodo kecil yang kami temui tadi. Hanya 2 atau 3 orang saja yang ber swafoto didekatnya. Tanpa rasa takut, bahkan sekali-kali mereka memegang tubuh bahkan kepala Komodo tersebut. Apa tidak takut bahaya ya mereka? Ternyata memang tidak berbahaya sama sekali. Ini hanya lah patung Komodo dekat kantor pengelola Pulau Komodo. Pantas.... !!! (Mari tersenyum bersama)
Kembali ke Kapal Pinisi, kami melanjutkan Kembali pelayaran menuju "Taka Makasar" sebuah gundukan pasir putih membentuk sebuah pulau kecil di tengah laut biru. Panjang tak lebih dari 500 meter dan lebar tak lebih dari 100 meter. Terlihat excotic, putih, soliter ditengah birunya laut. Penduduk di kepulauan ini menjadikan sebagai tujuan wisata bagi para turis. Mereka menancapkan sebuah tiang bendera ditengahnya, dimana sang Merah Putih berkibar dengan gagahnya.
Taka Makasar laksana pulau kecil putih nan indah ditengah birunya laut. Untuk menujunya kami menggunakan motor boat, yang langsung mendaratkan kami di atas permukaan pasir. Tanpa dermaga seperti halnya pulau lain. Airnya bersih tanpa adanya kotoran berarti. Kami pun berswafoto denganlatar belakang tiang bendera merah putih. Bermain pasir putih yang halus dan mendokumentasikan foto dengan berbagai gaya, karena Taka Makasar ini benar cantik mempesona. Beberapa penyu besar terlihat mendekat, namun kembali menjauh karena banyaknya manusia di atas pasir putih yang menjadi tujuannya.
Untuk berenang dan menikmati pantai putih halus ditengah laut, Taka Makasar adalah tempat yang sempurna. Airnya tenang tanpa gelombang, tanpa karang tajam, tanpa penghalang. Untuk pecinta renang di laut inilah tempat terindah untuk menikmatinya.
Kembali dari "Taka Makasar", Sang Kapten membawa kami Manta point tempat yang sangat pas untuk melihat ikan pari dan snorkling. Namun karena sudah terlalu sore, kami lanjut menuju Pulau Siaba yang juga kami lalui. Tempat ini sangat cocok untuk snorkling, serta memiliki coral yang indah dimana kta juga akan menjumpai dengan penyu  dan ikan-ikan besar. Sampai Kapten Kapal Pinisi memeutus kan membuang Jangkar di dekat Pulau Sebayur di sisi Kanan dan Pulau Sulaiman di sisi kiri. Di tempat ini airnya tenang sehingga penumpang Kapal Pinisi dapat menikmati malam dengan nyaman.
Makan malam kali ini disajikan di deck terbuka dengan hembusan angin malam yang nyaman. Angin yang menyentuh laut membawa aroma yang segar; menyehatkan paru-paru, memperlancar semua aliran oksigen dalam darah; menjadikan tubuh sehat penuh semangat. Terbukti mereka makan dengan lahap. Apalagi menu makan malam ini rasanya begitu nikmat. Diiringi music lembut yang keluar dari speker JBL yang terkoneksi dengan Bluetooth. Menjadikan makan malam  di Kapal Pinisi ini menjadi lebih akrab dan memoriable.
Menghabisi malam di tengah laut dekat Pulau  Sebayur NTT kami lakukan dengan bersendagurau di ruang tengah. Menghindari angin malam di laut yang semakin kencang dan dingin. Hingga waktu nya tiba, satu demi satu dari kami pamit untuk Kembali ke kabin. Istirahat. Tidur malam.
Seperti biasa matahari pagi menyambut kami dengan sinarnya yang beraneka warna. Karena setiap moment kehadirannya kami "Buru", kami nanti detik demi detik. Menyaksikan atraksi alam menggelar pameran lukisan warna di garis horizontal laut sama. Panggung alamnya berupa laut yang terhampar luas, bergelombang kecil. Dengan ornament pelengkap, pulau-pulau di sekitarnya. Cantik luar biasa.
Rasanya pembaca Kompasiana harus hadir juga di sana. Merasakan aura magis yang akan menyihir semua keterkaguman anda pada keindahan ciptaan Allah Swt. Demi Rabb yang jiwa kami ditangan Nya. Ini salah satu cara mengenal, memahami, mengagumi dan meyakini sepenuh jiwa raga akan Maha Besar, Maha Hebat dan Maha Perkasanya Allah Azza Wa Jalla. Masya Allah. Subhanaallah.
Makan pagi di Kapal Pinisi merupakan momen kebersamaan kami. Bercengkrama, bersendagurau diantara semua peserta. Makanan yang disajikan terasa semakin lezat untuk dinikmati secara berjamaah. Inilah salah satu rahasia jamaah-kebersamaan dalam setiap kehidupan manusia. Jamaah membangun silaturahmi; membuka semua sumbatan komunikasi; memberi keceriaan; menambah semangat hidup; membuat sehat; Panjang umur dan murah rezeki. Yakinlah, ini sudah menjadi sunnatullah.
Setelah santap pagi, kami memutuskan agak sedikit telah bergerak menuju Pulau Kanawa. Pulau terakhir yang akan kami singgahi dalam rangkaian perjalanan penuh pesona dengan Kapal Pinisi dari Labuan Bajo tiga hari lalu. Karena jalur perjalanan dari puilau Kanawa menuju Resort Komodo, Ayana, di Waecicu beach, tempat kami akan bermalam nanti sudah dekat.
Baca juga : Labuan Bajo dan Jalur Perjalanan Kapal Pinisi Yang Penuh PesonaÂ
Pulau Kanawa adalah surganya para pecinta snorkling, pecinta pantai indah, dan penghobby swafoto karena pemandangannya yang indah. Bagi pecinta Snorkling di Pulau Kanawa dapat bermain dengan ikan-ikan laut yang jinak. Senang berinteraksi dengan manusia. Karena selalu membawakan roti dan makanan lain untuk mereka. Buat mereka yang tidak snorling juga akan senang karena bisa memberi makan ikan-ikan laut yang jumlahnya banyak sekali ini dari atas dermaga.
Pantai putihnya indah dengan pasir lembut, sangat recommended untuk bermain dalam group atau bersantai setelah snorkling sambil menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Dermaganya pun sangat wokay untuk objek foto, istagramable. Pokoknya Pulau kanawa tempat yang pas untuk disinggahi untuk beraktivitas dan dinikmati keindahan.
Dan detik...menit... pun berlalu. Dengan berat hati kami harus meninggalkan Pulau Kanawa dan mengakhiri pelayaran kami selama 3 hari 2 malam di Kapal Pinisi menikmati pelayaran penuh pesona di Jalur Pelayaran Kapal Pinisi di Flores, Nusa Tenggara Timur ini menuju Labuan Bajo. Dimana Kasur empuk, suasana nyaman, dan makanan lezat sudah menanti di Resort Komodo, Ayana, waecicu Beach, Labuan Bajo.
Namun sejatinya, dua rasa berbeda ini tak mungkin dipisah dalam kenangan perjalanan penuh pesona di Labuan Bajo dan menikmati pelayaran bersama Kapal Pinisi. Dalam nyenyak nya tidur; saya bermimpi berlayar kembali mengarungi Samudra luas dunia. Mengikuti jejak nenek moyang kita sebagai pelaut tangguh. Dengan Kapal Pinisi. Namun kini saya sebagai Kapten Kapal nya. Lalu aku pun berteriak, "Lihat lah... kami datang dengan Kapal Pinisi kebanggan Indonesia untuk menaklukan Dunia," Semoga! In syaa Allah.
Jkt/16072022/Ksw/50
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H