"Single Authority Agency"Â menjadi sinergi antara konservasi dan pariwisata, tekannya; sehingga Borobudur bukan hanya menjadi salah satu dari lima destinasi wisata super prioritas, tetapi juga destinasi wisata berkualitas.
Terkait dengan Komitmen pemerintah Indonesia dalam menggunakan energi ramah lingkungan juga akan direalisasikan di kawasan wisata Borobudur-Malioboro-Prambanan. Pemerintah sudah mulai menerapkan prinsip ekonomi biru, hijau dan sirkular,di kawasan Borobudur. Penggunaan bus listrik sebagai shuttle bus kendaraan pariwisata diuji coba pada Sabtu, 4 Juni 2022 dengan rute Borobudur-Makioboro-Prambanan.
Kebijakan lain yang akan diterapkan pemerintah adalah semua wisatawan yang masuk Candi Borobudur diwajibkan menggunakan jasa pemandu dari warga local sekitar Kawasan Borobudur. Kebijakan ini bertujuan agar terserapnya lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan "sense of belonging" terhadap Kawasan Candi Borobudur. Sehingga tercipta rasa tanggungjawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah nusantara, yang diharapkan terus tumbuh dalam sanubari generasi muda.
Rencana kebijakan pemerintah atas kenaikan tarif baru Candi Borobudur diikuti pula dengan pembatasan jumlah pengunjung hanya 1.200 per hari demi menjaga kelestarian Candi Borobudur sebagai kekayaan sejarah dan budaya Nusantara.
Sesuai data yang disampaikan Aryono Hendro Malyanto, Manajer Umum Taman Wisata Candi Borobudur. Kenaikan jumlah pengunjung sangat signifikan saat lebaran hari pertama, pada Senin, 2 Mei 2022 tercatat 6.785 pengunjung. Pada hari kedua lebaran, Selasa, 3 Mei 2022, beliau mencatat ada 16.537 pengunjung.Â
Pada hari ketiga Lebaran, Rabu,4 Mei 2022, pengujung meningkat jadi 27.332 orang dan mencapai puncaknya pada hari kelima, Kamis, 5 Mei 2022. Pengunjung Borobudur mencapai 31.089, terdiri dari 31.050 turis domestic dan 39 turis mancanegara.
Kondisi ini berbanding terbalik pada saat pandemic covid 19. Pada 2020 wisatawan yangberkunjung ke Candi Borobudur hanya 990 orang; pada 2021 hanya sebanyak 420 orang. Jauh dari angka kunjungan wisata sebelum pandemic, 2019, wisatawan yang mengunjungi Borobudur mencapai 3.800.000 orang.
Rasanya memang sebuah ironi. Di satu sisi kita harus menjaga warisan budaya yang kini dalam konsep pelestariannya bukan hanya milik kita tapi milik generasi dunia; dengan jeritan ekonomi rakyat jelata yang seakan tidak didengar dan dilirik pengambil kebijakan. Seakan mereka hanya melihat dari posisi di atas sana tanpa merasakan penderitaan rakyat yang nun jauh di sana. Juga kemampuan daya beli masyarakat umumnya yang menjadikan Borobudur sebagai tujuan rekreasi keluarga yang masih dapat dijangkau dengan kocek mereka.
Beberapa rencana Kebijakan pemerintah terkait Candi Borobudur sangatlah bijak untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya bangsa yang usianya sudah ratusan tahun. Beberapa diyakini bisa menjadi solusi jangka Panjang agar warisan dunia ini tetap lestari.
Yang tidak dimengerti dan dipahami masyarakat baik sebagai pelaku pariwisata dan ekosistem ekonomi pariwisata terkait adalah kebijakan kenaikan harga 15 kali lipat yang sangat Fantastis untuk tiket masuk bagi wisatawan domestic. Hendaknya pemerintah lebih bijak membuat sebuah kebijakan harga terkait hajat hidup orang banyak, khususnya mereka yang terkait dalam ekosistem ekonomi dan lingkungan Candi Borobudur.Â