Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Ronda-Spain" Kota Indah yang Romantis, Memikat Dunia

1 November 2021   14:15 Diperbarui: 1 November 2021   14:46 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banos Arabe - Pemandian Arab | Dok. Lucy Dodworth

Point of Journey To Marocco-Spain : 14  

“Tak hanya cantik dan indah, kota Ronda, di Spanyol juga romantis. Mengunjunginya serasa berada di dua nuansa. Berada di alam kota juga suasana desa. Rumah penduduknya bak bertengger di atas tebing, dengan ngarai curam nan indah di bawahnya. Ngarai indah yang membelah kota menjadi dua. Menjadi sumber inspirasi bagi para pencinta seni yang mewujudkan karya besarnya dari kota ini. Semua jejak sejarahnya masih terjaga hingga kini untuk dikisahkan pada penerus generasi. Kini Ronda menjadi salah satu Situs kota yang di lindungi dan ia juga dikenal sebagai Viajeros Romanticos”.  

  

Ronda, sebuah kota nan indah yang meyimpan banyak sejarah di wilayah provinsi Malaga, Spanyol. Terletak di dataran tinggi Pegunungan Andalusia.  Sekitar 750 m di atas permukaan laut. Hanya berjarak 105 km bagian barat kota Malaga dan satu jam berkendaraan dari resort indah pantai Costa Del Sol.  Ronda masuk dalam komunitas Otonom Andalusia. Kota dan desa yang berpenduduk 35.000 jiwa ini termasuk dalam Taman Alam Sierra de las Nieves Natural Park.

Bangunannya hampir sebagian besar berwarna putih, seakan bertengger di tepi jurang yang dikelilingi perbukitan. Karenanya Ronda juga disebut “Pueblo blanco – Kota Putih”.  Dihiasi dengan banyak pohon jeruk, Cemara Endemik Spanyol (Abies pinsapo) dan kebun zaitun. Keseluruhannya menampilkan pemandangan kota yang indah dipandang.

Rangkaian tebing batu besar curam yang kaki-kakinya seakan mencekram dasar bumi sedalam lebih dari 100 meter, membelah dua buah kota di kedua sisinya . Sementara “tubuhnya” ditumbuhi “bulu-bulu halus” berupa pohon-pohon perdu yang mampu bertahan dan tumbuh di tebing batu  yang curam. Beberapa nampak menutupi permukan tebing sementara yang lain tumbuh diantara dua batu yang seakan terbelah permukaannya.

Sebuah bangunan jembatan menghubungi dua kota yang terpisah tersebut. Kaki-kakinya menghujam erat tebing dengan cengkramannya yang hebat. Dua kaki yang berbatasan dengan kedua sisi kota seakan menjadi pengikat, sementara dua kaki yang lain menghujam dasar ngarai sejauh 120 meter di titik terdalam.

Tiga buah lengkungan tapal kuda ciri arsitektur gaya Moor menjadi rongga antara bangunan jembatan dengan ngarai di bawahnya. Dua dalam posisi sejajar di sisi kiri-kanan dan ukuran yang tidak panjang dan satu yang terbesar berada di tengah dalam posisi sedikit kebawah dengan kaki yang panjang. Bentuknya mengulang dibagian bawah. Sehingga ditengah sampai bagian bawah ada 2 lengkungan tapal kuda yang menjadi pondasi utama jembatan.

Di bawah Jembatan dibangun beberapa ruangan yang meninggalkan catatan kelam sejarah karena diduga digunakan sebagai tempat tawanan perang dan ruang penyiksaan. Namun kini telah dijadikan ruang pameran tentang konstrusi jembatan tersebut. 

Inilah Jembatan “Puente Nuevo” yang menghubungi kota tua Moor dan kota “baru” El Mercadilo abad ke-15 di kota Ronda, Provinsi Malaga, Spanyol yang yang menjadi “Icon Kota”, yang jantung kotanya adalah Ngarai yang disebut “El Tajo” tebing batu curam dengan kedalaman lebih dari 100 meter bahkan di beberapa titik mencapai 120 meter, menghujam dasar bumi, dimana Sungai Guadalevin sebagai sumber air mengalir di bawahnya.

Kota Ronda Dengan Ngarai
Kota Ronda Dengan Ngarai "El Tajo" | Dok. Pribadi

Puente Nuevo artinya “Jembatan Baru” hanya sebuah penyebutan semata. “Jembatan Baru” ini sudah berusia 230 tahun. Proses pembangunanya sendiri dimulai pada 1751, memakan waktu hingga 42 tahun. Mulai digunakan pada 1793. Dirancang oleh arsitek Jose Martin de Aldehuela.


Jembatan yang sama sebelumnya sempat runtuh, hanya enam tahun setelah selesai pembangunannya dan menewaskan 50 orang dalam kejadiannya. Karenanya perhatian ekstra oleh penguasa kota dilakukan dalam pembangunan berikutnya. Jembatan ini juga menyimpan kenangan sedih Perang Saudara Spanyol, saat beberapa orang simpatisan Nasionalis terlempar ke bawah jembatan yang dalam ini.

Puente Nuevo bukanlah satu-satunya jembatan yang menghubungi di kota di Ronda. Masih ada Puente Viejo (Jembatan Tua) yang disebut juga Puente San Miguel. Dan Puente Romano-Jembatan Romawi yang juga dikenal sebagai Puente Arabe-Jembatan Arab. Karena fondasi jembatan dibangun masa Romawi dan dibangun kembali pada periode Arab. Yang bila berada di atasnya kita akan menyaksikan keindahan ngarai dan bangun sejarah yang berbeda.  

Menyusuri setiap sudut kota Ronda sama halnya dengan menyusuri salah satu kota tertua di Spanyol. Dihuni untuk kali pertama oleh bangsa Celtic. Mereka menyebut kota ini sebagai Arunda pada abad 6 SM. Bangsa Fenisia mendirikan pemukiman di dekatnya yang disebut Acinipo atau Ronda la Vieja-Ronda Tua.

Dilanjutkan dengan Romawi dipimpin oleh Scipio Africanus yang membangun pos yang dibentengi dalam perang ke dua dengan bangsa Fenisia. Wilayah ini diberi gelar “Kota” oleh Julius Caesar. Abad 5 M orang Suebi yang berasal dari Jerman sekarang, yang dipimpin oleh Rechila menguasainya.

Seabad berikutnya ditaklukkan kembali oleh Kekaisairan Romawi Timur. Kemudian Datang bangsa Visigoth dipimpin rajanya Leovigild menguasainya hingga 713. Sampai akhirnya dikuasai bangsa Berber Moor, yang menyebut kota ini sebagai Hisn Ar-Rundah –Kastil Rundah yang menjadi ibukota Takurunna.

Ronda adalah kampong halaman Abbas Ibn Firnas (810-887) , seorang pakar muslim yang banyak menguasai ilmu pengetahuan. Ia seorang penemu, insinyur, penerbang, ahli kimia, dokter, penyair dan musisi Andalusia.

Setelah runtuhnya kekhalifahan Cordoba. Ronda menjadi ibu kota kerajaan kecil dibawah Banu Ifran dari Suku Berber di Afrika Utara, yang dikenal dengan Taifa Ronda (1039-1065). Dalam periode ini Ronda memperoleh banyak warisan arsitektur Muslim . Pada 1065 Taifa Sevilla dipimpin Abbad II al-Mu’tadid menaklukan Ronda. Pada  periode kekuasaannya lahir penyair Salih bin Sharif al-Rundi (1204-1285) dan Sarjana Sufi Ibn Abbad al-Rundi (1333-1390).

Pada 1485 dominasi Islam di Ronda berakhir seiring ditaklukan oleh Marquis of Ca’diz dalam pengepungan kota secara singkat. Kemudian bangunan kota diperbaharui atau disesuaikan dengan peran Kristen. Ditempat yang baru juga dibangun bangunan lain seperti Marcadillo dan San Francisco

Setelah semenajung Iberia, Granada ditaklukan, Penguasa Spanyol memperlakukan penindasan, pengusiran, pembunuhan dan  pemaksaan pindah agama dan juga penggunaan atribut muslim dalam hampir semua aspek kehidupan. Sebagian mereka terpaksa berpindah agama demi menjaga nyawa, harta dan keluarganya dengan diam-diam tetap menjalankan syariat Islam. Mereka disebut dengan Moriscos.

Penindasan sistematis telah memaksa kaum muslim untuk mencari perlindungan dengan mengungsi ke daerah pegunungan Andalusia Selatan dan Ronda adalah salah satunya.

Raja Philip II pada 25 Mei 1566 melarang penggunaan bahasa Arab baik lisan maupun tulisan; melarang sholat jumat, dengan keharusan membuka pintu rumah pada setiap jumat untuk memastikan tidak ada yang sholat Jumat di rumah tersebut; pemungutan pajak yang tinggi pada perdagangan Morisco, yang kesemuanya mengakibatkan pemberontakan masyarakat.

Al-Fihrey membawa tentaranya melawan dan menghancurkan pasukan Alfonso de Aguilar wakil penguasa Spanyol. Kekalahannya mendorong Phillip II mengusir semua Morisco di Ronda. Kondisinya semakin diperparah pada invasi Napoleon dan Perang Semenanjung awal abad 19 yang berakibat pengurangan penduduk secara drastis dari 15.600 orang hingga tinggal 5.000 orang dalam kurun waktu tiga tahun.

Ronda sejatinya tempat pertahanan Muslim dalam mempertahankan keyakinanan dan miliknya. Di sinilah basis perjuangan grilya mereka yang semua perbuatan mereka mengilhami seniman seperti Washington Irving,Prosper Merimee dan Gustave Dore. Kota ini juga menjadi Pusat Majelis Ronda pada 1918, dimana bendera, lambang dan lagu Andalusia dirancang.

Berfoto Dengan Latar Belakang
Berfoto Dengan Latar Belakang "Pueblo Blanco" | Dok.Pribadi

Ronda selain cantik juga unik. Kota ini seakan memadukan perkotaan modern dengan pedesaan secara alami. Bila kita berjalan ke segala arah maka dalam 20 menit kita akan mendapati diri kita seakan berada dipedesaan. Suasana pedesaan khas eropa tentunya akan semakin kita lihat semakin dalam kita menyusurinya.

Menikmati Ronda harus berjalan menyusuri detil sudut atau bangunan yang ada. Dan salah satu cara terbaik melihat Puente Nuevo –Jembatan Baru adalah dengan turun ke bawah dan melihat ke atas untuk merasakan hebatnya teknik arsitektur spektakuler ini. Dari bawah inilah baru kita bisa menikmati indahnya Ngarai “El Tajo” yang luar biasa.

Untuk sampai di bawah ngarai yang disebut “El Tajo” kita dapat melalui alun-alun Plaza de Maria Auxiliadora yang indah. Ikuti saja jalan tak beraspal yang ada. Jalannya sedikit berbelok curam dan berbatu. Sepanjang perjalanan kita dapat melihat Puente Nuevo dari berbagai sudut pandang termasuk pemandangan air terjun di bawahnya. Sungai Guadalevin yang cernih akan kita temui di dasar ngarai dan juga sebuah reruntuhan bangunan pabrik tepung di Carretera de los Molinos akibat gempa bumi pada 1917.

Objek yang harus kita kunjungi selama di Ronda adalah Plaza de Toros de Ronda, arena adu banteng tertua yang paling mengesankan di Spanyol. Dirancang oleh arsitek Jose Martin de Aldehuela, arsitek yang juga merancang Puente Nuevo. Dibangun pada 1784 dalam gaya Neoklasik, sebuah gaya yang terinspirasi dari seni dan budaya kuno klasik yang dapat menanpung 5,000 penonton.

“Corrida Goyesca” adalah adalah adu banteng unik dan bersejarah yang diadakan setahun sekali di Plaza de toros de Ronda, arena adu banteng tertua di Spanyol. Sebagai bagian dari Festival Feria de Pedro Romero setiap bulan September.  Dibangun tidak seperti biasa terdiri dari dua lantai dan setiap kursinya ditutupi oleh galeri lengkung.

Di dalamnya terdapat museum tentang segala hal yang terkait dengan tradisi adu banteng di Ronda. Dan kehebatan keluarga local yang terkenal menghasilkan serangkaian juara di abad ke 18, yaitu keluarga Romero dan Ordonez.

Keluarga Romero de Ronda, dimulai dari Francisco yang lahir pada 1698, putranya Juan dan cucunya Pedro, yang meninggal pada 1839, memainkan peran penting dalam perkembangan adu banteng di Spanyol Modern.

Mereka berinovasi dalam penggunaan jubah atau muleta dan pedang yang dirancang khusus untuk membunuh banteng. Pedro mengubah adu bantengmenjadi sebuah senidan keterampilan dalam dirinya sendiri.

Plaza De Toros De Ronda | Dok. Lucy D - Pribadi
Plaza De Toros De Ronda | Dok. Lucy D - Pribadi

Salah satu situs peradaban Islam periode bangsa Moor yang masih dipertahankan keutuhannya hingga saat ini dan dapat kita lihat di Ronda adalah “Banos Arabe-Pemandian Arab” berasal dari abad ke-13 dan ke-14. Desain ruang pemandian ini mirip pemandian Romawi, dengan kamar panas, hangat dan sejuk yang terpisah. Ditempat ini juga dijadikan sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi.

Dibangun di bawah tanah untuk mengontrol suhu dan dipanaskan oleh jaringan ruangan bawah tanah dan tungku. Interior ruang dibangun dengan atap lengkung yang ditopang oleh kolom berpola tapal kuda yang dibangun dari bata merah yang disusun dalam desain yang menarik. Atap lengkungnya memiliki ventilasi atap berbentuk bintang segi delapan yang dirancang untuk mengeluarkan uap dan membuat cahaya masuk dari luar.

Banos Arabe - Pemandian Arab | Dok. Lucy Dodworth
Banos Arabe - Pemandian Arab | Dok. Lucy Dodworth

Ronda memang menyimpan sejarah dan  sejuta keindahan dan keromantisan di dalamnya. Kotanya cantik dan indah dari sudut manapun kita memandangnya. Maka tak heran penulis-penulis terkenal seperti; Ernest Hemingway, Orson Walles dan Alexander Dumas menjadikan Kota Ronda sebagai tempat mendapatkan inspirasi bagi karya tulisnya.

Menghabiskan waktu musim panasnya di kawasan kota tua yang disebut La Ciudad di Ronda, Ernest Hemingway dan Orson Welles seniman Amerika menulis kecantikan Ronda dan tradisi adu banteng yang terkenal

Buku Ernest Hemingway yang berjudul “For Whom the bell tolls” yang sebagian  bercerita tentang Jembatan Puente Nuevo yang menyimpan kenangan sedih Perang Saudara Spanyol, saat beberapa orang simpatisan Nasionalis dilempar ke bawah jembatan yang dalam oleh Kaum Republik.

Orson Welles terinspirasi oleh seringnya ia melakuan perjalanan ke Spanyol dan Ronda, misalnya pada filmnya tentang Don Quixote yang belum selesai. Ia meninggal pada 1985. Abunya dimakamkan disebuah sumur ditanah milik temannya Antonio Ordonez, pensiunan matador

 

Sementara itu Penyair terkenal Jerman Rainer Maria Rilke menghabiskan waktu yang lama di Ronda, sampai ia menyewa kamar permanen di Hotel Reina Victoria yang dibangun pada 1906. Kamar sewanya tetap ada hingga dia meninggal.  Sebuah minimuseum Rilkeana dibuat dihotel tersebut.

Yang di dalamnya ia mengungkapkan; “He buscado por todas partes la ciudad sonada, y al fin la he encontrado en Ronda dan No hay nada mas inesperado en Espana que esta ciudad salvaje y montanera – Saya mencari dimana-mana kota impian saya dan akhirnya saya menemukannya di Ronda dan tak ada yang mengejutkan di Spanyol daripada kota liar dan pegunungan ini”

George Eliot Daniel Deronda (Daniel of Ronda), seorang penulis Inggris mengkisahkan seorang Yahudi Spanyol yang dibesarkan sebagai orang Inggris. Kisah tersebut menimbulkan spekulasi bahwa nenek moyang Eliot telah tinggal di Ronda sebelum pengusiaran orang-orang Yahudi dari Spanyol pada 1492.

Giorgio Armani, desainer terkemuka Italia secara khusus merancang kostum Matador yang disebut “Goyesco” untuk matador terkenal Cayetano Rivera Ordonez pada kesempatan Corrida Goysca pada 6 September 2009 di Ronda. Setelan lampu Cayetano bergaya Goyaesque, terdiri dari jaket, celana panjang, dan jubah satin tekno. Ketiga bagian tersebut disulam dengan manik-manik, batu-batu kecil yang berkilauan, dan benang, semuanya senada dengan warna kain latar belakang.

Film animasi tentang Banteng Ferdinand yang tak suka diadu dengan matador,ia lebih suka dengan keindahan, kecantikan, bunga yang mekar dan taman yang indah yang menggambarkan sifat romantisnya; seakan banteng yang keluar dari kodratnya.  Film Ferdinand dirilis pada 2017 menggunakan Kota Ronda sebagai latar belakang pasar bunga pada filmnya.

Karya Seni Hasil Inspirasi di Kota Ronda Dari Seniman Dunia | Sarah Beekmans - Amazon.ca
Karya Seni Hasil Inspirasi di Kota Ronda Dari Seniman Dunia | Sarah Beekmans - Amazon.ca

Kota Ronda memang kota cantik dan indah  yang  disuka oleh banyak penulis dan seniman dunia. Termasuk juga saya, dan mungkin anda, jika sudah melihatnya ke sana. Atau paling tidak mulai mencintainya dari tulisan artikel saya tentang kota Ronda yang indah nan romantis memikat dunia. Semoga. Karenanya tak salah jika Ronda disebut juga sebagai “Viajeros Romanticos - Tempat wisata yang romantis”.  

 

Jkt/Ksw/01112021/34

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun