Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Masjid Koutoubia" Terbesar dan Landmark Kota Marrakech, Marocco

2 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 2 Oktober 2021   06:26 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari atas kiri searah jarum jam: Bab'Ali - Makam Fatimah Zohra-Mihrab Masjid pertama-Taman di Masjid Koutoubia (Dok.Wikipedia)

Point of Journey to Marocco – Spain : 4

“Masjid Koutoubia dianggap sebagai contoh klasik dan penting gaya arsitektur Almohad dan arsitektur masjid-masjid di Marocco pada umumnya.  Merupakan masjid terbesar dan terindah di Marrakech, Marroco.  Menaranya yang setinggi 77 meter merupakan bangunan tertinggi di sekelilingnya.  Dibangun dengan design arsitektur yang cantik dan indah.  Menampilkan bentuknya yang asli nan alami.  Kini dianggap sebagai Landmark dan symbol penting kota tua Marrakech”. 

Panggilan azan sholat dzuhur telah empat puluh lima menit berlalu saat kami berada di depan Masjid Koutobia.  Setelah kami menyelesaikan santap siang di restaurant  bergaya rumah sultan khas Marocco di alun-alun, Djamaa el-Fna.  Kami memutuskan menyegerakan santap siang lebih dahulu dan melakukukan sholat kemudian, apabila makanan sudah terhidang di atas meja. Itu “sunnah” yang diajarkan Rasulullah Saw. Apalagi kondisi kami sebagai musafir yang mendapat “Rukhsah” kemudahan dan keringanan dalam beribadah.

Dari Alun-alun kota, Djamaa el-Fna; Persis dari jalan utamanya; tepatnya di Avenue Muhammad V, di seberang Place de Foucauld. Menara Masjid Koutoubia sudah terlihat jelas.  Hanya berjarak kurang lebih dua ratus langkah orang dewasa. Namun ada jalan raya yang harus diseberanginya.  Tak usah khawatir menyebrang. Pengendara di Marrakech tidak ugal-ugalan, bahkan  kadang ada polisi lalulintas yang membantu kita menyeberang dengan aman.

Kupandangi Menara Masjid Koutoubia yang merupakan bangunan yang paling menarik perhatian dari keseluruhan bangunan Masjid tersebut. Menara setinggi 77 meter ini sudah terlihat jelas dari jarak 29 km di sekeliling kota tua Marrakech, apalagi dari Djamaa El-Fna yang jaraknya hanya selemparan batu saja. 

Ketinggiannya tetap terjaga tanpa tanding dari bangunan-bangunan lain di sekitarnya, karena ada Peraturan Tata Kota yang melarang membuat bangunan tinggi melebihi tinggi pohon palm di sekitar Masjid Koutoubia. Yang sekarang seakan menjadikannya sebagai Icon Kota Marrakech.

 

Para ahli yang merawatnya membiarkan batuan asli bahan bangunan menara terlihat seperti adanya dengan membuang plaster merah muda Marrakshi yang dulu menutupinya.  Biar Menara tampil apa adanya, cantik alamiah, secantik kembang yang sedang bersemi. Harumnya menyebar menawan hati.

Seperti bunga kembang desa sebuah padepokan pencak silat yang lagi mekar-mekarnya. Yang kecantikan alaminya membuat  panas dan membakar semua padepokan silat sejagat  telatah Kerajaan Singasari.  Dan  membuat geger dunia persilatan;  sehingga jawara-jawara padepokan bertarung dengan jiwa raga untuk memperebutkannya. 

Dengan terpaksa “Ken Padmi” yang juga jago silat; putri tunggal Ki Kenanga atau lebih dikenal sebagai Ki Selabajra; pengasuh padepokan Kenanga; harus menyelenggakan sayembara untuk memperebutkan dirinya. Yang akhir ceritanya,  “Mahisa Bungalan” kesatria muda calon Panglima Perang Kerajaan Singasari yang senang mengembara;  putra tertua Mahendra, adik seperguruan Witantra dan Mahisa Agni  yang juga paman sekaligus guru Kanuragan Mahisa Bungalan; berhasil meluluhkan hati Ken Padmi kembang desa yang sedang mekar-mekarnya.

Loh…ini bukanya synopsis buku karya S.H. Minthardja yang berjudul “Panasnya Bunga Mekar”,  Boss…?  kita kan lagi bahas kecantikan menara bukan kecantikan Ken Padmi putri tunggal Ki Selabajra?

“Oooh walaaah..., kok bisa sampai kelewatan begitu jauh ya…?” 

“Ya…sudah boss! ,  kita putar di depan saja”.

“Loh kok puter di depan?”

“Iya…saya kalau punya teman sudah kelewatan, saya suruh putar saja.

“Wah…nggak bisa dong!! Kalau saya…teman sudah kelewatan. Bisa panjang urusannya. Apalagi sudah diperingatkan. Dan dia semakin kelewatan!!”

“Kan dia cuma kelewatan cari rumah kita, boss…!!!  Ya… disuruh putar balik saja, di putaran berikutnya, nanti ketemu rumah kita deh.”

Kok…pembicaraannya makin nggak karuan  ya?…ayoo balik lagi ke topik bahasan. Sampai mana tadi…?   Oh..ya soal “Cantik alami”.

Menara Masjid Koutoubia memang sesungguhnya cantik alami.  Menara yang dirancang dengan gaya Almohad memang secara historis ditutupi plaster warna merah muda Marrakshi, namun pada 1990-an  para ahli menghapus plesternya dan  memilih mengekspos keaslian batu aslinya.

Tinggi menara yang  77 meter itu sudah termasuk puncak menara yang tingginya 8 meter. Empat bidang sisi persegi panjangnya, masing-masing berukuran lebar 12,8 meter. Yang secara proporsional membentuk empat per lima bagian menara.

Puncak menara juga dihiasi kubah berbentuk labu Parang (Pumkin) dan tiga bulatan bola tembaga berukuran berbeda dan satu berbentuk bulatan runcing (finial-seperti jamur) sebagai puncak menara. Khas gaya tradisional Marocco. Bentuk menara Masjid Koutubia ini persis dengan Menara di Masjid Hasan II Casablanca, yang pernah kita bahas sebelumnya, tentunya dengan ornament yang berbeda.

Dipuncak Menara persis disebelah bola tembaga, tersebut terdapat sebuah tiang bendera yang digunakan untuk mengibarkan bendera Hijau, lambang bendera agama Islam. Yang dikibarkan setiap Jum’at atau pada hari-hari keagamaan Islam lainnya.

Pergantian ukuran bangunan menara di hiasi dengan pola fasad berbentuk daun baik di bangunan menara utama ke menara kecil di atasnya dan kubah yang menjadi puncaknya. Pola lengkung polylobed bergaya Moor sangat menonjol sebagai bingkai persegi panjang yang diukir pada baru sekitar jendela.

Keramik bermotif lingkaran saling beririsan satu sama lain dengan motif kotak ditengah lingkaran berwarna putih dengan dasar kramik berwarna hijau tosca menjadi ornament pembatas antara Fasad dan jendela di bagian atas yang ada di menara besar dan kecil.

Setiap jendela kini memiliki 2 Pengeras suara berukuran besar, artinya pada puncak bangunan menara kecil terdapat 8  pengeras suara. Dan pada puncak menara besar, di setiap jendela;  dengan ornament dan design yang berbeda; juga memiliki 2 pengeras suara, atau 8 pengeras suara di menara besarnya.  Jadi total ada 16 pengeras suara di Menara Masjid Koutoubia yang dapat digunakan muazin untuk memanggil umat Islam melakukan sholat yang terdengar jauh di sekelingnya.

Menara di design  memiliki ruangan dalam yang dapat dinaiki dari bawah. Ada enam tingkat ruangan yang harus dilalui untuk bisa sampai di puncak menara dengan menggunakan tangga yang luas dan didesign khusus sehingga memungkinkan mu’azzin menunggang kuda sampai ke puncaknya.

Pada setiap tingkatan menara terdapat perbedaan design ornament pada setiap fasad eksterior menara sesuai dengan posisi bukaan jendela.  Interior di dalamnya juga dihiasi ornament-ornamen indah dengan ornament terindah yang sangat terkenal ada di lantai enam dengan langit-langit kubah yang mirip dengan Kubah Masjid Agung Cordoba dengan muqarnas Squinches dan pola geometris

 

Menara Masjid Koutoubia Dari Beberapa Sisi (Dok.Pribadi) 
Menara Masjid Koutoubia Dari Beberapa Sisi (Dok.Pribadi) 

Puas memperhatikan keindahan Manara Masjid Koutoubia, kamipun mulai masuk ke dalamnya. Seorang penjaga masjid menyapa ramah, menanyakan siapa kami dan apa tujuannya, dalam bahasa Arab yang santun bersahaja. Saya menyambut salamnya seraya menjelaskan kami turis muslim dari Indonesia yang ingin sholat di Masjid Koutoubia. Senyumnya melebar dan mempersilahkan kami masuk kedalamnya. Yang diizinkan masuk ke Masjid Koutubia memang hanya orang muslim. Orang Non muslim tidak diperkenankan masuk di dalamnya.

Masjid Koutoubiya (Pertama) didirikan oleh Khalifah Almohad,  Abd al-Mu’min pada 1158 setelah ia menaklukan Marrakech dari Al Moravid.  Sementara Ya’qub al-Mansur menyelesaikan menaranya pada 1195. Masjid yang terletak di kawasan Medina barat daya Marrrakech ini hanya berjarak 200 meter dari alaun-alun kota, Djamaa El-Fna dan diapit oleh taman-taman besar. Dikenal juga dengan nama Jami’al-Kutubiyah, Masjid Kukubiyah, Masjid Kutubiyyin atau Masjid Penjual Buku.(merujuk pada banyaknya perdagangan buku di halaman masjid saat itu) Masjid Koutoubia merupakan masjid terbesar di Marrakech.

Masjid Koutoubia saat  ini adalah masjid kedua. Bangunan Masjid Pertamanya ada disebelahnya, yang kini tinggal sisa-sisa reruntuhanya. Konflik kepentingan penguasa dan persepsi yang berbeda tentang arah kiblat pada masjid pertama membuat penguasa baru membuat masjid kedua tersebut.

Reruntuhan Masjid Koutoubia Pertama (Dok.Pribadi)
Reruntuhan Masjid Koutoubia Pertama (Dok.Pribadi)

Reruntuh Masjid Koutoubia pertama masih dapat kita lihat di halaman masjid yang membelakangi Djamaa el-Fna. Di sisi barat dan selatan masjid terdapat taman mawar yang terkenal.  Sementara sebuah makam kecil dengan struktur creelated sederhana dari Emir Almoravid Yusuf ibn Tashfin, salah seorang tokoh yang membangun kota Marrakech berada di seberang Avenue Houmman-el-Fetouaki.

Di sisi utara masjid pertama, masih terlihat bagian dari perimeter Ksar al-Hajjar, sebuah benteng batu asli yang dibangun Abu Bakr ibn Umar pada 1070.  Sementara, sisa rerutuhan Bab ‘Ali, gerbang batu monumental bekas istana Ali bin Yusuf yang selesai dibangun pada 1126 masih terlihat di sisi  timur laut.

Tepat di sebelah timur masjid koutoubia saat ini adalah konsulat Prancis. Yang dulunya meupakan tempat tinggal. Bangunan bertembok abad 19 ini dikenal sebagai Dar Moulay Ali.

Di lapangan terbuka yang sama ada makam Fatima Zohra binti al-Khus (disebut juga Lalla Zohra), seorang wanita alim yang dimakamkan dekat masjid pada abad 17.  Makamnya berbentuk bangunan kecil berkubah putih.

Dari atas kiri searah jarum jam: Bab'Ali - Makam Fatimah Zohra-Mihrab Masjid pertama-Taman di Masjid Koutoubia (Dok.Wikipedia)
Dari atas kiri searah jarum jam: Bab'Ali - Makam Fatimah Zohra-Mihrab Masjid pertama-Taman di Masjid Koutoubia (Dok.Wikipedia)

Masjid Koutoubia dianggap sebagai contoh klasik dan penting gaya arsitektur Almohad dan arsitektur masjid-masjid di Marocco pada umumnya. Menaranya kini dianggap sebagai Landmark dan symbol penting kota tua Marrakech. 


Sedikit mengulas sejarah kota tua Marrakech yang di dirikan pada 1070 oleh dinasti Almoravid sebagai ibu kota Negara mereka. Yang pada 1147 direbut oleh Almohad yang dipimpin oleh Abd al-Mu’min. Dan memutuskan Marrakech sebagai ibu kotanya juga.

Abd al-Mu’min mengganggap dinasti Almoravid adalah orang Bidat ("tidak menjalankan agama Islam dengan benar-terlalu fanatik berlebihan ?"), sehingga semua jejak monument keagamaanya dihancurkan. Mereka merusak semua masjid di kota termasuk masjid utama, Masjid Ben Youssef. Dengan alasan semua masjid tersebut arah kiblatnya tidak selaras dengan Kiblat yang benar.

Almohad tidak menginginkan membangun masjid baru di tempat yang sama dengan masjid Ben Yoessef yang sudah teringrasi erat struktur perkotaan disekitarnya, karenanya masjid utama tersebut dihancurkan atau dibiarkan terlantar hingga hancur.

Almohad kemudian membangun  masjid barunya lebih dekat ke Kasbah (Benteng kota) dan Istana Kerajaan. Karenanya Pimpinan mereka Abd al Mu’min memutuskan membangunnya tepat disebelah bekas Kasbah Almoravid, Ksar el-Hajjar, yang terletak disebelah barat alun-alun kota, Djamaa el-Fna.

Issue besar utama yang menyebabkan Almohad mengancurkan masjid-masjid Almoravid adalah “arah kiblat masjid yang tidak selaras dengan Ka’bah”. Mereka mengganggap masjid-masjid Almoravid kiblatnya terlalu jauh ke timur sehingga dianggap tidak benar. Almohad lebih merujuk pada tradisi di dunia Islam Barat (Maghrib dan Al-Andalus) yang kiblatnya berorientasi ke selatan. Antara 154 derajat dan 159 derajat (angka yang dinyatakan sebagai azimuth dari utara yang sebenarnya).

Namun ilmu pengetahuan saat ini menyatakan arah kiblat yang benar di kota Marrakech adalah 91 derajat (hampir ke timur) yang kini diadopsi oleh semua masjid di kota Marrakech. Jadi kesimpulannya, Arah kiblat masjid-masjid Almoravid sudah benar dan keputusan menghancurkannya sebuah kesalahan yang fatal.

Memasuki Masjid Koutoubia, maka kita akan melihat  interior masjid yang didominasi pilar berbentuk tapal kuda. Ruangan sholat dengan aula hypostyle ini menghadirkan lebih dari 100 pilar yang menopang barisan lengkungan tapal kuda.

Pilar terbuat dari batu bata diplester warna putih ivory; yang sejajar dan parallel satu sama lain.  Menghadirkan bentuk interior yang simetris ke selatan atau utara, seakan membentuk sebuah lorong yang enak dipandang.

Karpet masjid terbuat dari materi karpet yang tebal dan lembut berwarna merah dengan motif khas Marocco. Mihrab menghadap ke dinding selatan.. Didekorasi dengan sangat cantik; baik dari segi design interior bangunan maupun interior pendukung lainnya. Memiliki bentuk yang berasal dari gaya yang didirian oleh Masjid Agung Cordoba, dengan sedikit perubahan pada elemen dkoratifnya . Karpet di dekatnya memiliki pola design yang berbeda dari karpet di tempat sholat di ruang lainnya.

Interior Masjid Koutoubia (Dok.Pribadi)
Interior Masjid Koutoubia (Dok.Pribadi)

Halaman dalam masjid terlatak disebelah utara dengan  lebar 45 m pan janjang 23 m. Ditengahnya ada air mancur yang digunakan untuk berwudhu. Dihiasi beberapa tamanan yang ditanam dalam dalam pola kotak-kotak hampir mengelilingi halaman.

Kemudian kami pun larut khusuk dalam sholat.  Bersyukur atas nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan kepada kami. Berjalan di bumi Marocco yang menyimpan sejarah peradaban Islam yang hingga kini dapat kami nikmati kehadirannya. Khususnya sholat di masjid yang penuh sejarah ini, Masjid Koutoubia.

Selesai sholat di Masjid Koutoubia (Dok.Pribadi)
Selesai sholat di Masjid Koutoubia (Dok.Pribadi)

Meninggalkan masjid Koutubia selepas sholat, kamipun mengeksplorasi eksterior masjid yang menjadi icon kota Marrakech ini. Tembok dinding masjid berbatasan dengan tembok tua Almoravid (Ksar el-Hajjar) di sisi utara.  Masjid ini memiliki 8 pintu masuk. Empat di sisi Barat dan 4 di sisi Timur.

Sisi timur masjid menghadap ke jalan dimana toko-toko buku berada, oleh karenanya Masjid Koutoubia juga dimaknakan “Masjid Penjual Buku”. Khusus Imam Masjid ada pintu masuk tersendiri di sisi selatan yang mengarah ke pintu sisi kiri mihrab Masjid Koutoubia.  Secara historis, Masjid koutoubia pertama juga memiliki pintu khusus di sebelah Mihrab yang digunakan penguasa.

Hari semakin senja saat kami meninggalkan halaman Masjid Koutobia. Matahari sore bersinar memantulkan cahayanya di menara Masjid Koutobia yang membuat warna merah marrakshi-nya semakin menyala. Sekelompok merpati liar terbang mengitarinya, persis diujung sebelah kiri bendera dekat puncak menara…semua menciptakan pemandangan indah mempesona.

Menara Masjid Koutoubia…engkau memang layak menyandang gelar sebagai landmark dan symbol kota tua Marrakech!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun