Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona "Edfu Tempel" di Jalur Pelayaran Kapal Pesiar Aswan - Luxor (Bagian Ketiga)

9 September 2021   05:55 Diperbarui: 12 September 2021   23:02 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Dewa Horus Berbentuk Burung Elang - Falcon Di Kiri-Kanan Gerbang Utama Edfu Tempel (Dokumen Pribadi)

Tidur malam ini terasa nyenyak sekali. Diayun gelombang lembut aliran sungai Nil yang terus membawa kapal pesiar menuju hilir. Seakan masih terasa riuhnya canda dan tawa peserta tadi malam saat acara "Galabiya", ditengah cerianya wajah Beliau yang dinobatkan sebagai "Raja".

Hari masih gelap saat  kubuka jendela sisi kabin, namun di sudut Timur sana mulai tercipta semburat cahaya.   Tanda saat Subuh segera Tiba.   

Kupenuhi kebutuhan rohani ini dengan sujud dan syukur Kepada Nya diatas sejadah panjang yang terbentang. Bersyukur karena dengan izin Nya,  diri ini telah diperjalankan jauh keliling dunia Nya, yang maha luas dan indah. Karena tanpa ridho Nya... diri ini bukan siapa-siapa.

Terngiyang di telinga ini, suara merdu Sam Bimbo,  menyanyikan senandung lagu "Sajadah Panjang"

Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan hamba

Kuburan hamba bila mati

....

Tak terasa bulir air mata  jatuh membasahi pipi hingga menetes di sajadah yang masih tergelar ini.  Aku pun bersujud sambil memanjatkan doa, "Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik" (Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berzikir-mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu dan memperbagus ibadah pada-Mu"

Setelah membersihkan diri dengan air sejuk di shower Kabin. Kami segera bergerak naik ke deck teratas.  Berjanji dengan peserta lain melihat "Sunrise" indah yang seakan hendak menyapa ramah kami dan semua yang ada di sepanjang jalur mempesona aliran sungai Nil.

Perlahan namun pasti, sinar matahari muncul dari garis horizon bumi. Diantara dua bukit kecil, di seberang Timur sungai Nil. Dimulai dari garis hitam kemerahan, kemudian seakan menyebarkan warna-warna merahnya yang berubah sebagian menjadi kuning. Menyapu alam dengan keindahannya.  Menerangi bumi di sekitarnya.

Wujudnya semakin terlihat.  Hingga muncul seperempat bulat di sela-sela dua bukit kecil yang kini semakin jelas terlihat.  Ada segerombolan burung terbang melintas.  Seakan menyajikan ornament indah sebagai penghias lukisan alam.  "Subhanallah".  Cantik tak terkira lukisan ciptaan Sang Pencipta.

Puas menikmati semua karya ciptaan Nya, sambil tak putus berfoto ria, semua peserta seakan merasa lega. Menikmati pesona indah sepanjang jalur pelayaran Kapal Pesiar sungai Nil dari Aswan ke Luxor.  

Semua tersenyum bahagia.  Dan kami pun segera turun ke bawah. Deck Tiga. Dimana hidangan pagi yang nikmat dan minuman hangat menanti untuk bekal energy mengeksplorasi.  "Edfu...here we come"

Deretan kereta kuda berjajar rapi dipinggir atas Dermaga Kota Edfu, Mesir.  Kuda-kuda bertubuh besar menarik kereta kuda dengan design khas lokal.

Siap mengantar penjelajah bumi Allah ini menuju "Edfu Tempel" salah satu kuil yang didedikasikan untuk Dewa Horus -- Dewa berkepala Elang.

Menanti Pagi di Pelayaran Kapal Pesiar Aswan-Luxor  Menanti Pesona
Menanti Pagi di Pelayaran Kapal Pesiar Aswan-Luxor  Menanti Pesona "Edfu Tampel" (Dokumen Pribadi)

Setiap kereta berisi dua orang; tiga dengan yang pegang kendali, sang kusir.  Mereka pun mengatur posisi, memilih kereta kuda yang ingin dinaiki.  Satu demi satu kereta kudapun melaju menuju tepi kota dimana Kuil Edfu berada.

Kupilih kereta dengan kuda yang terlihat gagah yang dikendalikan kusir yang sedikit muda.  Bersegera menyusul para peserta yang sudah melaju lebih awal.  Satu dua kereta kuda terlewati untuk memastikan mereka semua berada dijalur yang pasti.

Kereta kuda melaju ke arah tepi kota, melewati pasar lokal dan rumah penduduk di jalan beraspal. Tak lama berputar menuju suatu daerah terlokalisasi, dimana terlihat Kuil Edfu dengan gagah berdiri.  

Kereta terus melaju di tengah debu, hingga berhenti ditempat tertentu.  Tempat khusus kereta kuda di depan kuil Edfu.

Kereta Kuda Membawa Kami Menuju  
Kereta Kuda Membawa Kami Menuju  "Edfu Tempel" (Dokumen Pribadi)

Di depan kami berdiri banguan kuil yang besar, Kuil Edfu (Edfu Tempel) yang didedikasikan untuk Dewa Horus. Sang Dewa Perang. Yang dalam mythology Mesir digambarkan sebagai sosok prajurit kesatria berwajah elang-falcon.  

Sejak zaman Mesir prasejarah akhir hingga Kerajaan Ptolomeus dan Romawi Mesir,  dewa Horus dipuja sebagai dewa kerajaan dan langit yang melayani banyak fungsi dalam peran sebagai dewa.

Digambarkan dalam bentuk yang berbeda-beda sejak zaman Mesir Prasejarah, dewa Horus dipersonifikasikan dengan cara pandang orang Mesir kuno terhadap segala realitas kehidupan dunia juga yang terkait dengan banyak peran yang dimainkannya. 

Namun kebanyakan  dewa Horus digambarkan sebagai Elang-Falcon atau Prajurit Perang berkepala Elang.  Selain dewa perang, Horus juga diagungkan sebagai  Dewa Matahari.  

Dewa yang melindungi Osiris, sang ayah dan alam semesta dari segala bentuk kejahatan dewa-dewa lainnya. 

Perannya yang banyak melindungi menurut keparcayaan Mesir Kuno menjadikan Horus sebagai Dewa yang dihormati, sehingga di banyak kuil-kuil pemujaan yang menghadirkan symbol atau lukisan sang dewa ini.

Dibangun pada masa kerajaan Ptelomius yang berkuasa di era 350 SM  sampai 30 S; yaitu pada 23 Agustus 237 SM.  Kuil Edfu adalah satu dari sekian kuil yang dibangun dinasti Ptolomius.  Kuil lainnya seperti; Kuil Kom Ombo, Kuil Esna, Kuil Philae dan Kuil Dandera.

Kuil Edfu yang sekarang dibangun di atas situs kuil aslinya yang lebih kecil yang bentuk bangunannya berorientasi ke Timur-Barat, sementara bangunan kuil sekarang berorientasi Utara-Selatan.  

Pembangunannya dimulai masa Ptolemy III Euergetes dan selesai pada masa Ptolemy XII tahun 57 SM.

Design Struktur Bangunan Edfu Tempel Dan Horus Sang Dewa Perang (Dok.Wikipedia)
Design Struktur Bangunan Edfu Tempel Dan Horus Sang Dewa Perang (Dok.Wikipedia)

Dua buah dinding tinggi besar yang  seakan disambung oleh sebuah bidang membentuk gerbang.  Ditengahnya dibentuk sebuah pintu dengan canopy dan ornament pendukung.  

Di tengah atasnya dibuat ruang terbuka antara bidang untuk memberi kesan Gerbang di bangun dari dua dinding terpisah.  Dindingnya banyak dihiasi lukisan Dewa Horus, Sang Dewa Elang.

Di kiri dan kanan pintu gerbang ditempatkan dua buah patung besar terbuat dari batu alam keras membentuk patung Burung Falcon sebagai penghormatan kepada Dewa Horus dalam wujud aslinya, burung elang.

Sebuah halaman datar dan  luas membentang saat kita menuju gerbang Kuil Horus. Tertata rapi dengan batu keras membentuk jalur utama jalan sejauh kurang lebih seratus meter. 

Di kiri kanannya dibiarkan terbuka sebagai tanah berpasir datar.  Seakan membentuk sebuah teras kuil yang luas dan lebar.

Patung Dewa Horus Berbentuk Burung Elang - Falcon Di Kiri-Kanan Gerbang Utama Edfu Tempel (Dokumen Pribadi)
Patung Dewa Horus Berbentuk Burung Elang - Falcon Di Kiri-Kanan Gerbang Utama Edfu Tempel (Dokumen Pribadi)

Memasuki pintu gerbang Kuil Horus, kita akan melihat jajaran pilar tinggi (Column-Tiang) membentuk sebuah teras di kiri kanan ruang dalam pertama.  Teras yang dilengkapi dengan ceiling (atap) sepanjang pilarnya.  

Berfose diantara collum sejajar ini adalah angle foto terbaik yang bisa kita ambil, apalagi bila ada refleksi sinar yang menyentuh tiang. Hasil fotonya pasti kereen abis.   

Teras yang seakan membentuk huruf  "U" dengan ruang terbuka di tengahnya seakan berfungsi sebagai ruang persiapan peziarah sebelum masuk ke ruang pemujaan para dewa.  

Sebuah patung batu alam besar Horus si dewa elang menjadi pintu gerbang dalam berikutnya akses masuk ke ruang pemujaan, yang semuanya terbagi menjadi tiga ruang utama.

Column-column besar dan tinggi menjadi pilar-pilar utama ruang dalam.  Setiap Column dibagian atasnya di hiasi ornament kembang, serta dilukis aneka wujud para dewa dan pesan-pesan lain dalam Hieroglyph Mesir.   

Celling atasnya hampir tertutup rapat di bagian tengah dan terbuka di sisi kiri kanan hingga kebelakang membentuk huruf U.  Ceiling diberi ornament bunga dan lainnya sehingga tampil menarik.

Awalnya celling kuil Adfu ini diberi warna dari bahan-bahan alam yang sebagian masih dapat kita lihat.  Namun kerusakan akibat pembakaran kuil pada masa masuknya Kristen di Mesir mengakibatkan celling tertutup warna hitam jelaga asap.

Dibagian paling dalam ruang pemujaan terdapat ruang suci yang merupakan ruang pemujaan utama dewa Horus. Dindingnya dihiasi banyak lukisan para dewa dan tulisan hieroglyph Mesir kuno lainnya.  

Kini kita masih bisa saksikan di dalamnya sebuah tandu untuk prosesi pemujaan dewa Horus.

Mengabadikan Kebersamaan Di Ruang Utama Edfu Tempel (Dokumen Pribadi)
Mengabadikan Kebersamaan Di Ruang Utama Edfu Tempel (Dokumen Pribadi)

Kuil Edfu termasuk kuil yang kondisi fisiknya masih tampak utuh seperti semula hasil restorasi kerja keras para ahli arkeologi, walaupun di beberapa bagian masih tampak belum utuh dan para ahli arkeologi masih mencari penemuan-penemuan baru untuk melengkapinya.

Setelah puas melihat kondisi kuil Edfu dan mendapat penjelasan lengkap tentangnya, kamipun meninggalkan kuil. Saat kami berjalan kearah gerbang utama, tiba-tiba terlihat bayangan burung terbang di atas kami.  Seekor elang besar terbang melintas tak jauh dari kuil Edfu.

Pesona Edfu Tempel Yang Tak Terlupakan (Dokumen Pribadi) 
Pesona Edfu Tempel Yang Tak Terlupakan (Dokumen Pribadi) 

Sepertinya "Dewa Horus" datang memberi salam selamat jalan buat kami yang hendak pulang!

("Ah....itukan bisa-bisa kau saja Ucok"- {logat  Medan}  Jadi...macam mana bang?   "Itukan biasa..., ada burung elang terbang di atas kita.  Suka-suka dia terbang lah, kebetulan burung tuh terbang lewat atas Kuil Edfu.  Sudah terpengaruh orang Mesir kuno pula kau ini, Ucok".   Itulah kalau bahasa persepsi dan imajinasi masuk dalam ranah naskah redaksi.   Mohon dimaklumi ya Bang!  )

Hari semakin siang saat kami hendak pulang.  Beriringan kaki ini  melangkah menuju kereta kuda. Dari jauh terlihat sang kusir tersenyum gembira,  menyambut penumpangnya untuk kembali ke Kapal Pesiar.     

Di atas langit sana, masih kulihat elang yang tadi terbang diatas Kuil Edfu.   Dia terus terbang, berputar di atas kepala rombongan kami dan menghilang dibalik awan...

# Perjalanan Selanjutnya : "Unik nya Esna Lock dan Kuil Esna" di seri : Pesona Pelayaran Kapal Pesiar dari Aswan ke Luxor

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun