Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menggapai Tahajud dan Subuh di Masjid Al Aqsha (Bagian Kedua)

27 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 27 Agustus 2021   07:02 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Qubbatush Shokhro' atau Masjid Kubah Batu. Orang Indonesia menyebutnya Masjid Kubah Emas (Dokumen Pribadi)

Udara segar pagi dini hari menerpa wajah kami, saat kali pertama kaki ini menapak halaman komplek Masjid Al Aqsha.  Wangi aroma bunga zaitun yang mulai bersemi memberi aroma tersendiri.   Daunnya yang rimbun bergerak perlahan dihembus angin dini hari. Bayangan pohon zaitun yang sudah tua seakan bergerak, membungkuk, menyapa hadirnya para pencari ridho Ilahi.

Kami masuki komplek Masjid al Aqsha yang halamannya berbentuk Trapesium, dengan panjang tembok Selatannya mencapai 281 m; sebelah Timur 462 m;  sebelah Utara 310 m; dan sebelah Barat 491 m.

Yang dimaksud dengan Masjidil Al-Asqha adalah sebuah Kompleks yang mencakup semua halaman terbuka dengan segala macam bangunan bersejarah dan peninggalannya di dalamnya, seperti; Qubbatush Shokhro’, Masjid Al Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsho yang beratap), Kubah Silsilah, Mushola Marwani, Al Aqsha lama, Kubah, Mihrab, tempat minum, teras, sumur, koridor dan semua bangunan lainnya.

 

Kubah Shokhro’ (Kubah Batu, atau orang Indonesia menyebutnya Kubah Emas) berdiri kokoh di hadapan kami.  Bentuknya yang Hexagonal (Segi delapan) dengan kubah besar berwarna emas bagaikan sebuah maha karya arsitektur muslim yang unik.  Yang ditempatkan pada posisinya yang tertinggi di atas Puncak Bukit Moriah.

Puncak Bukit dimana dalam sejarah Para Nabi diyakini untuk pertama kali, Yakub  As, Sang Nabi Allah,  melihat para malaikat turun dan naik dari puncak bukit tersebut dalam mimpi.  Yang  kemudian ditandai. Dan Ia pun berjanji mendirikan Bait Il (Baitullah - Rumah Allah) di sini.

Puncak Bukit yang di atasnya dibangun Bait Allah (Haekal – Harem Syarif – tempat yang mulia) oleh Nabi Sulaiman As.  Sebagai Raja dan Nabi menggantikan kedudukan Sang Ayah.  Raja dan Nabi Daud As.  Yang di tengah nya ditempatkan sebuah batu hitam besar bernama Shokhro’ Al-Muqaddasah.  Yang berlandaskan pijakan batu itulah Rasulullah Muhammad Swa berangkat melaksanakan Mi’raj.

Puncak Bukit dimana Manusia termulia,  Rasulullah Saw di Mi’raj kan Allah menuju Sidratulmuntaha untuk menerima langsung perintah Sholat dari Sang Khaliq.  Yang dalam perjalanannya diperlihatkan sebagian kecil dari Kebesaran Ciptaan Nya. Berjumpa para Nabi sebelumnya dan Malaikat penjaga langit, hingga melihat dahsyatnya Neraka dan luar biasa indahnya tak terkata, Surga.

Puncak Bukit yang dengan tangannya sendiri; kemudian dibantu para sahabat, Khalifah Umar Ibnu Khatab membersihkan puncak bukit tersebut dari sampah-sampah yang menutupinya. Untuk melaksanakan sholat. Mengikuti apa yang telah dilakukannya sahabat tercintanya, Rasulullah, Muhammaad Ibnu Abdillah.  Yang di atasnya kemudian dibangun sebuah masjid. Yang kini dikenal dengan Masjid Kubah Shokhro’ di dalam kompleks Masjid Al Aqsha.

Semua dilakukan setelah menerima Kunci Kota Jerusalem dari Pendeta Saphronius sebagai tanda takluknya penguasa Bizantium (Romawi Timur) pada 638 M di Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulchre).  Umar, Sang Khalifah menolak melakukan sholat di gereja itu karena khawatir umat Islam sesudahnya akan melakukan hal yang sama di gereja tersebut, 

Kami terus bergerak melangkah, menapaki jalan sedikit mendaki. Mendaki bukit Moriah yang tak seperti bukit lagi.  Jalan beralas semen dan batu  mempermudah langkah kami menuju puncak. Yang terasa semakin sejuk karena dihiasi banyak pohon Zaitun dikanan-kiri.

Bangunan dan sekitar Masjid Kubah Shokhro’, tampak bermandi cahaya.  Terang benerang di puncaknya.  Puncak bukit ini memang seakan menjadi Ikon  kota Jerusalem.  Dengan Masjid Kubah Shokhro’ sebagai Simbol Ikon tentunya.  Bila dilihat dari semua sudut kota terdekat, maka Masjid Kubah Shokhro’ seakan menjadi pelita di atas puncak kota.

Sebuah Gerbang batu membentuk beberapa pintu menjadi “pagar ayu” penyambut tamu pencari ridho Allah.  Yang di dahului beberapa puluh anak tangga batu yang harus dilalui untuk bisa tiba di dekatnya.  Penduduk Jerusalem (Al-Quds)  menyebutnya “Mawazim atau Waaik” (Jembatan penyeimbang). Dan anak tangga yang berhubungan dengannya disebut “Miroq”.   Ada delapan “Jembatan Penyeimbang” yang mengelilingi puncak Masjid Kubah Shokhro’ yang dibangun dari berbagai arah penjuru mata angin.

Jembatan Penyeimbang atau Mawazim atau
Jembatan Penyeimbang atau Mawazim atau "Gapura" (Dokumen Pribadi)

Dari sudut ini, angle foto terbaik Masjid Kubah Shokhro’ bisa kita dapatkan, untuk dapat tampil cantik di Istagram atau medsos lain.  Walau sedikit Backlight.  Tapi bisa dapatkan “Pictures” yang “cool”.

Sebuah halaman dengan lantai batu pualam terbentang mengelilingi bangunan Hexagonal Masjid Kubah Shokhro’. Yang di beberapa bagian didirikan bangunan berbentuk kubah yang digunakan untuk beribadah, itikaf dan kajian ilmu. Juga beberapa bangunan yang berfungsi sebagai, tempat minum, sumur, berwudhu, mihrab, dan Mimbar

Qubbatush  Shokhro’ dibangun pada masa Khalifat Umawiyah Abdul Malik bin Marwan pada 72 H atau 691 M yang dibiayai dari pajak yang dikumpulkan dari Mesir selama tujuh tahun.  Total pajak yang terkumpul untuk biaya pembangunannya mencapai 15 juta dinnar

Mengamati semua bangunan di sekeliling Masjid Kubah Sakhrah, terbayang betapa indahnya kehidupan beribadah dan menuntut ilmu di sini. Anak-anak saling berlari sambil membawa mushaf al Quran di tangannya, mencari tempat yang tersisa di bangunan madrasah.  Dimana Sang Kyai duduk menanti dengan senyum penuh kasih.  Untuk berbagi ilmu bekal para generasi.

Sementara orang-orang dewasa duduk mengelilingi Sang Guru. Di sudut-sudut ruang tertentu.  Bertanya tentang ilmu.  Bertanya tentang sesuatu.  Semua seakan termangu-mangu menanti setiap petuah sang Guru.   Sebuah kehidupan yang indah.  Yang didamba oleh setiap pecinta ilmu.

Apalagi saat dini hari seperti ini, rasanya Masjid dan halaman ini akan penuh dengan mereka yang mencari ridho Illahi.  Mereka yang rela melepaskan selimut hangat dan menjauhkan diri dari tidur nyenyak.  Mereka yang rela menggantikan kehangatan sang istri dengan dinginnya angin dini hari. Merekalah yang rela mengganti semua kenikmatan dunia sesaat dengan kenikmatan abadi di akhirat.

Beberapa bangunan lain di sekitar Masjid Qubbatush Shokhro
Beberapa bangunan lain di sekitar Masjid Qubbatush Shokhro"- Masjid Kubah Batu (Dokumen Pribadi)

Tiba-tiba semua bayangan indah itu hilang, kala seorang jamaah sedikit berkata lantang, “Ayo…, cepat nanti kita terlambat, waktu subuh semakit dekat”.   Terhendak dari lamunan kenangan indah masa silam, ku lirik jam tangan hitam di tangan.   Ya… rasanya memang tersisa kurang dari 30 menit, saat waktu subuh akan tiba.  Waktu terasa mengejar…mendekat.

Sang penguasa sengaja menahan umat Islam berlama-lama bercengkerama dengan Tuhannya di saat yang mustajab ini.  Mereka tahu pasti betapa akan dahsyatnya umat Islam bila semua pengikutnya taat melaksanakan sholat Tahajud dan subuh berjamaah di Masjid.  Kedahsyatan umat yang tak ingin dilihat. Tak ingin jadi penghambat bagi kejayaan sesaat.

Kini yang terlihat hanya kesunyian diantara bangunan-banguan madrasah; diantara, mihrab-mihrab para pemunajat cinta; diantara kubah-kubah pencari ilmu; diantara sudut-sudut ruang tertentu; diantara kokohnya Masjid Kubah Shokhro’, yang seakan hanya diam termangu.

Kami sedikit berputar mengelilingi Masjid Kubah Shokhro’ yang semua pintu masuknya masih tertutup rapat.  Masjid ini memang jarang dibuka untuk sholat tahajud dan subuh.   Pintu-pintunya akan dibuka sekitar pukul 09 atau 10 pagi dan akan ditutup ba’da sholat Isya.   Semua sholat Fardu juga dilakukan dengan berjamaah di Masjid Kubah Shokhro’.

Barjarak 50 m atau lebih dari pintu Qubbatush Shokhro” menuju Selatan, kami menjumpai lagi “Mawazin” Jembatan Penyeimbang. Agar lebih mudah kita sebut “Gapura” dalam bahasa Indonesia.  Berjumlah 4 lengkungan dan puluhan anak tangga batu menuju ke bawah.   Berhadap langsung dengan Masjid Al Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsha yang beratap).

Dari jarak kami berdiri, di akhir tangga terakhir, terbentang square kurang lebih 100 m x 50 m yang seakan menjadi area “penerimaan tamu” bagi para pencari ridho Illahi. Di tengah bagian ahirnya terdapat sebuah Cawan Air, yang di sebut “Al-Ka’s”.  Bangunan berbentuk bulat membentuk kolam. Berpagar besi yang di tengahnya terdapat  bangunan kecil menyerupai cawan sebagai air mancur.  Darinya air keluar ke dalam kolam. 

Di sekeliling luar kolam terdapat banyak pancuran kecil untuk orang mengambil wudhu.  Dari bagian lantai teratas hingga ke bawah terbagi empat menjadi lingkaran anak   tangga yang menambah cantik  bentuk “Al-Ka’s”.  Di setiap pancuran air wudhu terdapat sebuah kursi batu bagi mereka yang berwudhu.

Al-Ka’s (Tempat wudhu yang berbentuk Cawan) dibangun pada 589 H / 1193 M oleh Sultan Abu Bakar bin Ayyub, yang kemudian diperbaiki lagi oleh Al-Amir Saifuddin Tankiz an-Nashiri wakil Sultan di Syam pada 728 H / 1327 M.

Tempat Wudhu berbentuk Cawan yang dikenal dengan nama Al Ka's  (Dokumen Pribadi)
Tempat Wudhu berbentuk Cawan yang dikenal dengan nama Al Ka's  (Dokumen Pribadi)

Berwudhu sebelum sholat di Masjid Al Aqsha Al Masquf (Dokumen Pribadi)
Berwudhu sebelum sholat di Masjid Al Aqsha Al Masquf (Dokumen Pribadi)

Sang arsitek pembangun Masjid Al-Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsho yang beratap) seakan menginspirasikan sebuah philosofi “Wahai pencari ridho Illahi, bersihkanlah dirimu sebelum engkau menemui Khaliq-mu”

Beberapa Pohon Zaitun Besar yang sudah berusia ratusan tahun berada di depan Masjid Al Aqsha al Masquf.  Tepatnya di sisi kanan dan kiri Al-Ka’s.   Seakan menjadi saksi jutaan manusia yang telah hadir di sini untuk sujud, memohon ampun, bermunajat dan mengharap ridho dan kasih sayang dari Allah Azza wa Jalla. 

Mempercantik sudut pandang, sang arsitek, membuat garis lurus antara “Al Ka’s” dengan pintu utama Masjid Al-Aqsha al-Masquf. Jarak antara keduanya  tak lebih dari seratus langkah.

Masjid Al Aqsha Al Masquf atau Masjid Al Aqsha Yang Beratap (Dokumen Pribadi)
Masjid Al Aqsha Al Masquf atau Masjid Al Aqsha Yang Beratap (Dokumen Pribadi)

Setengah berlari semua jamaah langsung menuju pintu Masjid Al Aqsha al-Masquf (Masjid Al Aqsha yang beratap).   Sambil melepas alas kaki dan merapihkan diri, semua jamaah laki-laki terus melangkah dengan pasti.  Sementara jamaah wanita, mengambil posisi di pojok kanan belakang, tak jauh dari pintu  utama masjid Al Aqsha al-Masquf.

Terlihat wajah-wajah khusuk jamaah-jamaah yang telah hadir lebih dahulu. Khusuk dalam sholat dan doa.  Hampir semuanya warga Palestina, Penduduk asli kota tua Jerusalem. Banyak dari mereka yang sudah paruh baya.  Namun banyak juga yang tampak gagah dan muda.

Hanya wajah-wajah kami yang tampak baru.  Baru hadir dalam majelis Tahajud dan Subuh di Masjid Al Aqsha al Masquf.  Jauh kaki ini melangkah dari tanah kelahiran kami. Hanya untuk mematuhi Sunnah Nabi.  Di “Masjid Terjauh” di muka bumi. “Ya Robb…kami penuhi janji kami untuk mematuhi Sunnah Nabi Mu, untuk sholat di Baitulmaqdis-Mu.  Saksikanlah bahwa kami semua telah hadir disini, karenanya ya Allah…, Ya Tuhan kami…, kabulkankan semua permohonan doa kami, berkahi kami, cintai kami dan ridhoi kami,…Ya Allah Ya Mujibassailin.

Mereka yang mencari ridho Illahi di Masjid Al Aqsha (Dokumen Pribadi)
Mereka yang mencari ridho Illahi di Masjid Al Aqsha (Dokumen Pribadi)

(Berlanjut ke bagian ketiga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun