Pemimpin rombongan mulai menghitung anggotanya yang jauh dari usianya. Tersenyum haru melihat mereka yang begitu bersemangat menempuh hambatan perjalanan awal yang sangat berat diusia mereka yang semakin senja. Mereka masih belum menyadari lagi bahwa tahap berikutnya jauh lebih berat dari sesudahnya.
Beberapa peziarah mohon untuk diantar untuk melaksanakan hajat buang air kecil. Uniknya di atas gunung Tursina ini “tersedia banyak tempat” untuk menunaikan hajat tersebut.
Para Badui yang membantu pendakian menunjukan beberapa tempat, dibeberapa pojok. 30 atau 40 langkah sedikit jauh dari Basecamp.
Alam terbuka, diantara batu-batu gunung, tanpa sekat, tanpa batas dalam gelap, disanalah tempatnya. “Ini Toilet alam” yang dengan “ramah” akan mengurai urin anda.
Semua peziarah sudah lengkap. Tubuhnya mulai menghangat. Arahan tahapan pendakian diberikan pemimpin rombongan. Segala sesuatu disiapkan dan di sini lah senter yang dibawa akan digunakan.
Malam masih tampak muda, masih pukul 3 belum tampak sedikitpun berkas cahaya di langit sana. Semua masih gelap menyelimuti gunung Tursina yang menantang para peziarah berusia senja untuk menaklukannya.
Maka langkah berikutnya dimulai. Dengan membaca Bismillahirahmanirrahim maka peziarah muslim berusia senja itupun bersemangat untuk dapat mewujudkan tekadnya menapaktilasi Jejak Nabi Allah Musa Alaihissalam di atas Gunung Tursina.(Mount Sinai)
(Bagian Pertama dari Tulisan Perjalanan Napak Tilas Para Nabi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H