Lalu saya tulis sebuah cerpen berjudul Pembunuhan. Tentang seorang ibu yang ketika hendak membunuh anaknya untuk menyelamatkan dia dari masa depan gelap, digoda oleh sajak Khalil Gibran dalam kumpulan sajak Sang Nabi. Gibran bebisik : anakmu bukanlah anakmu.....
Perempuan itu kalap lalu menghajar rak tempat buku nangkring. Rak buku tumpah. Perempuan itu terhimpit almari. Obat nyamuk juga terlempar dan terjadilah kebakaran. Anak yang mau dibunuh itu bangun, lalu mencoba menolong ibunya. Suami ibu itu yang ternyata dosen merangkap tukang ojek malam hari, pulang.
Kebakaran teratasi.
Saya berhenti di situ. Saya mencari peluang untuk menyerang berita dalam KOMPAS itu. Lalu saya baca berita itu dengan lebih teliti. Ternyata penulisnya tidak beropini seperti yang saya tangkap ketika membaca selintas. Beliau cukup obyektif dan tidak terdorong oleh kebencian pada pemerintah.
Saya membelokkan tembakan, lalu mengakhiri ceritera itu dengan sebuah kalimat.
Kebakaran teratasi. Walaupun buku Kahlil Gibran terbakar hangus, tetapi pesannya, sudah tertanam dalam di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H