Mohon tunggu...
Ar Kus
Ar Kus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senang berpikir apa adanya dan adanya apa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Ini Memang Tidak Adil

24 Agustus 2012   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anakku suka sekali film kartun Spongebob Squarepants, jadi aku kadang-kadang ikut nonton juga. Termasuk di episode tadi pagi, yaitu tentang Patrick yang dinyatakan sebagai keturunan raja dan mendapat mahkota.

Seperti namanya, Patrick adalah bintang laut. Dalam episode pagi tadi yang berjudul Rule of Dumb ternyata dia dan Gary adalah keturunan bangsawan, dan juga ternyata mereka bersaudara.

Patrick adalah teman akrab Spongebob. Dia tinggal di bawah batu. Patrick merupakan penduduk paling bodoh di Bikini Bottom. Walau dikenal sebagai penduduk paling bodoh, ternyata Patrick seringkali mengungkapkan kata-kata bijak.

Misalnya, dalam salah satu episode yang saya tonton, tercatat ada kata-kata bijak menarik yang diungkapkan oleh si Patrick, yaitu: “Hidup ini memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu,” begitulah kalimatnya.

Tapi, benarkah hidup ini tidak adil? Coba kita lihat kasus berikut ini.

Pertama, menurut sebuah penelitian, warga Amerika membuang hampir setengah makanannya setiap tahun, atau memboroskan sekitar $165 miliar per tahun. Laporan lainnya menyebutkan bahwa jenis makanan yang paling banyak tersisa untuk kawasan Asia adalah nasi. Jumlahnya mencapai 15% dari persediaan makanannya setiap tahun.

Coba kita bandingkan dengan jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan mencapai 1,02 miliar berdasarkan laporan FAO (2009). Terlihat jelas bahwa telah terjadi distribusi pangan yang tidak adil.

Kedua, kadang fakta terasa aneh bahwa orang miskin harus membayar lebih banyak untuk kenikmatan yang sama dibanding orang kaya. Misalnya, di Tanjung Priok Jakarta, orang miskin harus membeli air seharga Rp 1.000,-/20 liter air dari tukang air gerobak, sedangkan orang kaya membeli air hanya seharga Rp 800,-/M3 dari PDAM.

Ketiga, masih ingatkah anda dengan kisah nenek Minah yang ditahan selama 1 bulan 15 hari akibat mencuri 3 biji buah kakao? Apalagi sebelumnya sudah menjalani masa tahanan rumah selama 3 bulan sebelum pengadilan memutuskan penjara 1 bulan 15 hari. Di sisi lain ada koruptor yang korupsi milyaran rupiah hanya dihukum sekedarnya saja, bahkan kemudian divonis bebas murni.

Keempat, sudah 760-an orang tewas sampai hari ini dalam prosesi mudik lebaran tahun 2012, ratusan lainnya luka ringan dan luka berat dan bahkan menjadi cacat. Bagaimana reaksi pemerintah Indonesia melihat hal ini? Sangat tidak reponsif. Di sisi lain ada negara yang ketika ada satu orang saja warganya meninggal secara tidak wajar respon pemerintahnya sungguh luar biasa. Di negeri ini nyawa manusia terasa terlalu murah, bahkan benar-benar murah.

Kelima, setiap hari ada orang terlahir cacat, idiot, miskin, atau bodoh, di sisi lain ada orang terlahir sempurna, cerdas, kaya, atau pintar. Bagaimana ini bisa terjadi? Jika ada entitas mahasempurna, mengapa begitu banyak ketidaksempurnaan dalam hidup ini? Entahlah, aku tak tahu.

Benar bahwa salah satu fakta kehidupan adalah adanya keteraturan, tetapi fakta lainnya menjelaskan bahwa hidup memang tidak adil, tidak teratur, dan mungkin bisa disebut kacau-balau. Kita bisa membuat daftar lanjutan kasus ketidakadilan di atas menjadi lebih panjang lagi.

Lalu, kenapa bisa begini? Ada seorang arif mengatakan bahwa adanya ketidakadilan adalah supaya kita mengenal keadilan. Lah, darimana kita mengenal keadilan jika tidak ada ketidakadilan?

Lantas bagaimana?

“Hidup ini memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu,” begitu kata Patrick Star.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun