Rabu, 9 Oktober 2013 sepulang dari kegiatan outbond yang dilaksanakan sekolahnya, dua anak saya masing-masing membawa sebuah bingkisan. Pada awalnya saya tidak begitu memperhatikan, karena saya pikir itu hanyalah bungkusan konsumsi keduanya. Saya pun tetap asyik didepan laptop menyelesaikan pekerjaan yang sudah hampir deadline.
Saya baru terusik beberapa saat kemudian ketika Azfa dan Nabil terdengar teriak-teriak di depan rumah.
"Coblos nomor 1.....coblos nomor 1....."
Saya pun menghampiri keduanya, masing-masing tampak memegang sebuah mug bergambar seorang caleg nomor urut 1 dari sebuah partai politik.
"Dapet dari mana, De..."
"Dari ibu guru.....bagus kan, Yah" kata Nabil sambil memperlihatkan mug miliknya.
Rupanya strategi sosialisasi/kampanye dari caleg tersebut cukup efektif, setidaknya untuk meramaikan dan mensosialisasikan dirinya di gang rumah kami. Kedua anak kami, Azfa (6 thn) dan Nabil (4 thn) serta anak tetangga yang satu sekolah mampu menjadi juru kampanye (jurkam) bagi caleg tersebut. Saat bermain sore, sambil membawa mug ketiganya terus berteriak-teriak "Coblos nomor satu.....", bahkan teriakan mereka kemudian diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Sambil mondar-mandir dari ujung gang ke ujung gang, tanpa lelah jurkam-jurkam cilik ini mampu membuat semua orang dewasa penghuni rumah di gang kami keluar dan memperhatikan mereka. Meskipun tidak ada orasi politik dari ketiganya, satu gang menjadi tahu bahwa ada Bapak Anu yang menjadi Caleg nomor urut 1 dari parpol Anu pada pemilu 2014 nanti.
Pemberian sebuah mug bagi orang dewasa mungkin tidak akan begitu berarti apa-apa, tapi bagi anak-anak ternyata menjadi sesuatu yang menarik. Meskipun gurunya tidak mengajarkan teriakan "Coblos nomor 1...." (kata gurunya saat saya konfirmasi) tapi karena anak-anak sudah bisa membaca (tulisan di mug), mereka mampu menjadi 'corong politik' bagi caleg tersebut.
Saya meyakini, bahwa pemberian mug tersebut tentu dimaksudkan sebagai sebuah 'pesan' untuk kami orangtuanya, karena pemilik sekolah juga caleg dari partai yang sama dengan pemberi mug. Namun yang menarik, entah disadari atau tidak oleh sang caleg strateginya ternyata cukup berhasil. Dengan hanya bermodalkan mug yang dibagikan kepada anak-anak, saya yakin sampai dua tiga hari kedepan gang kami akan ramai dengan teriakan anak-anak "Coblos nomor 1....Coblos nomor 1". Cukup untuk membuat sang caleg dikenal di gang kami. Coba kalau bingkisan itu diberikan langsung pada orang dewasa/orangtuanya, paling juga langsung dipakai untuk menyeduh kopi dan tersimpan di rak priring.
Ayo...ada caleg lain yang mau meniru?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H