Mohon tunggu...
Kuswanda
Kuswanda Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja Buku

Beradaptasi dengan inovasi teknologi untuk menjangkau pembaca yang lebih luas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banjir Cileuncang dimusim Pancaroba

21 September 2011   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu belakangan ini hujan turun deras beberapa kali di kota Bandung. Durasinya tidak terlalu lama. Hujan rata-rata turun sekitar 1-1,5 jam. Sebuah berkah yang telah lama ditunggu-tunggu warga. Namun dilain pihak, hujan mengakibatkan banjir cileuncang di beberapa titik ruas jalan. Banjir cileuncang yang senantiasa terjadi setiap musim hujan menunjukkan tidak adanya kesadaran warga dan upaya serius pemerintah kota Bandung untuk mengatasinya.

Sebagai orang lapangan, selama lima hari berturut-turut saya harus mengalami berbasah-basah ria. Menembus derasnya hujan. Beberapa kali harus berani menembus genangan cileuncang yang cukup dalam denga resiko motor mogok. Dalam kesempatan itulah saya mencatat beberapa titik ruas jalan yang banjir cileuncang. Beberapa ttik yang saya lewati itu adalah: jalan Sukajadi, perempatan Surya Sumantri-Djundjunan, jalan Djundjunan depan BTC, jalan Dago, perempatan Pasir Koja-Soekarno Hata, perempatan Kopo-Peta, jalan Pagarsih, jalan Melong, dan di bawah fly over Cimindi.

Saluran air/drainase di pinggir jalan yang selama musim kemarau terabaikan tak mampu menampung debit air hujan yang tinggi. Pendangkalan saluran air dan tersumbatnya gorong-gorong oleh sampah yang dibuang sembarangan membuat air mencari jalan keluar lain lewat badan jalan. Karena itulah, di beberapa badan jalan yang cekung menimbulkan genangan dengan ketinggian sampai 30 cm.

Saya sempat membaca penjelasan dari BMKG kota Bandung disebuah koran lokal, bahwasanya hujan yang telah turun dalam seminggu belakangan ini baru hujan pancaroba. Hujan yang turun dalam masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sedangkan musim hujan sendiri diperkirakan baru akan mulai awal Oktober.

Saya tidak bisa membayangkan, dalam hujan di musim pancaroba saja bisa menimbulkan banjir cileuncang dibeberapa tempat. Apalagi kalau sudah benar-benar masuk musim hujan. Saat musim hujan biasanya hujan berlangsung berjam-jam dalam sehari dengan curah hujan yang tinggi. Kalau kondisinya seperti sekarang, saluran air dangkal, gorong-gorong tersumbat, bukan tidak mungkin banjir cileuncang akan mengepung seluruh kota.

Mumpung masih sekitar seminggu menuju musim hujan sebenarnya (kalau prediksi BMKG benar), berarti masih ada kesempatan bagi pemerintah kota Bandung melalu Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP)-nya untuk melakukan pembenahan dan pemeliharaan saluran air/drainase dan membersihkan gorong-gorong yang bermasalah.

Tidak kalah pentingnya, diperlukan kesadaran yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat Bandung untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan membersihkan saluran air di sekitar pemukimannya secara swadaya.

Keep Bandung Beautiful, Euy!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun