Mohon tunggu...
Kuswari Miharja
Kuswari Miharja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar yang tak pernah berhenti belajar

Senang menulis fiksi maupum nonfiksi, yang penting bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pak Guru! Aku Hamil (2)

23 Januari 2025   15:20 Diperbarui: 23 Januari 2025   15:20 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wulan keluar dari kamar dengan terlihat wajah pucat dan nampak pertunya terlihat membesar. Siswa  yang masih berusia 14 tahun  itu hanya tertunduk malu, tak mampu melihat melihatku. Aku kaget dan hanya terdiam tak mampu berkata seatah katapun, sama sekali tidak percaya apa yang aku lihat!

Dia menangis  terisak-isak seolah menyesali apa yang sudah terjadi. Aku  tak kuasa menahan air mata yang meleleh membasahi pipinya. Antara sedih dan kecewa bersatu dalam hati. Namun yang  aku belum tahu siapa yang telah berani melakukan  tindakan biadab itu.

Andaikan saja yang melakukan itu adalah siswa satu sekolah, tak terbbayangkan bagaimana gemparnya sekolah dengan peristiwa yang memalukan itu.

Ketika suasana sudah agak tenang, aku pun menanyakan siapa lelaki  yang telah melakukan perbuatan biadab itu.

Wulan hanya menundukkan kepala tak berkata sepatah katapun.

Ibunya yang sejak tadi duduk di kursi pun, akhirnya buka suara.

"Begini Pa, setelah saya desak siapa yang melakukan perbuatan itu, akhirnya dia mengaku kalau yang telah melakukan itu adalah ayah tirinya yang setiap hari mengantar ke sekolah!"

Bukan main aku terperanjat mendengar pengakuan itu. Sama sekali diluar dugaan dan sama sekali tidak masuk akal, namun ini adalah fakta yang terjadi. Aku hanya menarik panjang dan tak mampu berkata apa-apa.

Aku menghela napas panjang seakan ikut merasakan beban yang kini menimpa keluarga ini Wulan.

Ibunya bercerita terus terang bahwa selama ini tidak menyangka jika ayah tirinya telah memanfaatkan  Wulan menjadi pemuas hawa nafsu. Ibunya sendiri mengaku kalau dia bekerja setiap hari di sebuah Pabrik  yang harus pulang malam. 

Baru 4 tahun Ibu Wulan menikah dengan lelaki yang masih tetangganya. Sementara dengan ayahnya Wulan sudah bercerai ketika Wulan masih sekolah SD. Ibu Wulan tidak mengira jika selama ini ternyata  suaminya justru memanfaatkan kesempatan untuk  memuaskan hawa nafsunya kepada anak tirinya yang memang setiap hari diantar ke sekolah.

Ibu Wulan mengakui terus terang jika selama ini pulang bekerja  malam dengan kondisi yang capai, tidak bisa melayani suaminya. Namun sama sekali tidak menduga jika anaknya menjadi sasaran suaminya.

"Jadi sekarang suami ibu dimana?" aku penasaran karena sejak tadi tiodak ada siapa-siapa lagi di rumah.

"Suami sekarang ada di kantor polisi. Karena dilaporkan oleh ayahnya Wulan," ucapnya. "Ayah Wulan setelah mengatahui pengakuan Wulan,  langsung melaporkan ke polisi untuk ditahan dan diproses hukum"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala, karena masalah yang dihadapi oleh Ibu Wulan sangat dilematis. Suaminya selama ini memang tidak memiliki pekerjaan tetap, kerja serabutan. Banyak tinggal di rumah. Sementara Wulan yang setiap hari  ada  menjadi mangsa biadab ayah tirinya.

"Wulan, selama ini kamu dipaksa atau diancam oleh ayah tirimu," tanyaku penasaran.

"Diancam Pak, kalau tidak mau ayah mengancam tidak akan mengantar ke sekolah dan memberi uang" ucapnya polos.

Maklum anak yang masih remaja dan belum mengerti, Wulan hanya menurut saja apa yang dilakukan ayah tiri kepadanya. Dia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan ayahnya akan berakibat fatal.

Semula Wulan, sebagaimana diceritakan Ibunya, sama sekali tertutup dan tidak mau mengatakan siapa yang telah menghamilinya. Namun setelah didesak dan dipaksa untuk mengaku, akhirnya terbuka semuanya!

Ayahnya ketika ditanyakan oleh ibu WUlan tak bisa berkelit, dia tak bisa lagi berbohong, memang telah melakukan tindakan yang tidak pantas dilakukan kepada anak tirinya. Nasi sudah jadi bubur.

Warga sekitar pun sudah mencium gelagat yang yang tidak wajar dengan melihat perkembangan perut Wulan yang setiap hari diantar oleh ayah tirinya ke sekolah. WUlan pun berusaha untuk menyembunyikan perut yang lama-kelamaan terasa makin membesar.***

Bersambung.... 

    

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun