.......Kung Kong......Kung Kong.......
Itu suara bangkong, kodok rumahan sebutannya
Bukan kodok yg berkeliaran disawah
Rasanya damai
Mendengarkannya diiringi gemericik hujan dibelakang rumah
Mengalahkan suara musik metallica
Â
Sayangnya si penikmat suara kodok
Kini tak bisa berlama lama lagi menikmati alunan irama
Kung Kong .....Kung Kong
Tiap hari bahkan kini pikirannya tak lepas dari mereka
Yang tak bisa lagi menikmati suara kodok
Yang ada dikota-kota
Yang ada dipinggir-pinggir kali
Yang ada dipasar-pasar
Karena kodok sudah punah dihabitatnya barangkali
Atau karena sama halnya dengan si penikmat suara kodok yang kini tidak bisa menikmati suara kodok lagi
Â
Suatu waktu didalam keheningannya
Diantara rusa rusa itu
Muncul suara kodok ......Kung Kong Kung Kong.......
Ia cari cari dimana suara itu
Sudah beberapa kali ia cari tiada ketemu dimana asal usulnya
Lalu dia terdiam kembali kekeheningannya
Rupanya dalam keheningannya
Ia bisa menyatu dengan suara kodok
Dan tiada perlu lagi bertanya dan mencari darimana asal suara kodok
Â
Ia berwujud suara
Kung Kong ......Kung Kong
Yang muncul menyeruak tapi bukan didengarnya melalui telinga
Hanya pesan yang dia tangkap
Suara Kodok
Kung Kong ..... Kung Kong .....
Â
Suara kodok itu nyaring ditelinganya
Menggemakan seluruh keadaan negeri yang dipimpinnya
Datang menyeruak, suara tanpa rupa
Suara kodok
Kung Kong ..... Kung Kong ......
Ia termenung kembali
Ia ingat, suara kodok itu laksana seekor kucing yang diutus betara guru untuk menyelamatkan pandawa dari bale sigala-gala, tempat kurawa melakukan sandiwara.
Â
Kung Kong .....
Kung Kong .....
Damai bergema
Suara apa yang ada tanpa rupa
Â
Salam fiksiana u/ pak Jokowi
Pak Jokowi, dengarlah selalu suara kodok yang adalah suara jujur dari alam, pertanda hujan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI