tak lagi memikirkan apakah 25 Desember, 6 Januari, atau 7 Januari tepatnya
Tak pula kuhiraukan lagi apakah 28 Maret, 20 April, atau 20 Mei tanggal kelahiran-Nya
Tak lagi kucerca mereka yang sengaja tidak berkehendak merayakan hari jadi-Nya.
Aku juga tak lagi peduli apakah di Nazaret Dia dilahirkan.
Tak hendak pula kupikirkan apakah di bawah pohon Kurma, Betlehem Efrata, Betlehem Yehuda, atau Betlehem Zebulon Dia diturunkan.
Di musim panas atau di musim dingin, tak perlu lagi kupertanyakan.
Tak ingin lagi semua itu kurenungkan.
Biar mereka saja yang mempertentangkannya.
Biar mereka saja yang saling meragukannya.
Lebih kusuguhkan totalnya percaya tentang lahirnya daripada kapan dan di mananya.
Lebih kutinggikan totalnya penyerahan daripada sehatnya pikiran dan logika yang menyertainya.