Kincir angin itu sama dengan Indonesia yang punya tujuan untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kita juga berusaha keras mewujudkannya.
Sementara itu di Peternakan Binatang, Boxer mungkin tidak pakai kacamata, tetapi dia hanya fokus pada 2 moto hidupnya. Dia hanya percaya apa yang dia dengar dari para babi yang saat itu memimpinnya.Â
Hasilnya, dia selalu berusaha memenuhi keinginan para penguasa tak peduli jika kebijakan mereka itu sebetulnya berpihak pada kaumnnya atau tidak. Tak peduli bahwa para binatang harus bekerja lebih keras dan harus bangun lebih pagi. Yang penting pemimpinnya selalu benar.Â
Terdengar seperti idealisme cebong dan kampret, belum?
2. Berusaha paling keras
Masih ingat dengan moto Boxer, bukan? Menurut saya, dialah pahlawan sebenarnya di Peternakan Hewan. Sama seperti di Indonesia, di mana masyarakat adalah pahlawan yang berusaha untuk kesejahteraan bangsanya sendiri, membayar pajak untuk pembangunan bersama, berusaha tidak nyinyir di sosmed jika tidak ingin terjerat UU ITE.Â
Sangat keras, tapi masih kurang keras karena tujuan itu belum juga terwujud seperti kincir angin para binatang yang memeras keringat para binatang bertahun-tahun setelah kemerdekaan mereka.
3. Mudah Lupa
Peternakan Binatang yang berdiri dengan asas komunisme, menurut saya, memang jauh lebih buruk kondisinya daripada di Indonesia. Tidak ada internet di sana sehingga tidak ada jejak digital. Tapi sungguh bahkan dengan jejak digital, netizen juga mudah lupa. Ya, hanya sedikit lebih pintar dibanding Boxer yang hanya sanggup menghafal huruf A-D.