Mohon tunggu...
Kustiawan Kusumo
Kustiawan Kusumo Mohon Tunggu... -

Kustiawan Kusumo adalah Country Manager pada divisi Software Group, IBM Indonesia yang bertanggung jawab untuk meningkatkan pangsa pasar piranti lunak untuk IBM di Indonesia. Memulai karirnya di IBM sepuluh tahun lalu sebagai Client Representative bagi industri perbankan. Sebelumnya menjabat sebagai Country Manager, System i - System Technology Group, IBM Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Planet Pintar untuk Pekerja Pintar

2 Februari 2010   08:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya ketinggalan zaman, jika kita katakan dunia kian sempit. Sebab faktanya, ukuran dunia tidak berubah secara signifikan. Yang berubah adalah cara manusia hidup di dalamnya. Barangkali lebih tepat dikatakan bahwa planet yang kita huni ini makin bertambah pintar, sebab teknologi yang kita gunakan sehari-hari juga kian canggih.

Bagaimana tidak pintar, kalau kini untuk menanyakan masalah kerja, cukup klik beberapa tombol, langsung terhubung dengan teman kerja. Bisa dimana saja, kapan saja, sambil melakukan apa saja. Seolah ada kabel yang tidak kasat mata yang menghubungkan manusia satu sama lain. Bisa jadi, kalau sinyal-sinyal telekomunikasi dapat dilihat oleh mata telanjang, sebenarnya antara satu individu dengan individu lain tak ubahnya  titik-titik interkoneksi yang kian hari kian rumit dan kompleks saja.

Selain terhubung satu sama lain dengan ponsel, kita juga terkoneksi dengan Blackberry, Bluetooth, Internet, infra merah, juga jaringan komputer kantor. Artinya, untuk mehubungi seseorang, tersedia begitu banyak opsi. Dengan Internet saja kita mampu berkomunikasi dengan seseorang melalui email, Yahoo Messenger, Twitter, Plurk, Facebook, dan banyak lagi. Wow, siapa duga planet kita secanggih ini?

Alasan Bekerja Lebih Pintar

Tanpa disadari, teknologi pintar sekitar kita otomatis sudah membangun pola kerja dengan ciri-ciri:

Dinamis

Konsep interkoneksi membuat kita bisa menghubungi pihak-pihak yang kita perlukan dengan lebih mudah, sehingga team work berjalan lebih lancar. Proses berjalan lebih gesit.

Mengambil keputusan langsung

Kemudahan komunikasi dan akses terhadap data yang tak kenal ruang dan waktu mendorong kita dapat mengambil keputusan langsung, tanpa menunggu kehadiran fisik. Kecepatan pengambilan keputusan jelas sangat berimbas pada kompetisi bisnis perusahaan. Ingat mitos, "siapa cepat dia dapat".

Informasi mengalir deras.

Butuh informasi tentang keadaan politik, naik turun saham, jumlah sumber daya, profil pesaing bisnis, semua bisa dengan mudah diakses berkat era teknologi informasi (TI).


Dengan tiga kelebihan itu, semestinya seorang karyawan mampu bekerja dalam team work secara lebih efektif. Hanya, masalahnya tidak semua orang dapat menerima pola kerja modern nan canggih seperti kita. Masih ada sebagian kalangan yang menganut pola kerja tradisional. Atau barangkali, mereka ini perlu diperkenalkan lebih jauh kepada kemampuan TI mempermudah proses kerja dan bisnis.

Kenapa?

Ada sejuta alasan mengapa karyawan wajib memanfaatkan kecanggihan teknologi, bukan sebatas sebagai hobi atau ajang pergaulan semata. Berdasar data yang dirangkum IBM, dunia bisnis membuang waktu 5,3 jam per karyawannya setiap hari akibat kinerja yang tidak efisien.


Sebanyak 2/3 karyawan yakin bahwa rekan kerjanya bisa membantu mereka bekerja lebih baik, namun tidak tahu bagaimana menemukannya. Tambahan lagi, sebesar 42% orang dipaksa mengambil keputusan berdasar informasi yang salah, setidaknya satu kali setiap minggu. Sedangkan 91% CEO yang mengikuti survei IBM mengatakan bahwa mereka perlu merestrukturisasi cara kerja organisasinya.


Planet yang Lebih Pintar

Bagaimana di Indonesia? Beberapa infrastruktur yang ada memerlukan dukungan teknologi yang lebih memadai. Kita membutuhkan planet yang lebih pintar agar dapat menjadi pekerja pintar.


Bayangkan kita hidup di kota dengan teknologi serba otomatis yang mampu mengurangi macet jalan raya, polusi udara, dan sistem transportasi yang lebih asyik buat warga kota besar. Pastinya sistem teknologi serba pintar akan memuat semua aspek hidup kita menjadi lebih mudah. Buat dunia industri, bayangkan juga tersedia sistem canggih yang dapat memonitor proses produksi suatu barang, sampai ke pengiriman ke pelanggan, dan semua terkontrol cukup hanya melihat ke layar komputer.


Mengapa kita butuh semua teknologi pintar itu? Sebab kota besar makin sesak, populasi kian padat. Tahun 1900, hanya 13% saja populasi dunia yang hidup di kota. Diperkirakan, tahun 2050 angka itu akan melonjak menjadi 70% atau 3,3 miliar orang di masa kini, menjadi 6,4 miliar orang akan tinggal di kota besar. Artinya, setiap tahun ada 60 juta pendatang di kota besar. Wow, artinya sama dengan 1 juta orang setiap minggu!


Transparansi Informasi


Dengan fakta seperti itu, kita butuh planet yang jauh lebih pintar dari yang ada saat ini. Teknologi macam itu sudah tersedia dan sungguhan ada, bukan sekadar imajinasi. Sebagai contoh, IBM kini tengah membantu sejumlah kota berkembang di seluruh dunia agar warganya dapat bekerja lebih pintar. Sebut saja, di Stokholm, Singapura, London dan Brisbane, IBM membangun sistem transportasi pintar yang dapat menekan kemacetan dan polusi. Caranya? Dengan menggunakan sistem pemodelan pemrediksi lalu lintas. Di Stockholm, sistem lalu lintas pintar mampu mengurangi 20% kepadatan jalan raya, mengurangi 12% kadar emisi, dan menambah 40.000 pengguna jalan raya per harinya.  Di Surabaya, Jawa Timur, IBM juga tengah mendesain sistem transportasi pintar untuk pemerintah kotanya.


Bukan hanya lalu lintas, teknologi pintar juga bisa menekan angka kriminalitas. Di LA, New York, dan Chicago, IBM membantu memerangi kejahatan dengan digitalisasi sistem pertahanan dan keamanan untuk mendorong terciptanya ketaatan hukum. Sistem ini menggunakan sensor audio ke kamera-kamera yang secara langsung dapat memberi tahu lokasi terjadinya aksi tembak menembak, bahkan mengenali kaliber senjatanya, mendeteksi lokasi secara akurat, jauh sebelum 911 dihubungi. Transparansi informasi, itulah intinya.


Masalah pemadaman listrik yang sering mengganggu juga dapat diatasi dengan jaringan listrik pintar yang mampu menghemat energi dan biaya. Di  Pacific Northwest National Laboratory (PNNL), IBM menjalankan sistem ini, sehingga pelanggan listrik dapat mengurangi higga 10% tagihan listriknya, dan PNNL sendiri menekan penggunaan energi sampai 50%.


Dasar dari semua kemudahan teknologi itu adalah transparansi, dimana informasi disajikan terbuka, apa adanya, serta serba otomatis. Sebuah studi mengatakan bahwa tahun 2075 kelak, Indonesia akan menjadi negara maju, dan saat ini sudah masuk dalam kategori negara dengan pertumbuhan hypergrowth.  Ini saatnya untuk menjadi lebih transparan. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun