Mohon tunggu...
Kusroni
Kusroni Mohon Tunggu... Dosen - santri dan pengabdi pesantren

santri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merampungkan Kuliah S3 pada Waktu yang Tepat

9 Maret 2021   06:36 Diperbarui: 10 Maret 2021   15:10 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kuliah doktoral memiliki perbedaan dan tantangan yang cukup signifikan dibandingkan dengan jenjang sarjana ataupun master. Perbedaan dan tantangan yang paling terasa adalah rentetan ujian-ujian (ada yang memplesetkan dengan istilah "penderitaaan") yang harus dilalui oleh sang calon doktor.

Rampung tepat waktu atau pada waktu yang tepat?

Bagi saya pribadi, merampungkan studi doktor "pada waktu yang tepat" adalah pilihan yang realistis dan bisa mengurangi tensi dan tekanan batin, dibandingkan dengan tuntutan agar bisa rampung "tepat waktu". Diksi pertama terkesan "galak" dan "membebani" secara psikologis, karena identik dengan target-target yang rigid. Sedangkan diksi kedua, bagi saya lebih kontekstual dan "membebaskan".

Begini rasionalisasinya. Merampungkan S3 "pada waktu yang tepat" ini lebih fleksibel dan objektif, karena setiap mahasiswa memiliki kemampuan dan kemauan yang tidak sama. Mereka juga memiliki kondisi, pekerjaan, lingkungan, dan faktor-faktor pendukung/penghambat lain yang tidak bisa disamakan. 

Bagi saya pribadi misalnya, yang tidak punya cadangan "devisa" untuk menutup biaya UKT alias Uang Kuliah Tunggal (yang nominal persemesternya seharga sepeda motor matic 110 cc itu ), "memilih" agar bisa selesai sebelum habis tahun ketiga adalah pilihan yang logis dan realistis. 

Perkara idealisme (riset yang bagus, misalnya) harus dinomorduakan. Hehehe. Namun bagi mahasiswa yang punya cadangan devisa yang cukup, idealisme-idealisme itu bisa jadi menjadi pertimbangan utama. 

Mahasiswa tipe ini juga punya "alasan" untuk tidak "terburu-buru" melewati rentetan ujian-ujian dalam studi doktor. Ia tidak begitu dipusingkan dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Tipologi ini mungkin tidak relevan bagi mahasiswa yang kuliah biaya mandiri alias bukan beasiswa. Tipologi ini juga lebih kepada pertimbangan-pertimbangan finansial dan ekonomi, belum menyentuh pada aspek-aspek lain yang bersifat "tak terduga".

Memilih Waktu yang Tepat

Secara umum, mahasiswa S3 menempuh kuliah kelas pada dua semester pertama, meskipun terkadang di beberapa kampus atau program studi memberikan kuliah kelas atau teori selama tiga semester. 

Pada semester dua, biasanya sudah ada mata kuliah seminar proposal. Inilah saat yang paling tepat untuk mematangkan bakal calon disertasi, yang sudah diancang-ancang dan dibayangkan pada semester satu, atau bahkan sebelum kuliah. Kumpulkan bahan referensi dan data yang relevan serta dianggap bisa memperkaya riset kita nantinya. 

Masukan dari teman sekelas dan dosen juga sangat membantu menyempurnakan draft proposal disertasi. Pertimbangkan sisi kebaruan dengan menggali informasi secara mendalam terkait riset yang ditulis sebelumnya. Ini sangat berguna untuk mengukur sejauh mana proposal kita bisa dilanjutkan. 

Pada semester dua ini juga tidak ada salahnya mulai merintis atau submit naskah jurnal ilmiah, yang biasanya dipersyaratkan saat mendaftar ujian akhir. Makalah kelas di semester satu dan dua bisa menjadi salah satu pilihan publikasi jurnal ini.

Pada semester tiga, biasanya sudah tidak ada kuliah tatap muka di kelas. Intensitas diskusi secara tatap muka dengan teman dan dosen secara otomatis juga berkurang. Pada saat inilah biasanya mahasiswa menjadi "terlena" di zona aman dan nyaman. Hehe. Jika tidak segera bangun, keterlenaan ini akan berlarut-larut yang mengakibatkan keterlambatan-keterlambatan berikutnya. Dan ini sangat tidak baik bagi tipe mahasiswa "tanpa cadangan devisa" seperti saya.

Untuk itu, di awal semester tiga, usahakan sudah memproses pendaftaran ujian kualifikasi/komprehensif, atau ada yang menyebut ujian pra-proposal. Bikin timeline dan target agar, maksimal pada pertengahan semester sudah bisa menempuh ujian, baik tulis maupun lisan. 

Jika sudah terlampaui, jangan berhenti. Kata al-Quran, "fa idza faraghta fanshab". Maka target berikutnya adalah memproses pengajuan proposal, mulai dari diskusi dengan kaprodi, hingga "acc" draft proposal dan memperoleh dosen pembimbing atau promotor. Pengalaman saya, tahapan ini cukup alot dan memakan waktu. Hehe.

Usahakan agar di akhir semester empat sudah selesai ujian proposal disertasi. Dengan demikian, pada semester lima, waktu bisa dimaksimalkan untuk menulis bab demi bab, sekaligus bimbingan dan diskusi dengan promotor. Waktu satu semester, saya kira cukup ideal untuk merampungkan seluruh bab dalam disertasi. Asal mau konsisten dan istiqamah tiap hari buka laptop dan ngetik,  walaupun satu atau dua halaman.

Jika pada semester lima semua bab sudah ditulis, usahakan di awal semester enam sudah memperoleh persetujuan dari promotor untuk mendaftar ujian. Biasanya, setelah ujian proposal, ada tiga tahapan ujian lagi, yaitu ujian kelayakan, tertutup dan terbuka. Jarak ideal antara satu ujian dengan ujian berikutnya biasanya antara satu hingga dua bulan. 

Hal ini tidak bisa diprediksi, karena terkadang ada hal-hal administratif dan teknis yang bisa membuat waktu tunggu rilis jadwal ujian lebih lama. Misalnya, ketersediaan waktu dari tim penguji. Selalu ada dinamika dalam setiap tahapan yang dilalui. Jadi, timeline ini adalah skenario paling aman dan maksimal, jika ingin rampung dalam waktu tiga tahun.

Jika ingin lebih aman lagi, ujian kelayakan atau verifikasi harus sudah ditempuh sebelum semester lima berakhir. Pengalaman saya, pertengahan bulan November semester gasal sudah selesai ujian, dan sisa waktu semesternya bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan revisi.

Dengan demikian, semester enam hanya menyisakan dua ujian lagi, yaitu tertutup dan terbuka. Jurnal yang disubmit pada semester dua, jika beruntung, sudah terbit dan bisa digunakan sebagai syarat administrasi pendaftaran ujian akhir. 

Jika semua prosesnya lancar, insyaallah sebelum semester genap berakhir sudah bisa melaksanakan ujian terbuka, dan ikut wisuda semester genap periode dua. Dan yang paling penting, aman dari UKT semester berikutnya. Ini yang saya maksud dengan rampung "pada waktu yang tepat" di awal tulisan ini.

*disclaimer: apa yang tertulis di atas merupakan pengalaman pribadi penulis saat menempuh beasiswa S3 di UIN Sunan Ampel Surabaya (2017-2020). Kondisinya bisa berbeda pada setiap individu. Semoga bisa menginspirasi bagi semua pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun