Pada semester dua ini juga tidak ada salahnya mulai merintis atau submit naskah jurnal ilmiah, yang biasanya dipersyaratkan saat mendaftar ujian akhir. Makalah kelas di semester satu dan dua bisa menjadi salah satu pilihan publikasi jurnal ini.
Pada semester tiga, biasanya sudah tidak ada kuliah tatap muka di kelas. Intensitas diskusi secara tatap muka dengan teman dan dosen secara otomatis juga berkurang. Pada saat inilah biasanya mahasiswa menjadi "terlena" di zona aman dan nyaman. Hehe. Jika tidak segera bangun, keterlenaan ini akan berlarut-larut yang mengakibatkan keterlambatan-keterlambatan berikutnya. Dan ini sangat tidak baik bagi tipe mahasiswa "tanpa cadangan devisa" seperti saya.
Untuk itu, di awal semester tiga, usahakan sudah memproses pendaftaran ujian kualifikasi/komprehensif, atau ada yang menyebut ujian pra-proposal. Bikin timeline dan target agar, maksimal pada pertengahan semester sudah bisa menempuh ujian, baik tulis maupun lisan.Â
Jika sudah terlampaui, jangan berhenti. Kata al-Quran, "fa idza faraghta fanshab". Maka target berikutnya adalah memproses pengajuan proposal, mulai dari diskusi dengan kaprodi, hingga "acc" draft proposal dan memperoleh dosen pembimbing atau promotor. Pengalaman saya, tahapan ini cukup alot dan memakan waktu. Hehe.
Usahakan agar di akhir semester empat sudah selesai ujian proposal disertasi. Dengan demikian, pada semester lima, waktu bisa dimaksimalkan untuk menulis bab demi bab, sekaligus bimbingan dan diskusi dengan promotor. Waktu satu semester, saya kira cukup ideal untuk merampungkan seluruh bab dalam disertasi. Asal mau konsisten dan istiqamah tiap hari buka laptop dan ngetik, Â walaupun satu atau dua halaman.
Jika pada semester lima semua bab sudah ditulis, usahakan di awal semester enam sudah memperoleh persetujuan dari promotor untuk mendaftar ujian. Biasanya, setelah ujian proposal, ada tiga tahapan ujian lagi, yaitu ujian kelayakan, tertutup dan terbuka. Jarak ideal antara satu ujian dengan ujian berikutnya biasanya antara satu hingga dua bulan.Â
Hal ini tidak bisa diprediksi, karena terkadang ada hal-hal administratif dan teknis yang bisa membuat waktu tunggu rilis jadwal ujian lebih lama. Misalnya, ketersediaan waktu dari tim penguji. Selalu ada dinamika dalam setiap tahapan yang dilalui. Jadi, timeline ini adalah skenario paling aman dan maksimal, jika ingin rampung dalam waktu tiga tahun.
Jika ingin lebih aman lagi, ujian kelayakan atau verifikasi harus sudah ditempuh sebelum semester lima berakhir. Pengalaman saya, pertengahan bulan November semester gasal sudah selesai ujian, dan sisa waktu semesternya bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan revisi.
Dengan demikian, semester enam hanya menyisakan dua ujian lagi, yaitu tertutup dan terbuka. Jurnal yang disubmit pada semester dua, jika beruntung, sudah terbit dan bisa digunakan sebagai syarat administrasi pendaftaran ujian akhir.Â
Jika semua prosesnya lancar, insyaallah sebelum semester genap berakhir sudah bisa melaksanakan ujian terbuka, dan ikut wisuda semester genap periode dua. Dan yang paling penting, aman dari UKT semester berikutnya. Ini yang saya maksud dengan rampung "pada waktu yang tepat" di awal tulisan ini.
*disclaimer: apa yang tertulis di atas merupakan pengalaman pribadi penulis saat menempuh beasiswa S3 di UIN Sunan Ampel Surabaya (2017-2020). Kondisinya bisa berbeda pada setiap individu. Semoga bisa menginspirasi bagi semua pembaca.