Kurang lebih setahun belakangan ini kita kerap jumpai pada sore  hingga malam hari dipinggir -- pingir jalan banyak orang yang membuka usaha rumah makan dengan nama ayam geprek. Lokasi  usaha  ayam geprek yang umumnya berada dipinggir jalan dan beberapa ada juga yang menjadikan ruko sebagai "restorannya" ini tidaklah sulit untuk ditemui dijalan mana saja dikota Jabodetabek yang banyak dilalui orang terutama di jalan- jalan yang terhubungkan dengan perumahan padat kelas menengah kebawah.
Usaha kuliner sederhana yang saat ini mampu menggangu penghasilan pengusaha atau  para pemilik kedai  pecel lele dan warung sate ini memang sepertinya saat ini sedang mengalami  masa keemasan. Bila dibandingkan dengan usaha kuliner pecel lele tentu saja usaha kuliner ayam geprek terbilang tertinggal jauh bila menyangkut kepada hal eksistensinya.
Pecel lele jauh sudah ada sebelum bendera ayam geprek berkibar -- kibar seperti saat ini. Umumnya hampir tidak ada perbedaan tampilan antara gerai pedagang pecel lele dengan gerai pedagang ayam gepruk. Bila kita menemui tempat yang menjadi sarana untuk menjual pecel lele maupun ayam gepruk maka disana hanya ada  meja panjang tempat menaruh etalase kaca yang digunakan untuk memajang ayam, tahu, tempe dan kadang sate usus juga beberapa sayuran seperti kol dan daun kemangi.
Diatas meja panjang itu juga ada ulekan besar tempat membuat sambal yang merupakan primadona dari kedua usaha yang bisa membuat kenyang perut pengunjungnya ini.Â
Disanapun, masih diatas meja itu tentu saja tersedia kuali besar yang digunakan untuk menggoreng ayam atau ikan lele dan tahu tempe sebelum dihidangkan menjadi paket nasi pecel lele atau ayam gepruk. Untuk pedagang yang menggunakan tenda, sudah dapat dipastikan bahwa tidak jauh dari kompor yang digunakan untuk memasak akan terdapat beberapa ember yang berisi air yang akan berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan piring -- piring dan gelas yang kotor.Â
Selain itu juga ada sebuah ember yang berisi air yang akan digunakan sebagai air pencuci tangan bagi pengunjung yang nantinya akan ditaruh dalam sebauh mangkuk plastik kecil. Itulah bagian atau tempat yang dikondisikan sebagai dapur baik oleh pedagang pecel lele maupun pedagang ayam gepruk. Untuk lokasi atau tempat makan pengunjung pun tidak ada perbedaan antara mereka.Â
Pengunjung makan dengan cara duduk dikursi plastik dengan meja panjang yang biasanya bisa menampung 2 sampai 4 pengunjung sekaligus setiap mejanya.
Walau demikian ada juga beberapa yang menyediakan tempat lesehan untuk pengunjung. Sementara menu minuman dikedua tempat ini pun tidak memiliki perbedaan. Minuman yang berharga relatif lebih mahal adalah es jeruk, sementara air putih ataupun es teh manis tetap tersedia dimasing -- masing kuliner ini.
Seporsi ayam gepruk juga tidak jauh berbeda, disana ada nasi, sepotong ayam yang bisa dipilih bagian dada,sayap atau paha, sambal dan lain -- lain yang mengikutinya serupa dengan apa yang ada dipaket pecel lele.
Ternyata perbedaan antara seporsi pecel lele dan ayam gepruk tidak pada lauknya karena ternyata dipedagang pecel lele sudah pasti tersedia ayam dan dibeberapa pedagang ayam gepruk banyak juga yang menyediakan ikan sebagai pilihan pengganti ayam.