Akhirnya diputuskan untuk memilih belajar di jurusan bisnis farmasi lah yang menjadi pilihan penulis untuk mengambil gelar di program Magister Ilmu Kefarmasian Universitas Pancasila. Penulis menimbang inilah sebenarnya pilihan yang paling realistis bagi penulis dan kawan – kawan yang berprofesi sebagai Apoteker ketika berencana untuk melanjutkan kehidupannya.
Penulis menyebut “berencana untuk melanjutkan kehidupannya” didasarkan kepada ditemukannya berbagai surat keputusan organisasi profesi Apoteker dibanyak daerah yang sewenang – wenang seperti mengemis untuk menjadikan upah jasa profesinya menjadi manusiawi menurut ukuran perutnya sendiri.
Menjadi kaya dengan menggeluti profesi sebagai Apoteker adalah hal yang mustahil untuk saat ini. Ini tercermin dari banyaknya ketua – ketua organisasi profesi Apoteker yang dalam dua tahun ini gemar mengeluarkan surat keputusan tentang besaran gaji ( yang selalu mereka ubah dengan istilah upah jasa profesi ) didaerahnya masing – masing.
Para ketua – ketua ini mungkin baru saja menyadari betapa minimnya besaran pendapatan dari seorang Apoteker yang bekerja di Apotek sehingga tidak bisa menjadikan seorang Apoteker menjadi orang yang terlihat mampu membeli ini dan itu dengan mudah dikehidupannya, sehingga dengan keterkejutannya itu lalu ketua – ketua ini dengan serabutan membuat surat keputusan yang berisi tentang nilai upah jasa profesi yang sesungguhnya hanya menjadi bahan tertawaan banyak orang.
Disebuah Universitas swasta di Jakarta yang terbilang cukup bonafid yang menyelengarakan program Magister Ilmu Kefarmasian yakni Universitas Pancasila, terdapat empat konsentrasi yang bisa dijadikan pilihan bagi mereka – meraka terutama Apoteker untuk belajar dan kemudian mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan mereka setelah lulus nanti.
Ke empat konsentrasi itu adalah konsentrasi farmasi rumah sakit, konsentrasi pengembangan bahan obat bahan alam, konsentrasi pengembangan kosmetika bahan alam dan konsentrasi bisnis farmasi. Dari ke empat konsentrasi itu ternyata konsentrasi bisnis farmasilah yang paling banyak peminatnya.
Saat penulis iseng – iseng bertanya sambil membuang waktu kepada mereka yang memilih konsentrasi bisnis farmasi dapat penulis simpulkan bahwa mereka yang hampir semuanya berprofesi Apoteker ini akhirnya memilih Magister Bisnis Farmasi dikarenakan mereka menyadari bahwa hidup dengan berpenghasilan sebagai Apoteker masih jauh dari layak, mereka ingin keluar dari zona aman yang sesungguhnya tidak mengenakan untuk beralih menjadi wiraswastawan (kata lain dari pengusaha) dibidang farmasi.
Menurut sebagaian dari mereka dengan bergelar Apoteker dan memiliki pengalaman kerja sebagai Apoteker mereka merasa lebih mampu dan yakin untuk membangun dan menciptakan usaha sendiri dibisnis farmasi yang tentunya keuntungan dari bisnis itu dapat lebih besar dari penghasilan mereka selama ini.
Konsentrasi farmasi rumah sakit pada pilihan ini memiliki tujuan program pengembangan keahlian farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit yang dapat bekerjasama dengan komunitas pelayanan kesehatan, dengan sasaran program untuk menghasilkan magister farmasi khususnya farmasi rumah sakit yang dapat bekerjasama dengan perawatan pasien dan pelayanan kesehatan.
Konsentrasi ini menurut penulis hanya menghasilkan “ new job seekers “ saja, dimana lulusannya tidak ciptakan sebagai pengusaha atau wiraswastawan. Konsentrasi pengembangan bahan obat bahan alam yang memiliki tujuan program pengembalian kemampuan industri farmasi yang memanfaatkan bahan baku alam Indnesia dengan sasaran program untuk menghasilkan magister farmasi yang secara ilmiah dan profesional mampu mengembangkan pemanfaatan bahan baku alam Indonesia untuk obat – obatan.
Konsentrasi inipun menurut pendapat penulis hanya menghasilkan pencari – pencari kerja baru, sebab betapa mahalnya biaya riset untuk menemukan sebuah obat yang mumpuni yang berasal dari bahan alam Indonesia dan ini tidak mungkin dikerjakan dengan modal sendiri.