Mohon tunggu...
Kusnandar Putra
Kusnandar Putra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Adalah seorang guru | penulis | desainer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lagi-lagi Persoalan Membaca, Ada Apa?

28 Desember 2024   12:42 Diperbarui: 28 Desember 2024   12:42 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hasil penelitian PISA terbaru menunjukkan bahwa mayoritas generasi muda Indonesia mengalami "buta huruf" dalam arti fungsional, bukan literal. 

Mereka mampu membaca, namun memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam memahami, menganalisis, dan mengolah informasi dari teks bacaan untuk membentuk pandangan atau visi pribadi. 

Dengan kata lain, tingkat analisis dan sintesis mereka tergolong rendah.

Ini menjadi fenomena yang cukup sedih dan bahaya jika tidak ada jalan keluar. 

Bayangkan saja, kemampuan membaca literasi mahasiswa tingkatan awal di Indonesia, itu sama dengan 3 SMP di negara maju.

Sekali lagi, bukan membaca dalam konteks suku kata, tapi pada persoalan membaca sebagai suatu analisis informasi, dan menjadikan membaca sebagai jembatan mencapai visi misi kehidupan.

Hal ini lalu menjadi tantangan kedepannya. Bayangkan saja, Prof. Bambang Gugiharto memberikan alarm bahwa daya-baca yang rendah itu berakibat fatal.

Di antaranya yaitu: 

(1) pikiran menjadi dangkal; apalagi di media sosial, orang cenderung bereaksi secara impulsif dan emosional, tak reflektif, bahkan latah. Bila seseorang berkomentar ke arah "A", semua akan berkomentar serupa.

(2) mudah terhasut; 

(3) oversensitif; 

(4) tak punya pendapat/sikap pribadi; atau kalaupun punya, pendapatnya seringkali klise, tak memperlihatkan pengolahan pikiran secara personal; 

(5) bermental kawanan (massif); 

(6) sikap serba hitam-putih dan dogmatis sekali, hanya seputar benar atau salah, boleh atau tidak boleh, ada gunanya atau tidak. Tidak banyak yang memiliki kedalaman dan kelenturan reflektif; 

(7) kepribadian umumnya mentah, tanpa integritas, sementara pengetahuan pun dangkal, hanya sebatas hafalan. Itu semua merupakan dampak-jauh dari rendahnya budaya membaca.

Ini menjadi tantangan buat para orang tua dan pendidik agar kiranya mencari jalan keluar agar spirit membaca menjadi meningkat. Membaca menjadi sebuah kebutuhan primer, bukan hanya sekadar jika ada tugas saja.

Apalagi kalau kita bicara konteks sejarah Islam, ulama sangat antusias membaca.

Imam Adz Dzahabi berkata, Ibnu Mubarak lebih banyak berdiam diri di dalam rumahnya. Beliau didalam rumah membaca buku. Seseorang bertanya kepadanya, 

"Apakah engkau tidak merasa kesepian?"

"Bagaimana merasakan kesepian sedang Rasulullah dan para sahabatnya selalu bersamaku," tegas Ibnu Mubarok.

Ada lagi..

Imam Ibnu Aqil pernah berkata, "Saya selalu berusaha untuk menyingkat waktu untuk makan. Sehingga saya lebih senang makan roti keras dicampur dengan air daripada harus makan roti. Karena roti keras dicampur dengan air lebih cepat bila mengunyah roti." Dengan cara ini, waktu beliau untuk membaca kitab dan menulis akan lebih banyak.

Tentu saja, mereka menjadikan membaca sebagai kebutuhan primer. Dengan membaca, mampu mengangkat kejahilan, dengan membaca literasi makin kuat.

Selalu ada kejayaan di dalam Islam disebabkan literasi yang kuat, hanya saja hal ini belum membumi di kalangan umat Islam. Kaum muslim sebagiannya masih menganggap membaca belum menjadi kebutuhan primer.

Barokallohu fiikum.

Gowa, 28 Desember 2024 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun