بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
[caption id="attachment_254382" align="aligncenter" width="437" caption="Masjid al-Markaz, Maros, Sulsel (arsip pribadi)"][/caption]
Mungkin ada yang bertanya,
"Bagaimana cara berbuka puasa bagi orang yang musafir sementara tak ada makan dan minuman?"
Apakah ia makan sembarang yang penting mengisi perut? Atau minta makanan orang lain di sebelah kita?
Hal ini sesungguhnya sudah dijelaskan oleh al-Ustadz Hammad -hafidzahulloh-, dimana beliau menjawab,
"Orang yang tidak menemukan makan dan minuman sementara waktu berbuka puasa telah tiba, maka cukup bagi ia memutuskan niatnya berpuasa!"
Inilah jawaban orang yang berilmu. Berbeda dengan sebaian orang yang kemudian, berfatwa tanpa ilmu. Sesuai dengan selera dan arus pergolakan trend. Maka dari itu, khususnya bulan puasa, kita harus bertanya kepada orang-orang yang berilmu. Jangan sampai lisan kita bertanya kepada oknum yang dzohirnya ustadz, tapi ilmunya tidak memadai. Banyak sekali hari ini kita memonitor beberapa ustadz naik ke mimbar, tapi kemudian memberikan ceramah berisi fitnah, gosip, politik praktis, dsb. Masjid tentunya bukan panggung 'tendensi' pribadi, tetapi masjid adalah sarana untuk membangun kejayaan umat Islam. Kita berpuasa tentunya berharap bisa lebih baik dari hari ke hari. Maka, hal ini harus diidentifikasi oleh para penceramah untuk bisa memberikan suguhan ilmu bermanfaat pada ummat manusia.
Wallohu a'lam...[]
--Tanwirussunnah, 3 Ramadhan 1434 H
--Ambil audio ramadhan gratis di sini.