Saudaraku, seringkali manusia iri terhadap manusia lainnya hanya karena persoalan mikro. Mereka iri karena profesi, harta, dll. Sesungguhnya, ini adalah racun kehidupan.
Jauh lebih baik seseorang itu mensyukuri statusnya saat ini. Ia qonaah terhadap hidupnya. Apalagi jika ia telah dikaruniakan nikmat beragama Islam, maka hendaklah ia ridho terhadap keputusan Alloh subhanahu wa ta'ala.
Janganlah kita minder jika orang lain sudah sukses, karena sesungguhnya kemuliaan di sisi Alloh bukan dengan barometer ini. Namun, ketakwaan di sisi Allohlah menjadi sebab kemuliaan seseorang.
Jika ada seorang istri yang saat ini 'hanya' ibu rumah tangga. Maka, ketahuilah, Alloh telah menjadikanmu sebagai pendidik bagi calon ulama yang engkau lahirkan. Anak-anakmu akan menjadi ulama jika kamu mendidiknya di rumah dengan edukasi sesuai sunnah Rosululloh shollallohu alayhi wasallam.
Ingat kisah masa kecil Imam Malik? Suatu saat sebelum beliau berangkat menuntut ilmu, maka ibunya menahannya. Bukan untuk melarang. Namun, ibunya memakaikannya imamah (sorban), lalu berkata, "Nak, pelajarilah adab gurumu sebelum kamu mempelajari ilmunya."
Kini, siapa yang tidak mengenal Imam Malik rohimahulloh? Ulama besar, kemuliaannya sangat agung.
Siapa orang di balik kesuksesan Imam Malik? Ibunya. Hanya ibu rumah tangga.
Sekarang, mari kita tanya para wanita 'karir', sudahkah engkau mendidik anak-anakmu untuk mempelajari adab? Sudahkan engkau mendidik anakmu untuk mendekat dengan para ulama? Atau lantaran kamu sibuk dengan profesi, akhirnya semua anak menjadi pecandu dunia?
Wallohul musta'an.
Betul apa yang pernah dituturkan oleh seorang ibu, "Mendidik anak itu lebih berat daripada memperbaiki Mobil Tank!"
Karena itulah, sangat disayangkan bila iri dengan masalah dunia dan jangan sampai terulang kembali perkataan,