Dan kalau kita melihat sejarah Perang Uhud tahun 3 H, 600 personil kaum muslimin melawan 3000 pasukan musuh. Saat itu, kaum muslimin kalah, padahal kemenangan sudah di depan mata. Mengapa?
Bukan karena faktor jumlah.
Tetapi, diantara pasukan pemanah kaum muslimin, saat itu 50 orang, karena melihat banyaknya ghonimah (harta rampasang perang) yang dibawa oleh musuh dan sudah tergeletak di bawah, maka kaum muslimin turun ke bawah lembah agar lekas mengambilnya. Dalam artian, semulanya ia harus di atas karena perintah dari Rosululloh shollallohu alayhi wasallam, namun karena melihat harta, maka mereka keluar dari ketaatan kepada Rosululloh sholallohu alayhi wasallam.
Bahkan mereka saling berkata, antara lain, "Kenapa kita masih tinggal disini, dengan tidak ada apa-apa. Mereka saudara-saudara kita sudah merebut markas musuh. Kita harus ikut kesana. ikut mengambil rampasan perang."
Akibat kelalaian ini, pasukan musyrikin memiliki kesempatan memukul balik pasukan muslimin.
Maka ada beberapa pelajaran bisa kita petik dari rangkaian peristiwa ini:
1. Pentingnya Ilmu
Betul apa yang disampaikan Abdulloh bin Ruawahah rodiyallohu anhu,
"Kita tidak memerangi manusia (yang menentang agama ini) dengan (mengandalkan) bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena (kekuatan) dien ini. Dien yang Allah memuliakan kita dengannya.
[Ibnu Hisyam di dalam as-Siratun Nabawiyyah vol. 2/375]
Maka ini pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa kemenangan kaum muslimin bukan dari sektor jumlah, persenjataan, dst, namun semua kembali kepada kekuatan keimanan.
Ini juga pelajaran berharga bagi HAMAS di Gaza bahwa di sana ada yang mesti dibenahi, terkait manhaj mereka, penyimpangan-penyimpangan mereka, dst. Karena kaum muslimin yang baik aqidah dan manhajnya tidak akan mungkin terkalahkan, belajarlah dari peristiwa Perang Khandaq, Perang Hunain, dan Perang Uhud.