Jembatan itu ,asih kokoh seperti tak pernah menjadi saksi apapun dalam kehidupan ini
 Kencang angin berhembus sama sekali tak menyentuhnya
 Suara air dibawahnya nyaris tidak terdengan kalah oleh suara kendaraan yang lalu lalang. Angin malam terasa dingin menusuk tulang.Â
Tanpa terasa jatuh air mataku. Selalu mengingtamu yang pergi di malam itu tanpa kabar berita hingga kini
Apa salahku? Â apa dosaku?Â
Apakah hati lain mengikatmu hingga tak mengingatku lagi?
Apa  tak pernah telintas di hatimu aku selalu merindukanmu tanpa batas?
Selalu rindu padamu meski kamu tak ingat aku lagi.
Terasa berat kaki melangkah menyusuri trotoar jembatan ini. Di tengah jembatan aku terhenti. Terduduk dalam diam yang sepi.
Kau ucap perisahan ketika hati tak mampu menimbang rasa yang penuh padamu
Kau ucap mulai sekarang aku adalah aku, kamu adalah kamu,
Awan malam menutup cahaya bulan yang terurai fatamorgana
Hatiku kian beku tersumbat dinginnya malam
Walau sadar kau telah pergi
Jiwa yakin belum siap menatap ketiadaanmu di sisi, apa salah menunggumu?
Malam semakin larut meninggalkan angan-angan yang kusut tanpa jelas lagi
Kaki kian lemas tak ingin pergi menelusuri kenangan yang sudah pudar dalam ingatanmu namun melekat pada ingatanku
Jembatan itu tidak mengingatnya sama sekali bahwa ada hati terluka di malam itu hingga malam ini
Perihhhhh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H