Mohon tunggu...
Kay s Lady
Kay s Lady Mohon Tunggu... Guru - SMP NEGERI 1 BANDUNG

Cerita dalam puisi

Selanjutnya

Tutup

Roman

Pak Guru Joko "Kondisi Sekolah"

20 Juni 2023   09:20 Diperbarui: 20 Juni 2023   09:30 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                "Benar itu Pak...kito wong kecik...terserah yang pucuk. Amun pacak begawe kito begawe....amun idak sanggup lagi...cak mano kito tetap bertahan." Imbuh Pak Iqbal menenangkan.

                "Intinya mak ini bae...kito bersabar kito tunggu kebijakan selanjutnya. Tetap yakin pengabdian ini ada balasannya." Lanjutnya dengan nada bijak.

                Kepala sekolah yang sesungguhnya masih kurang puas dengan kalimat-kalimat itu hanya diam. Dalam hatinya bergumam bagaimana bersabar kalau anak istri tak pacakminta apa-apa. Terlebih anak buahnya. Yang kaya punya ladang karet, sawah atau usaha lain. Tapi yang tidak dan tidak punya keahlian lain bagaimana? Terbayang olehnya tentang  Pak Nur. Guru itu nyambi serabutan dengan mengumpulkan barang bekas. Teringat olehnya kala pulang dari bepergian bersama keluarnganya  dengan mengendarai mobil pribadi, kepala sekolah ini melihat Pak Nurdin  mengangkut dus-dus yang sudah dilipat rapi di beakang dan didepan dia duduk di tarungnya kandi penuh berisi botol-botol plastik. Dan itu dilakukannya masih dengan pakaian mengajar dan tas selempang di bahu. Memang pekerjaan itu halal. Tapi alangkah kasihannya Pak Ali ini. Hasil penjualannya juga tidak seberapa. Itu untuk kebutuhan sehari-hari. Dan kendarannya butuh bensin.

                 Karena sepulang sekolah Pak Nurdin ini tidak langsung pulang. Tidak dirasanya lagi mungkin capek dan lelah setelah setengah hari mengajar. KBM selesai setelah jam 13.00 WIB. Jadi begitu keluar gerbang langsung menghampiri warung-warung disekitar sekolah dan sepanjangan jalan menuju rumahnya utuk mengambil barang-barang bekas itu. Waktu pulang sekolang mungkin tepat baginya , agar tidak kesorean. Guru-guru lain pernah beli sayur padanya. Mungkin kalau sore beliau menyiram sayur sekalian panen bila waktunya. Perjuangan yang luar biasa. Apakah ada anggota DPR yang rela mengabdi untuk bangsanya dengan sedemikian rupa.

                  Sementara sebagian guru-guru wanita berdagang dari kreditan hingga online. Semua agar tidak terasa kesulitan pengabdian ini.

                  Sebagian besar, memang tidak semua orang yang mencalonkan sebagai DPR baik daerah maupun pusat rata-rata karena tergiur oleh uangnya. Gajinya biasa aja, tapi tips dan mungkin tunjangan-tunjangan lain banyak. Mobil dipinjami, rumah dipinjami. Semua itu berbeda jauhhh dengan nasib guru.

                  "Apa yang di perjuangkan DPR ini? Sehingganya memuliakan hidupnya hanya dalam 5 tahun pengapdian kerja." Seloroh seorang guru terhadap rekannya.

                  Tidak kah terlihat atau hanya terpintas di pandangn atau mengkira-kira. Bagaimana suatu daearah menjadi maju. Atau pembangunan terlihat berbeda.

                  "Coba telusuri desa, telusuri pasa, dan telusuri kota. Diantara mereka alumni-alumni sekolah yang bekerja. Menggantikan karyawan-karyawan, pegawai-pegawai, majikan-majikan atau bahkan bos-bos itu adalah alumni-alumni sekolah yang pernah di didik guru." Lanjutnya.

                   "Iya, benar. Mereka bisa mengubah ekonomi. Mereka bisa membangun pangsa pasar. Mendirikan counter, minimarket , membangun warung-warung modern. Tak jarang itu terinspirasi dari bapak-ibu guru mereka yang keringatnya hanya dibalas dengan uang bensin tanpa harapan penganggkatan PNS ataupun hanya sekedar  gaji sesuai UMR .

                Bagaimana mereka menjawab murid-murid yang mungkin sepuluh tahun yang lalu di hadapannya masih berseragam di dalm kelas yang di ajarnya. Muridnya itu sudah menyetir mobil pribadi sementara pengapdiannya  hanya sebagai kenangan. Dan hanya merasa puas cukup hanya dengan meluhat anak-anak didiknya sukses. Sementara hidupnya dan keluarganya ngenes....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun