Mohon tunggu...
Kay s Lady
Kay s Lady Mohon Tunggu... Guru - SMP NEGERI 1 BANDUNG

Cerita dalam puisi

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Pak Guru Joko "Joko"

20 Juni 2023   07:21 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:24 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

"Mengapa Jawa saja yang dianggap lebih maju dari pulau-pulu lainnya di Indonesia?" pertanyaan ini menguasai kepala Pak Joko.

Terik mentari siang ini begitu menyengat hingga menembus tulang tulang punggung. Tebalnya safari hijau Pak Joko tidak mampu menghalau panasnya. Keringat mengucur  di dahi dan keningnya. Dibalik bleszernya hasil metabolisme itu menari turun tanpa meresap di kain , karena kain bleszer sudah tidak mampu menyerap lagi. Muka kuning langsatnya memerah menahan panas.  Motor L-2 SUPER kesayangannya melaju pelan di bawah kendalinya.

"Saya duluan ya Jok...." Rofik, teman mengajar di SMK PANCASILA itu menyapa sambil berlalu dengan Supra X-nya.

"OK.."jawabnya mantap sambil tersenyum.

Semangat kerja kerasnya tidak pudar walau berada di daerah terpencil Jamantras ini. Daerah ini disebut Jamantras itu ada sejarahnya, konon dulu daerah ini adalah hutan yang belum berpenghuni. Sekitar tahun 1970-an baru dibuka atau sebut saja dirambah karena pendatang dari Jawa sebagian memasukinya tanpa mengikuti program transmigrasi.

Masa pembabatan hutan atau dikenal juga dengan penebangan hutan ini disebut Jamantras, yang menurut asal-asul kata terdiri dari 2 suku kata yaitu Jaman atau masa (waktu/tahun) dan  Tras  yaitu maksudnya transmigrasi dari bahasa Jawa. Hingga sampai sekarang masih dikenal Jamantras meski sudah berganti dengan nama desa Muara Burnai I dan II.

Sekarang daerah ini sudah ramai penduduknya apalagi sejak pemberlakuan otonomi daerah, tapi masih berpola kedaerahan. Namanya juga daerah bukaan rakyat dijadikan tugu-tugu pembangunan dimana mereka hanya menjadi saksi tanpa menikmati penuh pembangunan daerah penghasil getah karet ini. Biaya pembangunan yang muncrat-mancrit di jalan birokrasi dan mungkin sebab dan mengakibatkan jalan Lintas Timur Sumatra ini dadal-dual baca penuh lubang seperti bekas komedo di seputar hidung begitu membludak.

"Jalan di sini rusak karena motor kecil, walaupun yang lewat di jalan ini dari sedan hingga pusso, tronton, dan mobil pengangkut mobil, alat berat, juga beton jalan layang. Sering lewat pula mobil pengangkut beton paku bumi untuk jembatan itu." Kata Pak Mansur tetangga Joko yang sejak tahun 1975 sedah menetap di sini.

"Kok bisa begitu Pak ?" sambil nyengir Joko bertanya padanya.

"Ya iyalah....." sahut Pak Mansur.

"Jalan ini jalan Provinsi tapi materialnya bukan yang berkwalitas. Bagus hanya awalnya saja. Jalan dari cor beton yang kokoh, begitu rusak diganti aspal biasa. Asli tapi palsu. Ya apalagi kalau bukan agar cepat dapat duit. Kalau cepat rusak kan cepat turun dana. Ya kan...." Terang Pak Mansur lebar. Ya...mungkin saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun