Menerima diri sebagai orang dewasa.
Terkadang, saya sendiri merasa insecure jika tahu atau melihat anak-anak yang lebih muda justru lebih berprestari. Saya malu hingga menimbulkan hasad dan iri.Â
Itu karena dorongan dari dalam diri saya karena kebutuhan harga diri. Bayangkan, bagaimana orang yang lebih lama seharusnya memiliki banyak pengalaman justru sebaliknya?
Padahal, semua kembali kepada hati. Kerap kali kita lupa siapa kita dan apa saja prestasi yang telah kita dapatkan.Â
Dewasa adalah proses, tapi seperti yang namanya proses tidak ada awal dan akhir. Itulah proses atau waktu. Berjalan tanpa peduli yang lainnya. Kita tidak bisa mengharapkan lebih terkait hasil proses dewasanya kita.Â
Bagi orang dewasa yang harus ditentukan adalah cita-citanya. Apakah benar?
Silakan yang ingin berdiskusi bersama, bahkan dalam artikel sekali pun saya open komentar. Memang agak melenceng jadi fungsi awal, tetapi saya punya pemikiran bahwa hal ini bisa menjadi efektif.Â
Semoga kalian juga berharap demikian. Thanks for your visit.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H