"Kak Dantel!" Dia terus memangil dengan dramatis. Ada slomo yang dibuat-buat di sana. Seakan gerakannya sangat lambat.Â
Cowok yang dipanggil Dantel itu sama sekali tidak mengacuhkan pandangan heran siswa-siswi lain. Matanya hanya lurus menatap cewek di depannya.Â
Dia tersenyum miring saat dia berjarak satu meter dari targetnya, lalu tak lama menjadi tertawa geli.Â
Cewek di depannya masih diam. Menatap aneh. Cowok itu segera memeluk Ulvi.Â
Keadaan hening dan mencekam. Mereka yang menyaksikan 'serial drama sekolah' itu tercengang tidak percaya. Melihat sikap seorang Dantel Cavero, cowok yang terkenal jorok, tapi dengan paras wajah yang gantengnya menarik perhatian siswi-siswi yang mengidam cogan.
Kemudian, salah satu cewek temen satu tim Ulvi bertepuk tangan diikuti yang lain. Dan semakin ricuh, meskipun mereka masih tidak percaya, ada apa dengan cowok itu yang tiba-tiba manis ke cewek?
***
"Gimana? Seneng, 'kan lo dipeluk gue depan umum?" goda Dantel menunjuk muka datar Ulvi. Sejak lima menit yang lalu, cowok ini berbicara panjang lebar tanpa satu pun dibalas. Saat ini ia berjalan mundur agar bisa melihat muka Ulvi. Walaupun garis wajah cewek itu tetap sama, tapi Dantel yakin, Ulvi akan luluh. Lebih daripada keyakinan adik kelasnya pagi tadi.
Tapi ...
Setelah dua menit terlewati dengan keheningan dalam posisi yang sama. Lovandra tidak merespons juga. Cewek itu hanya mengangkat dagu tinggi-tinggi dan menatap lurus ke depan sambil berjalan dan tentunya berusaha untuk tidak menatap tepat di mata Dantel yang terus memerhatikannya. Orang yang melihat mereka langsung menyimpulkan bahwa Dantel adalah pengemis cinta, sedangkan Ulvi adalah orang belagu.
"Love, kok diem aja?" rengek Dantel memanyunkan bibir. Hal itu sontak membuat Ulvi menoleh dan memandangnya jijik cepat-cepat mencari keberadaan supirnya.