Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibigawa: Sebuah Model Hidup Harmoni Dengan Alam

9 Desember 2011   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:38 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai Ibigawa adalah sebuah sungai yang terkenal karena kualitas airnya yang jernih dan menyejukkan. Sungai ini dibagian hilir berjumpa dengan sungai Kasu dan sungai Nagara dan kemudian sama-sama bermuara ke teluk Ise. Ketiga sungai ini dikenal juga sebagai Trio Sungai Kisu. Ketiganya mengalir di dua provinsi (atau prefecture kata orang Jepang) yaitu Gifu dan Mie.

Dari jaman awal kehidupan manusia, sungai senantiasa menjadi sumber kehidupan manusia, flora dan fauna. Begitu juga dengan sungai Ibigawa. Ketersediaan air sepanjang tahun telah menjadi sumber air untuk irigasi pertanian, perikanan dan peternakan serta sumber air baku untuk kebutuhan pemukiman di desa maupun kota. Selain dua fungsi itu, sungai Ibigawa juga menjadi sumber penghasil tenaga listrik sejak seratus tahun lalu. Kualitas air sungai dikombinasi dengan keindahan pemandangan hutan sepanjang aliran sungai dari kaki gunung Kanmuri sampai teluk Ise menjadi atraksi bagi turis lokal dan mancanegara. Ibigawa menjadi sebuah tujuan wisata dan sekaligus olahraga air seperti memancing dan sampan termasuk canoe dan kayak. Dan, daya tarik ini diperkaya oleh keberadaan penginapan, kehidupan serta hidangan tradisional Jepang seperti: ryokan, kimono, futon, onsen dan irori. Salah satu seni budaya Jepang yang terkenal didunia juga banyak ditemui di sungai Ibigawa, yaitu tanaman kerdil (bonsai) dan batu indah (suiseki). Keduanya sering disandingkan berpasangan menjadi sebuah karya seni yang cantik sekaligus mengagumkan. Namun demikian, sungai Ibigawa ini juga memiliki potensi ancaman berupa bencana banjir dan longsor. Saat musim hujan, debit air sungai Ibigawa bisa menjadi ancaman banjir bagi pemukiman, khususnya dibagian hilir sungai. ABG (Academics, Business, Government), LSM dan masyarakat bahu membahu mengelola sungai Ibigawa dengan semangat harmony with nature. Mengambil manfaat dari sungai, gunung dan hutan dan secara simultan melakukan berbagai upaya memperkecil risiko bencana.

Bendung dan Bendungan

Banyak sekali istilah teknis dan keseharian terkait dengan bangunan untuk mengendalian laju air. Pengendalian ini bisa untuk tujuan menaikkan tinggi muka air, mengubah arah aliran air, membagi atau mengatur debit air. Beberapa istilah yang sering kita dengan adalah tanggul, bendung, bendungan dan pintu air. Keempat istilah ini walau secara teknis memiliki fungsi berbeda namun dalam keseharian sering kita gunakan dan tidak jarang kita pertukarkan satu dengan lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keempat kata ini dapat kita temukan dan lengkap dengan penjelasan ringkas. Tanggul adalah istilah umum untuk menjelaskan sebuah bangunan yang berfungsi untuk mengendalikan aliran air baik air sungai, empang, kolam, situ, danau ataupun air laut. Pintu air lebih spesifik yaitu bangunan yang diperuntukkan untuk mengendalikan aliran air, khususnya air yang mengalir di sungai atau keluaran kolam, situ, empang atau danau. Pintu air banyak kita temukan dibangun ntuk tujuan irigasi dan pengendali banjir. Bendung adalah bangunan untuk mengempang air agar tinggi muka air dan aliran air dapat dikendalikan. Sedangkan bendungan lebih mirip dengan bendung namun dengan fungsi yang lebih luas mulai dari untuk memenuhi tujuan irigasi, sumber air baku, pengendali banjir, sumber tenaga untuk pembangkit tenaga listrik sampai pada pemenuhan fungsi turisme. Sepanjang sungai Ibigawa, banyak kita menemukan bendung dan bendungan.

Keberadaan bendung dan bendungan ini telah banyak memberi manfaat pada pertanian, perikanan dan peternakan. Begitu pula untuk tujuan olahraga air dan turisme. Memancing ikan ayu dan amago yang menjadi ciri khas sungai Ibigawa menjadi atraksi turis. Begitu pula olahraga sampan bahkan pertandingan nasional canoe dan kayak setiap tahun diadakan di sungai Ibigawa ini.

Tokuyama : Pelajaran Teknoekonomi Dan Sosiolingkungan

Mulai dari hulu sampai hilir, Pemerintah Jepang melalui Japan Water Agency dan para pengusaha tenaga listrik seperti Ibiden Coy dan CEPCO (Chubu Electric Power Company) telah melakukan eksploitasi potensi sungai Ibigawa untuk menghasilkan tenaga listrik. Berbagai skala kapasitas pembangkit listrik telah dibangun dan dioperasikan. Kapasitas terkecil yang lazim disebut sebagai mikrohidro (< 1MW) dapat kita temukan dan telah beroprasi sejak 90 tahun lalu. Begitu pula untuk skala menengah yang dikenal dengan istilah minihidro (1-10 MW) banyak kita temui, telah dibangun dan dioperasikan 24 jam sehari. Begitu pula PLTA (>10 MW) telah dibangun dan dioperasikan oleh Ibiden dan CEPCO. Bahkan sebuah PLTA moderen yang dioperasikan secara khusus yaitu sebagai pemasok listrik hanya pada saat kebutuhan listrik dalam kondisi beban puncak (peak hours) telah dibangun dan dioperasikan dengan kapasitas tenaga listrik 1500 MW. PLTA khusus ini dikenal dengan istilah pump storage. Pada saat malam hari dimana pasokan tenaga listrik di Jepang surplus maka kelebihan pasokan listrik ini digunakan memompa air dari danau yang tinggi permukaannya lebih rendah (dari permukaan laut) ke danau yang tinggi permukaannya lebih tinggi. Saat siang hari dimana terjadi beban puncak yaitu kebutuhan listrik lebih besar dari pasokan maka air dari danau atas dialirkan menuju danau bawah sambil tenaga air ini digunakan menggerakkan PLTA untuk menghasilkan listrik. Gambar diatas menujukkan pemandangan bendungan Tokuyama. Sebuah proyek yang kontroversial. Sebuah pelajaran bagus untuk kita semua bagaimana perspektif teknoekonomi tidak senantiasa superior terhadap tinjuan sosiolingkungan. Tahun1957, CEPCO bekerjasama dengan J-Power untuk membangun sebuah pump storage berkapasitas 400MW di Tokuyama. Proyek ini banyak mengalami kendala teknoekonomi dan sosiolingkungan sehingga tertunda-tunda. Eksternalitas negatif berupa dampak buruk pada fauna, flora dan lingkungan tidak bisa dicarikan solusinya khususnya tentang kelestarian kehidupan biota yaitu ikan amago dan ayu yang bermutasi dari ikan laut menjadi ikan air tawar kala hendak beranak pinak. Juga isu kenyamanan kehidupan penduduk dihilir plus olahraga sampan dan memancing. Ditambah lagi dengan terlalu kecilnya kapasitas pump storage yang 'hanya' 400 MW. Kecenderungan teknoekonomi membangun pump storage adalah >1000MW. Akhirnya niat membangun pump storage batal dan diubah menjadi PLTA berkapasitas 153 MW. J-Power menjual haknya ke CEPCO. Pemerintah melalui Japan Water Agency mengambil alih biaya pembangunan bendungan yang multiguna yaitu irigasi, pengendali banjir, sumber air bersih dan pembangkit listrik. Kini sungai Ibigawa menjadi sebuah percontohan bagaimana sungai dikelola secara harmonis. Berbagai keperluan yaitu pengendali banjir, irigasi, sumber air, tenaga listrik, olahraga dan wisata saling menunjang dan bukannya berbenturan. Ini semua berhasil digapai berkat jurus pamungkas – One River One Management – Satu Pengelola Untuk Satu Sungai dari hulu sampai hilir.

Perlu kita ketahui bahwa harga listrik khususnya untuk keperluan industri di Jepang lebih murah saat malam dibanding dengan saat siang hari. Selisih harga ini yang membuat pump storage sebagai proyek investasi yang menguntungkan. Kondisi beban puncak ini ditengarai sebagai salah satu pembeda antara negara industrialis dengan negara konsumptif. Jepang memiliki beban puncak pada siang hari mengingat industri membutuhkan tenaga listrik yang jauh lebih besar. Sedangkan Indonesia memiliki beban puncak saat malam hari. Saat dimana TV khususnya sinetron, dangdut, kehidupan glamor selebriti dan talkshows serta radio sedang banyak dinikmati. Ditambah lagi dengan maraknya bangunan2 seperti pertokoan dan tempat hiburan yang bak tumbuh tak terkendali. Menjadikan masyarakat dan negara Indonesia semakin terperangkap dalam emblim negara konsumtif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun