Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Datang Bulan: Saatnya Mendulang Listrik

11 Januari 2011   11:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:43 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12947448342012397397

Energi Hijau (Green Energy) adalah slogan yang semakin kita sering dengar, baca dan lihat. Pengertian yang kita peroleh dari slogan itu adalah semangat untuk menghasilkan serta menggunakan energi tanpa melakukan pengrusakan lingkungan. Energi adalah keperluan pokok kita untuk transportasi, listrik dan kebutuhan rumah tangga serta industri. Slogan energi hijau juga memberi makna bahwa sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkan energi itu berasal dari sumber yang terbarukan. Minyak bumi, gas dan batubara adalah tiga contoh sumber ernegi yang tidak layak masuk kategori energi hijau karena dua kriteria dasar tidak dipenuhinya, yaitu sangat berpotensi merusak lingkungan dalam aktivitas penggaliannya, proses konversi sumber menjadi energi dan dalam penggunaannya.

Walau Indonesia masih terperangkap dalam adiksi trio minyak bumi, gas dan batubara sebagai sumber energi, kesungguhan untuk berpindah ke sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan banyak kita temui tanda-tandanya.Di Desember 2006, Pemerintah mengundang AlBaradei, Dirjen IAEA untuk memberi masukan dan pembelajaran publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. PLTN belum juga ditetapkan sebagai pemasok tenaga listrik, misalnya melalui deklarasi – Indonesia, Go Nuclear ! Mengingat isu sosiopolitiknya yang kompleks.

Bahan Bakar Nabati (Biofuel) juga sempat menjadi perhatian Pemerintah. Salah satu indikatornya adalah Pertemuan Losari, Juli 2006 yang menghasilkan enam strategi dalam upaya melakukan percepatan pemanfaatan BBN sebagai komplemen dari bahan bakar minyak (BBM). Kesungguhan RI menggarap BBN ini dikumandangkan pula saat Indonesia menjadi tuan rumah UNFCCC di Desember 2007 yang terkenal dengan Bali Mandate. Tidak kalah pentingnya adalah saat Pemerintah di bulan Juli 2008 mengundang Presiden Brasil, Lula da Silva untuk berkenan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menjadikan Brasil sebagai kiblat BBN.Saat kunjungan itu disampaikan oleh kedua Pimpinan Negara berita kemitraan strategis dalam sektor BBN.

Kala Bali menjadi tuan rumah World Geothermal Congress dibulan April 2010, Presiden RI menggaet Presiden Islandia, OR Grimsson untuk bermitra dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber panas bumi. Islandia terkenal sebagai Negara yang sukses dalam pemanfaatan sumber panas bumi. Tak kurang Al Gore memuji Indonesia akan kekayaannya akan sumber panas bumi kala menjadi pembicara kunci pada acara The Climate Project Asia Pacific Summit, Januari 2011 di Jakarta. Dikatakannya “Indonesia berpeluang menjadi Negara adi daya dalam perspektif konversi energi panas bumi menjadi energi listrik”.

Pasang Surut Sebagai Sumber Energi

Pasang surut (astronomical tide) adalah perubahan tinggi muka laut akibat tarik menarik gaya gravitasi matahari dan bulan ditambah dengan pengaruh gaya sentrifugal dari perputaran bumi pada sumbunya. Interaksi gaya-gaya ini menyebabkan tinggi muka laut berubah secara berkala sesuai dengan gerakan matahari, bulan dan bumi. Pasang adalah istilah yang kita gunakan untuk menjelaskan posisi muka laut tertinggi. Pasang ini terjadi dibagian bumi yang menghadap bulan yang berarti jaraknya ke bulan adalah terdekat dan akibatnya gravitasi bulanmenyebabkan air tertarik kearah bulan. Sedangkan surut adalah istilah untuk menggambarkan posisi muka laut terendah.Surut terjadi dibagian bumi yang membelakangi bulan. Pasang dan susut ini terjadi secara berkala sesuai pergerakan bulan dan bumi mengelilingi matahari dan berputar pada sumbunya. Perioda dari pasang dan surut ini sekitar 12 jam 25 menit. Selain pasang dan surut, posisi pasang dan begitu juga posisi surut juga dipengaruhi oleh posisi bumi dan bulan terhadap matahari. Juga terjadi secara berkala dengan perioda 14 hari.

[caption id="attachment_84352" align="alignleft" width="300" caption="Gambar diunduh dari situs Hammerfest Storm, Norwegia."][/caption]

Kejadian datang bulan berupa pasang dan surut ini menyebabkan air laut mengalir mengikuti interaksi gravitasi. Pasang dan surut ini menyebabkan laut memiliki dua besaran fisika yaitu tinggi permukaan (sea level) dan aliran air laut dengan kelajuan (tidal current). Beda tinggi permukaan pasang dan surut merupakan sumber energi berupa energi potensial yang dapat diubah atau dikonversi menjadi energi listrik. Begitu pula dengan aliran air laut sebagai sumber energi yang dikenal sebagai sumber energi kinetik yang juga berpotensi yaitu dapat dikonversi menjadi energi listrik.

Indonesia sebagai sebagai negara kepulauan memiliki sumber energi pasang surut yang besar sekali. Untuk mengetahui berapa potensi yang tersedia di Zamrud Nusantara ini diperlukan serangkaian studi dan survei. Tidak kalah pentingnya adalah melakukan kajian dan uji terap teknologi konversi sumber energi pasang surut menjadi energi listrik.

Datang bulan itu adalah berkah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun