Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Nalar Ekonomi dan Nalar Teknologi: Penggerak Inovasi Industri

9 Desember 2009   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:00 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_35721" align="alignleft" width="200" caption="shutterstock"][/caption] Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya di Kompasiana berjudul “Nalar Ekonomi dan Nalar Teknologi : Collision vs Coalition” yang dapat diakses melalui situs http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/02/nalar-ekonomi-dan-nalar-teknologi-collision-vs-coalition/ Pertanyaan tentang keselarasan teknologi dan ekonomi dapat dibahas secara lebih elaboratif bila faktor-faktor inovasi di industri diungkapkan. Dari sudut pandang makro, sering kali industri dipersepsikan sebagai kotak hitam (black box) di mana perhatian kita berkonsentrasi pada masukan (e.g. modal uang, bahan baku, jumlah buruh, energi) dan keluaran (e.g. produk, layanan, nilai penjualan). Dirasa kurang perhatian pada aspek bagaimana inovasi di industri terjadi, apa faktor internal dan apapula faktor eksternal yang mempengaruhi inovasi di sebuah industri. Faktor Internal Inovasi di Industri Untuk mengenali faktor internal inovasi, sebuah industri harus dipandang sebagai organisasi pengetahuan yang melaksanakan fungsi produksi tertentu. Suatu kapabilitas teknologis diperlukan untuk menopang fungsi ini. Tetapi kapabilitas teknologis ini bukan sebatas kapabilitas untuk membeli dan mengoperasikan teknologi (seperti mesin, perkakas, sistem) yang tersedia di pasar domestik dan internasional. Dan, ketika suatu teknologi baru dioperasikan, fungsi produksi juga tidak akan langsung meningkat dalam sekejap, nyaris tanpa usaha, dan menghasilkan peningkatan produksi. Jadi, persoalan daya saing industri bukan sebatas persoalan akses ke etalase teknologi di pasar nasional dan global. Akuisisi atau impor teknologi sering menjadi fatamorgana. Pada kenyataannya banyak perusahaan yang telah memilih dan mengoperasikan teknologi termaju justru mengalami kesulitan untuk meningkatkan efisiensi produksi. Bahkan tidak jarang dijumpai gejala grogi inovasi (innovation disruption) setelah teknologi baru dioperasikan. Hubungan antara investasi teknologi, inovasi dan hasil ekonomi (economic return) menjadi sulit diprediksikan ketika adopsi teknologi dipandang sebagai persoalan pasang dan pakai (plug-and-play). Adopsi teknologi melibatkan proses yang lebih kompleks dari sekadar belanja mesin, perkakas dan penyelenggaraan pelatihan untuk penggunaan mesin itu. Banyak pengetahuan teknologis berwatak tak-benda (tacit). Upaya untuk memelihara dan mendiseminasikan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengeksekusi tugas yang kompleks di industri membutuhkan biaya dan upaya yang besar. Perusahaan juga tidak dapat dalam sekejap mengoperasikan teknologi baru dengan efisiensi yang maksimal. Meskipun alih teknologi perlu, tetapi ini tidak cukup. Adopsi yang efektif dan penguasaan teknologi memerlukan akuisisi pengetahuan tentang berbagai cara dan teknik, tentang apa dan mengapa cara itu bekerja, dan keterampilan dalam menggunakannya. Ini semua melibatkan proses di tingkat perusahaan untuk melakukan modifikasi secara berangsur-angsur untuk memperbaiki teknologi atau mengadaptasikannya sesuai dengan perubahan dalam material input atau permintaan. Dengan perkataan lain, inovasi harus dipahami sebagai bagian terpadu dari proses pembelajaran yang berlangsung dalam lingkungan perusahaan. Pembelajaran teknologis (technological learning) di industri tidak berlangsung secara spontan melalui belajar sambil berbuat (learning-by-doing), dan kinerja produksi dapat mengalami stagnasi atau penurunan dengan berjalannya waktu. Bahkan suatu inovasi yang sederhana memerlukan ketrampilan, pengetahuan dan kapasitas untuk mencari, memilih, dan mengadaptasikan teknik-teknik tertentu. Kapabilitas teknologis (technological capability) suatu industri/perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti: keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang ditanam (embedded) pada manusia, sumber kelembagaan, prosedur internal, rutin dan struktur organisasi, dan hubungan eksternal dengan perusahaan/lembaga lain. Biasanya kapabilitas teknologi diasosiasikan dengan desain produk, proses manufaktur dan organisasi produksi. Hubungan di antara pembelajaran teknologis, kapabilitas teknologis, perubahan teknis dan kapasitas produksi dapat ditampilkan sebagai sebuah siklus. Proses pembelajaran terjadi dari dan ke satu komponen ke komponen lain, baik dalam melakukan (action) maupun memikirkan (theorizing). Ketika individual belajar dia membangun teori (berupa representasi konseptual yang terpolakan tentang lingkungannya) yang menyediakan koherensi pada dunia pengalamannya yang kompleks. Pola ini kemudian diuji di domain aksi. Agar pembelajaran berlangsung terus, penting bahwa individu tersebut berefleksi pada (yang melalui studi dan analisis) hasil dari aksinya -- menggunakan pengetahuan yang diraih untuk memperbaharui (update) dan memperbaiki pemahaman teoretiknya. Dengan perkataan lain, pembelajaran memerlukan proses umpan balik secara sistematik. Dalam siklus yang dijelaskan diatas, ada bagian yang mewakili proses perubahan teknis. Dalam salah satu hubungan dalam siklus itu, kapasitas produksi berlangsung untuk mengubah material baku menjadi barang. Pengalaman produksi yang merupakan umpan balik pengetahuan, dapat diekstraksi melalui keterlibatan dalam proses produksi, dan digunakan untuk memperluas proses perubahan teknis, yang hasilnya dapat membawa perbaikan dalam kapasitas produksi. Tetapi tanpa kapabilitas teknologis untuk menciptakan dan mengelola perubahan teknis, umpan balik dari pengalaman produksi menjadi terbatas manfaatnya. Manfaat penting kapabilitas teknologis dalam konteks ini adalah kemampuan untuk secara sistematik mengumpulkan informasi dari pengalaman produksi seseorang, dan menggunakannya untuk menciptakan pengetahuan tentang proses teknologis yang mendasarinya. Bagian lain dalam siklus itu mewakili proses pembelajaran teknologis yang sebenarnya. Kapabilitas teknologis digunakan untuk menghasilkan dan mengelola proses perubahan teknis, yang produknya adalah kapasitas produksi.  Pengalaman yang berupa umpan balik pengetahuan, dapat diperoleh dari proses perubahan teknis dan digunakan untuk memperluas proses pembelajaran teknologis yang hasilnya adalah peningkatan dalam kapabilitas teknologis. Faktor Eksternal Inovasi di Industri Terdapat sejumlah faktor eksternal yang mendorong sebuah perusahaan dan industri untuk melakukan inovasi : perusahaan atau industri pemasok, permintaan pengguna, misi pemerintah, dan faktor litbang. Perilaku Inovasi Bergantung-Pemasok (supplier-driven innovation patron): inovasi bermula di dalam perusahaan pemasok komponen atau perkakas teknologi dan bukan pada perusahaan penghasil produk. Inovasi demikian bersandar pada litbang dan kemajuan sains. Tetapi perusahaan yang bersangkutan hanya mengambil hasil inovasi itu dalam bentuk jadi, misalnya sebagai komponen, perkakas atau peralatan yang baru.  Dalam perilaku inovasi bergantung-pemasok, perusahaan pemasok berkontribusi lebih banyak dalam inovasi untuk menghasilkan keseluruhan artefak. Misalnya di kebanyakan perusahaan telekomunikasi dan perusahaan migas nasional berbagai komponen dan sistem teknologi diambil dalam bentuk jadi. Kontribusi inovasi di kedua sektor ini terbatas pada perangkat lunak aplikasi yaitu untuk memberikan fitur layanan khusus, atau penambahan komponen baru tetapi bukan teknologi pokok. Perilaku Inovasi Didorong-Pengguna (user-driven innovation pattern): inovasi berasal dari persyaratan fungsional yang diminta oleh pengguna. Dalam pola ini user memainkan peranan inovatif dan interaksi langsung di antara perusahaan dan pengguna terjadi. Inovasi berlangsung secara berangsur-angsur dan melalui praktik penggunaan oleh user permintaan baru dapat muncul. Di Indonesia, ini terjadi pada industri media. Melalui peringkat (rating) programa TV dan bentuk partisipasi pemirsa dan perusahaan iklan, konsep programa baru berkembang. Begitu juga dalam perusahaan obat tradisional khususnya jamu, di mana interaksi yang dekat di antara perusahaan dan user memunculkan jenis dan kemasan obat yang baru. Perilaku Inovasi Didorong Misi (mission-oriented innovation model): inovasi yang dipacu oleh misi yang diformulasikan oleh aktor-aktor yang punya kemampuan berinovasi berbasis misi perusahaan atau organisasi. Perilaku Inovasi Bergantung-Litbang: (R&D-dependent innovation): inovasi bertumpu pada gagasan dan konsep konfigurasi teknis yang baru yang bermula pada litbang dan sains. Ini dapat membawa harapan akan artefak baru yang dapat bekerja lebih baik dari pada artefak yang telah ada. Biasanya ini menghasilkan generasi produk baru dan perbaikan artefak yang ada. Inovasi seperti ini memerlukan komitmen jangka panjang dari perusahaan tersebut untuk melakukan litbang. Keserasian nalar ekonomi dengan nalar teknologi akan berdampak positif pada upaya menemu-kenali faktor-faktor internal dan eksternal yang dominan pada tumbuh kembangnya semangat berinovasi. Secara intrinsik, kreativitas dan inovasi ada dalam setiap insan di perusahaan, organisasi dan industri. Namun tanpa pemberian stimulan dan menciptakan kondisi yang kondusif maka potensi tersebut akan tetap terpendam. Membangkitkan potensi (unleashing the potentials) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mudah mengatakan, berat melaksanakannya.

Lele bulu tellele abiasang

Gunung bisa berpindah tapi kebiasaan susah berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun