Mohon tunggu...
Totok Kusmardiyanto
Totok Kusmardiyanto Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang biasa, Muslim, S1, menemukan kebenaran dalam Al-Qur'an dalam ungkapan (bahasa Arab) " u'budulloha wa la tusyriku bihi syai-a ".

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orang Kafir Itu Hati (/Akal)-nya Tertutup : QS 2 ayat 7

11 Maret 2013   08:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:59 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

QS 2 ayat 7, lafalnya, “ kho•ta•mal lo•hu fi qu•lu•bi•him wa ‘a•la sam•’i•him, wa ‘a•la ab•sho•ri•him ghi•sya•wa•tuw wa la•hum ‘a•dza•bun ‘a•zhim “, artinya, “ Alloh (telah) menutuppada hati (/akal) mereka dan atas (/pada) pendengaran mereka, dan atas (/pada) penglihatan (/pandangan) mereka (ada) tutupan (/selubung) dan bagi mereka adzab yang besar (/yang amat berat) “

Ayat ini merupakan suatu kalam (dalam bahasa Arab). Kalam itu artinya kalimat, susunan kata yang memiliki arti dan makna. Kalam ini berbentuk penjelasan sekaligus berita. Dari segi asal berasal dari Alloh swt. Dari segi yang membuat, yang membuat adalah Alloh swt. Jadi kalam ini adalah kalam Alloh swt. Jika dilafalkan, diucapkan, dikatakan, dll maka menjadilah ia ucapan, perkataan, sabda, firman (al-qoul).

Ayat ini terkait dengan ayat sebelumnya (QS 2 ayat 6), menjelaskan keadaan orang-orang yang kafir (tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt).

Kalimat “ kho•ta•mal lo•hu fi qu•lu•bi•him wa ‘a•la sam•’i•him “, terdiri dari,

kho•ta•ma, ini adalah fi•’il ma•dhi (kata kerja bentuk lampau), kho•ta•ma-yakh•ti•mu-khot•man yang maknanya adalah mencap, menutup, menamatkan dan makna yang tepat menurut konteks ayat adalah menutup, subyeknya adalah dho•mir muf•rod mu•dzak•kar gho•ib (kata ganti orang ketiga tunggal)“hu•wa”yang maknanya “dia”, dan yang dimaksud dengan “dia” adalah kata setelahnya yakni al•lo•hu atau Alloh swt.

al•lo•hu, ini adalah i•sim ‘a•lam (‘a•lam syakh•si, nama diri, proper noun) yakni nama dari robb (tuan, tuhan, penguasa) kita, rob•bul-‘a•la•min, yaitu Alloh swt, sebagai fa•’il (subyek) dari kata kho•ta•ma.

fi, ini adalah har•fun jar yang maknanya adalah pada, dalam, di, sebab, atas, kepada, di antara, serta, dsb, dan makna yang tepat untuk konteks ayat adalah “pada”,

qu•lu•bi•him, adalah frasa yang tersusun dari mu•dhof-mu•dhof i•laih, mu•dhof-nya adalah isim jamak “qu•lu•bun”, bentuk tunggalnya adalah “qol•bun” yang maknanya adalah “ hati, jantung, akal”, dan mu•dhof i•laih-nya adalah dho•mir jam•’i mu•dzak•kar gho•ib (kata ganti orang ketiga jamak) “hum” yang maknanya adalah “mereka”, dan yang dimaksud dengan “ mereka” dalam ayat ini adalah “orang-orang kafir (orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt)” yang tersebut di dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 6). Jadi qu•lu•bi•him maknanya adalah “ hati-hati (/akal-akal) mereka (orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt)”

wa, ini adalah harfun athof yang maknanya “dan”

‘a•la, ini adalah harfun jar yang maknanya adalah “atas”

sam•’i•him, ini adalah frasa yang tersusun dari mu•dhof-mud•hof i•laih, mu•dhof-nya adalah i•sim mu•frod (tunggal) “sam•’un” yang maknanya adalah “pendengaran, telinga”, mu•dhof i•laih-nya adalah dho•mir jam•’i mu•dzak•kar gho•ib (kata ganti orang ketiga jamak) “hum” yang maknanya adalah “mereka”, dan yang dimaksud dengan “mereka” ini adalah orang-orang kafir (orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt) yangdisebutkan dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 6).

Kalimat “wa ‘a•la ab•sho•ri•him ghi•sya•wa•tuw wa la•hum ‘a•dza•bun ‘a•zhim “, terdiri dari,

wa, ini adalah har•fun a•thof yang maknanya “dan”,

‘a•la, ini adalah har•fun jar yang maknanya adalah “atas”,

ab•sho•ri•him, ini adalah frasa yang tersusun dari mu•dhof dan mu•dhof i•laih, mu•dhof-nya adalah isim jamak “ab•sho•run”, bentuk tunggalnya adalah “ba•sho•run” yang maknanya adalah “penglihatan”, dan mu•dhof i•laihnya adalah dho•mir jam•’i mu•dzak•kar gho•ib (kata ganti orang ketiga jamak) “hum” yang maknanya adalah “mereka”, dan yang dimaksud dengan “mereka” adalah “orang-orang kafir (orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt) “ yang disebutkan dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 6 ). Jadi ab•sho•ri•him maknanya adalah “ penglihatan-penglihatan mereka (orang-orang kafir, orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt) “.

ghi•sya•wa•tun, ini adalah isim yang maknanya adalah cadar, selubung, tutupan, dan makna yang tepat dalam konteks ayat adalah tutupan atau selubung.

la•hum, ini adalah frasa yang tersusun dari jar-maj•rur, har•fun jar-nya adalah “lam” yang maknanya adalah “bagi, untuk, buat”, dan maj•rur-nya adalah dho•mir jam•’i mu•dzak•kar gho•ib (kata ganti orang ketiga jamak) “hum” yang maknanya adalah mereka, dan yang dimaksud dengan “mereka” adalah “orang-orang kafir (orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt) “ yang disebutkan dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 6). Jadi la•hum maknanya adalah “bagi mereka (orang-orang kafir, orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt)”,

‘a•dza•bun ‘a•zhim, ini adalah frasa yang tersusun dari na•’at(yang mensifati) - man•’ut(yang disifati), man•’ut-nya adalah “‘a•dza•bun” yang maknanya adalah “siksaan”, dan na•’at-nya adalah “’a•zhi•mun” yang makanya adalah “besar, agung”. Jadi ‘a•dza•bun ‘a•zhim maknanya adalah “siksaan yang besar (yang amat berat dirasakan)”

Sedikit pen jelasan,

Alloh swt menutup hati(/akal) mereka orang kafir itu dengan sebab pilihan kekafiran mereka kepada Alloh swt. Alloh swt menutup hati (/akal) mereka itu maksudnya adalah dijauhkan dari petunjuk Alloh swt dan hawa nafsunya yang menguasai hati(/akal) mereka, sehingga mereka punya hati(/akal) tapi mereka tidak bisa memahami dengan benar peringatan-peringatan Alloh swt dalam ayat-ayat-Nya yang disampaikan oleh para Utusan-Nya, mereka punya hati(/akal) tapi hati(/akal) yang mati artinya selalu salah paham dalam memahami peringatan-peringatan Alloh swt (dalam Al-Qur’an, dll) atau peringatan-peringatan Alloh swt itu dipahami secara salah dan atau tidak dianggap, sehingga peringatan-peringatan Alloh swt itu tidak bermakna bagi mereka dan ditolak oleh mereka. Mereka punya pendengaran (yakni telinga, u•dzu•nun) tapi tidak bisa mendengar peringatan-peringatan Alloh swt, artinya tidak mampu mencerna dengan baik apa yang mereka dengar dari peringatan-peringatan Alloh swt itu dan disalah pahami, tidak dimengerti, dll sehingga tidak bermakna peringatan-peringatan Alloh swt itu bagi mereka dan ditolak, diabaikan oleh mereka. Mereka punya penglihatan (/pandangan) (yakni mata, a’•yu•nun) tapi tidak bisa melihat (/memandang) dengan benar peringatan-peringatan Alloh swt karena ada tutupan (/selubung) pada penglihatan mereka itu sehingga peringatan-peringatan Alloh swt itu disalah pahami, tidak dimengerti, dll yang menghasilkan penolakan, pengabaian oleh mereka. Seperti yang telah digambarkan sifat-sifat mereka dalam QS 7 ayat 179.

Siapa di antara mereka orang-orang kafir (orang-orang yang tidak beriman, tidak percaya kepada Alloh swt) itu ? Yakni seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Fir’aun, Nimrod, dll semua penentang dakwah para Nabi dan Rosul yang diutus Alloh swt (dari Adam as hingga Muhammad saw).

Jadi orang kafir itu hati(/akal)-nya tertutup, artinya mereka tidak bisa memehami sesuatu (misal kalam Alloh swt) dengan benar sehingga jauh dari petunjuk Alloh swt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun