QS 2 ayat 4, lafalnya, “ wal ladzina yu’minuna bima unzila ilaika wa ma unzila min qoblika wa bil akhiroti hum yuqinun “, artinya, “ dan (orang yang bertaqwa itu adalah) (mereka, orang-orang) yang beriman dengan apa (yang) diturunkan kepada engkau (wahai Muhammad saw) (yakni Al-Qur’an ini) dan (mereka beriman pula dengan) apa (yang) diturunkan sebelum engkau (wahai Muhammad saw) (yakni Injil, Taurot, Zabur, Suhuf-suhuf, dll) dan mereka yakin dengan (adanya kehidupan) akherat. “
Ayat ini berupa suatu kalam (dalam bahasa Arab). Kalam itu adalah kalimat, susunan kata yang memiliki arti dan makna. Bentuk dari kalam ini adalah suatu penjelasan, yang menjelaskan ciri atau sifat dari kata al-muttaqin yang ada dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 2). Kalam ini bila dilafalkan, diucapkan maka jadilah dia ucapan, perkataan, sabda, firman (al-qoul). Karena kalam ini dari segi asal, berasal dari Alloh swt, dan dari segi yang membuat, yang mebuat adalah Alloh swt, maka wajar saja jika dikatakan sebagai kalam Alloh swt, dan ketika dilafalkan, diucapkan, dikatakan maka menjadilah dia sebagai perkataan (al-qoul) Alloh swt.
Kalimat “ wal ladzina yu’minuna bima unzila ilaika”, terdiri dari
huruf athof “wa” yang maknanya “dan”,
isim maushul (kata sambung untuk laki-laki jamak) “alladzina” yang tersambung dengan kata sebelumnya (dalam QS 2 ayat 2), yakni al-muttaqin, yang maknanya “yang” (untuk laki-laki jamak),
fi’il mudhori “yu’minuna” yang kemasukan dhomir jama’ mudzakkar ghoib (kata ganti orang ketiga laki-laki jamak), hum, yang maknanya “mereka” (laki-laki), sehingga “yu’minuna” maknanya “(mereka) beriman, percaya, mempercayai”,
harfun “ba’” yang maknanya “dengan”,
isim maushul “ma” yang maknanya “apa (yang)”,
fi’il madhi ghoiru muta’addi (kata kerja bentuk lampau yang tidak membutuhkan obyek) “ unzila” yang maknanya “diturunkan”,
dan frasa “ilaika” yang terdiri dari jar-majrur, harfun jarnya adalah “ila” yang maknanya “kepada” dan majrurnya adalah “anta” (dhomir mufrodmudzakkar mukhothob atau kata ganti orang kedua tunggal) yang dalam bentuk jarnya menjadi “ka” dan yang dimaksud dengan “anta” adalah Muhammad saw sebagai pihak yang menerima wahyu dari Alloh swt (yakni Al-Qur’an ini). Jadi kalimat ini maknanya adalah “ dan (orang yang bertaqwa, al-muttaqin, itu adalah) (mereka orang-orang) yang beriman dengan apa (yang) diturunkan kepada engkau (wahai Muhammad saw) (yakni Al-Qur’an)”.
Kalimat “ wa ma unzila min qoblika “, terdiri dari
harfun athof “wa” yang maknanya “dan”,
isim maushul “ma” yang maknanya “apa (yang)”,
fi’il madhi ghoiru muta’addi “unzila” yang maknanya “diturunkan”,
harfun jar “min” yang maknanya “dari” atau dalam kantek ayat ini bisa diabaikan yang menjarkan kata “qoblu” dalam frasa “qoblika”,
dan frasa “qoblika” terdiri dari mudhof “qoblu” yang maknanya “sebelum” dan mudhof ilaih “anta” yang dalam bentuk jarnya menjadi “ka” yang maknanya “engkau”, dan yang dimaksud dengan “anta” adalah Muhammad saw sebagai pihak yang menerima wahyu Al-Qur’an ini. Jadi kalimat ini maknanya adalah “ dan (al-muttaqun, orang-orang yang bertaqwa, itu adalah mereka yang beriman) (dengan) apa (yang) diturunkan sebelum engkau (wahai Muhammad saw) (yakni Injil, Taurot, Zabur, Suhuf-suhuf, dll)”.
Tapi apakah Muhammad saw tahu bentuk fisik kitab Injil, Taurot, Zabur, dll itu? Tidak ada riwayat yang menjelaskan hal ini. Ini artinya untuk beriman dengan kitab-kitab sebelum Al-Qur’an tidak harus tahu dan melihat sendiri kitab-kitab tersebut. Cukupdengan mempercayai adanya kitab-kitab tersebut yang telah dijelaskan adanya dalam Al-Qur’an. Dan tentu yang pertama kali beriman dengan Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya adalah Muhammad saw sendiri kemudian diikuti oleh para sahabatnya ra.
Kalimat “ wa bil akhiroti hum yuqinun “, terdiri dari
harfun athof“wa” yang maknanya “dan”,
harfun jar “ba’” yang maknanya “dengan”,
isim “al-akhirotu” yang maknanya “akherat” dan yang dimaksud dengan akherat adalah “yaumul akhir” yakni suatu hari, masa, periode yang dimulai dari hancurnya seluruh langit-langit dan bumi lalu dibangkitnya manusia dari kematian lalu dihisap, ditimbang dan dibalasnya seluruh amal manusia ketika di dunia lalu dimasukkan ke surga atau neraka dan mereka kekal disana,
isim dhomir jam’i mudzakkar ghoib (atau kata ganti orng ketiga jamak) “hum” yang maknanya “mereka”,
fi’il mudhori “ yuqinun “ dengan huruf mudhoro’ah ya dan wawunya itudhomir yang semakna dengan “hum” (dhomir jam’i mudzakkar ghoib atau kata ganti orang ketiga jamak) yang maknanya “mereka”, jadi “yuqinun” maknanya “(mereka) yakin”,
jadi secara keseluruhan makna kalimat ini adalah “ dan mereka yakin dengan (adanya kehidupan) akherat “
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H