Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Agar Sehat, Berkompromilah dengan Kegagalan

13 Juni 2019   11:17 Diperbarui: 13 Juni 2019   11:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam hidup, orang pasti berfikir ingin sukses. Sayangnya sang hidup seringkali memberi gagal. Orang tidak akan pernah merasakan arti dan nilai sukses sebelum merasakan derita gagal. Dalam hal apapun. Entah itu pendidikan, karir, rumah tangga ataupun berusaha. 

Banyak orang yang dalam fase kehidupannya dianggap sukses menjulang tinggi, sebenarnya pernah mengalami banyak kegagalan dan merasakan keterpurukan bahkan hingga titik nadir. 

Hanya biasanya mereka yang sukses itu adalah dia yang tidak menyerah dengan kegagalan. Bahkan dia mau berkompromi dengan kegagalan dan menjadikan kegagalan itu sebagai titik lompatan untuk bangkit dan terus melangkah.

Seringkali orang yang ditimpa kegagalan merasakan beban dan masalah yang begitu berat dan menumpuk. Dunia seakan berhenti berputar. Hidupnya serasa gelap. Ketika seseorang dalam berusahanya gagal, dia ditipu, bangkrut dan menyisakan banyak hutang yang harus di bereskan. 

Dikejar penagih dan ludes pula segala asset yang dimiliki. Seorang yang menginginkan masuk kuliah ke perguruan tinggi favorit dalam testnya gagal, merasa kecewa dan mengurung diri, Seorang suami atau istri menjalani rumah tangga belasan bahkan puluhan tahun, karena ada satu dan lain hal sebagai pemicu harus berpisah maka serasa kiamat hidup. 

Seseorang yang berjuang mengejar jabatan melalui pemilihan baik jadi presiden, gubernur, bupati atau anggota DPR sudah banyak mengeluarkan uang, sudah melakukan ikhtiar konsolidasi habis-habisan tapi gagal dan tidak terpilih, merasa hidupnya seakan berhenti, hilang semangatnya dan lalu marah-marah.

Reaksi tubuh secara fisik dan mental dalam menghadapi kondisi kehidupan entah itu sukses atau gagal sebenarnya akan menentukan sehat tidaknya kita menjalani hidup. Jika kita sukses, tapi penyikapan diri kita malah dominan lupa diri, sombong dan berlebihan akan mengakibatkan kegagalan juga pada akhirnya. 

Jika kita gagal lalu penyikapan kita juga diliputi ekspresi-ekspresi negatif seperti murung, putus asa, marah-marah bahkan lebih jauhnya melakukan aksi-aksi negatif yang merugikan diri sendiri atau orang lain justru malah semakin membuat kita terpuruk dan hancur.

Maka, agar kita sehat, kita harus berkompromi dengan segala situasi dengan baik. Terutama berkompromi dengan kegagalan. Mental kita harus menyediakan ruang kesiapan jika datang masa sukses dan situasi gagal dengan positif respon yang meliputi hati dan pikiran kita. 

Menerima kegagalan dengan kelapangan dada, dengan pikiran dan hati yang jernih dan tak larut dalam suasana kekecewaan yang berkepanjangan akan membuat mental kita sehat dan jernih mengevaluasi diri dan kembali melangkah kedepan.

Berkompromi dengan kegagalan adalah cara kita menjaga sehat dan bugarnya fisik, hati dan pikiran kita. Berkompromi dengan kegagalan adalah tangga untuk kembali bangkit dan melesat dengan ribuan langkah perbaikan kedepan. 

Berkompromi dengan kegagalan adalah satu bentuk keluhuran spiritualitas, bahwa Sekuat apapun keinginan, harapan dan cita-cita kita tak akan mampu melawan takdir Sang Khalik " Sawaabiqul Himaam Laa tahruku aswaaral aqdar" begitu kata Ibnu Athoilah dalam Kitab Hik nya. 

Oleh karena itulah, otrang dengan keyakinan dan keimanan seperti itu akan menyikapi hidup dengan 2 kunci utama. syukur saat diberi sukses, Sabar ketika gagal menghampiri. Selebihnya payungi dengan Tawakkal Kepada sang penguasa kehidupan hakiki. Faidzaa azzamta Fatawakkal 'Ala Alloh....Semoga Sehat Lahir Bathin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun