Menjelang pemilu legislatif 2014 nanti lalu dilanjutkan dengan Pilpres, rakyat kembali harus memilih. Hiruk pikuk politik di tahun 2014 itu akan begitu massif, karena akan terjadi pertarungan politik dari sekian banyak partai politik berikut para calegnya di berbagai tingkatan. Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Maka tak salah jika pemilu sering dianggap sebagai pesta demokrasi.
Namun demikian, patut kiranya rakyat Indonesia untuk mempergunakan kedaulatan sejati yang dimilikinya. jangan mau terus dibohongi dan dibodohi oleh perilaku politik para elit-elit parpol menjelang pemilu. Saatnya rakyat mempergunakan kekuasaan yang dimilikinya, yaitu memberikan hadiah/penghargaan dan hukuman (reward and punishment) bagi parpol dan elit-elitnya.
Banyak elit parpol yang menjadi anggota DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI ketika awal mula pencalonan begitu ramahnya, mau terjun dan bertemu rakyatnya, begitu murah hati mau berbagi. Tapi saat terpilih dan menjadi anggota legislatif, mereka seakan melupakan rakyatnya. Mereka menjadi sombong dan angkuh dengan gaya dan tingkah sok pejabat, naik mobil sudah tak mau menurunkan kaca mobilnya yang gelap pekat meskipun ada rakyat yang harus disapanya.
Handphone nya seakan menjadi hantu, sehingga sulit menjawab telepon atau sekedar SMS. Di datangi ke rumahnya pun selalu menutup pintu dengan pagar selalu terkunci, jangankan terjun ke lapangan menemui rakyat, rakyat yang mendatanginya pun sangat sulit untuk menemuinya. Dia belaga sok sibuk dengan berbagai agendanya. Selama 5 tahun tak ada kemanfaatan bagi masyarakat yang telah memilih dia. Lep buleneng teuaya dikieuna kalau istilah daerah Sunda.
Jika kita menemukan sosok politisi seperti itu, maka jika menjelang pemilu 2014 nanti mereka mendadak datang lagi, mendadak ramah lagi, mendadak malah menelpon kita lagi, mendadak murah hati, maka sambutlah kembali mereka, puja-pujilah mereka, sambutlah dengan kesantunan dan keramahan rakyat, manfaatkanlah kemurahan hati mereka bagi kepentingan umum. Tapi saat 5 menit di TPS, hilangkanlah bayangan wajah dia dari kita, Janganlah Pilih Dia lagi. Disanalah saatnya Kita sebagai rakyat menghukumnya.
Kita memberikan "Punishment" atau hukuman politik bagi politisi yang memiliki karakter kacang lupa akan kulitnya. Politisi yang sombong, arogan, dan sok pejabat, politisi dan parpol yang banyak mengkorup uang rakyat untuk kepentingan diri dan kelompoknya semata, jangan sekali-kali dipilih kembali oleh masyarakat.
Tapi jika ada politisi yang semenjak awal datang dan hadir di tengah-tengah masyarakat dengan segala empatynya, keramahannya, kepedulian dan komitmennya untuk bersama-sama masyarakat membangun daerahnya, membela dan memfasilitasi kepentingan-kepentingan rakyat, tanpa menggunakan politik uang yang recehan, tanpa membeli suara rakyat dengan harga 20 ribu atau kaus "carang" harga 5 ribunya.
Lalu ketika dia terpilih tetap menjaga hubungan baik dengan rakyat dibawah, tak bergaya sok pejabat, tetap ramah dan tetap mau bertegur sapa dan berkumpul hadir bersama rakyat, memperhatikan aspirasi-aspirasi mereka. Maka jika 2014 nanti dia datang lagi, maka disanalah kearifan dan kemurnian hati rakyat harus ditegakkan. Senyum keramahan dan kehangatan rakyat yang hakiki menjadi fenomena menyatunya rakyat dengan yang diwakilinya.
Rakyat harus berbondong-bondong dengan suka cita memilih dia kembali, dengan segala penghormatan dan kehormatan. Politisi dengan model seperti itu harus diberikan penghargaan dan hadiah oleh rakyat. Agar dia terus berjuang membela rakyatnya, mewakili rakyatnya agar keinginan, harapan dan aspirasi rakyat diteriakkan selantang-lantangnya di gedung rakyat.
Kesimpulannya, Politisi dan Parpol yang munafik, yang telah mengecewakan rakyat, menyengsarakan rakyat, banyak menguras uang rakyat---------------Saatnya ke pinggir. Rakyat harus menghukumnya dengan tidak memilihnya lagi.
Politisi dan parpol yang masih membela rakyat, tak korup, baik hati dan membela rakyatnya, yang selalu dekat dengan rakyatnya, berilah mereka kesempatan kembali untuk duduk kembali menjadi wakil kita.