Dalam tulisan sebelumnya saya menayangkan seputar unek-unek tentang virus negatif dari pemudik dari kampung saya dengan pesta kembang api dan urusan mirasnya. Tulisan ini akan mengungkap sisi lainnya yang mungkin ini bisa dikatakan sisi positifnya.
Sebagai pembina pemuda di kampung, siang kemarin saya kedatangan beberapa pemuda termasuk ketuanya, menyampaikan bahwa malamnya akan dilaksanakan pertemuan tahunan pemuda, yang didalamnya akan membahas seputar uang kas pemuda yang merupakan simpan pinjam wajib pemuda. Yang biasa dibuka setiap hari kedua lebaran.
Saya manfaatkan pertemuan tahunan pemuda di kampung saya yang jumlahnya mencapai 100 orang lebih itu dengan mengontak seorang kawan polisi di polsek Jamanis, agar bisa datang dan memberikan pembinaan kepada para pemuda di kampung saya seputar hal-hal yang rawan terjadi di kalangan pemuda, seperti perjudian, miras, narkoba, pencurian, praktik asusila. Apalagi sebelumnya ada peristiwa yang membuat saya gemes bukan kepalang, sebagaimana saya muat di tulisan sebelum ini.
Alhamdulillah dua orang polisi dari polsek dan seorang polisi desa hadir, memberikan penyuluhan hukum dan antisipasi agar tidak terjadi hal-hal negatif di kalangan pemuda. Penyampaian dari pihak kepolisian cukup konstruktif sekali memberikan pencerahan dan sedikit shock therapy menyangkut dampak dari tindak pelanggaran hukum. Saya juga menyampaikan pembinaan dari aspek sosial, psikologis, dan spiritual agar mereka sayang terhadap diri, keluarga dan masyarakat serta nama baik kampung halaman.
Selesai acara pembinaan, tiba buka kas pemuda. Seingat saya dulu kas pemuda hanyalah sebesar Rp. 125.000,-. Kini angkanya mencapai 12 juta an lebih. Ada tradisi di kampung saya, dan dibeberapa kampung didaerah saya, para pemuda, baik yang bekerja di kampung maupun yang merantau ke kota, awalnya mengumpulkan iuran wajib sebesar 5000-10.000, lalu uang itu dipinjam wajibkan kepada seluruh anggota secara merata. Menjelang lebaran uang pinjaman itu ditarik semua dan disertai infak dengan jumlah yang ditentukan.
Pada saat sudah terkumpul semuanya, pemuda dikumpulkan lagi pada malam di hari kedua lebaran. Lalu disampaikan laporan posisi keuangan dan jumlah kas yang ada, lalu disepakati untuk dipinjam wajibkan semua sampai habis kepada seluruh pemuda, tentu dengan nilai yang terus meningkat setiap tahunnya.
Tahun ini semua pemuda yang sudah menjadi anggota lama mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 200.000 per orang. sementara pemuda baru usia SMA diberi pinjaman Rp. 50.000. Pinjaman itu harus dikembalikan lebaran tahun depan dengan ditambah infak sebesar 20.000.
Dengan pola itu setiap tahun kas pemuda terus bertambah. Seingat saya, dari awal sejumlah 125.000 terus meningkat menjadi 1 jt lebih, tahun berikutnya bertambah lagi, hingga kini jumlahnya mencapai angka 12 Jt. Sebuah pencapaian yang lumayan menurut saya, karena nilai itu setelah dialokasikan untuk kegiatan pemuda setiap lebaran seperti "ngobyag balong" atau panjat pinang serta perlombaan buat anak-anak di kampung.
Cara melipatgandakan kas ala pemuda kampung ini memang cukup simple, dari iuran wajib, wajib pinjam, dan saat mau dikumpulkan ditambah dengan infak. Di tetangga kampung saya, ada uang kas pemuda yang pinjaman untuk anggotanya sudah mencapai Rp. 800.000 per orang. Dengan nilai kas mencapai puluhan juta rupiah. dari sisi ini, uang pinjaman kas itu memang sedikit membantu bagi para pemuda yang pulang mudik untuk ongkos kembali ke rantau atau menambah sedikit modal bagi yang pergi merantau ke kota bergerak di sektor informal, seperti jualan gorengan atau makanan lainnya.
Dari sisi mekanisme ketaatan pengembalian pinjaman mereka memiliki kedisiplinan yang tinggi, karena di kalangan pemuda, petugas menagih ke rumah-rumah dengan bergerombol, selain itu ada rasa malu juga ketika kumpulan pemuda diketahui belum bayar pinjamannya. Sehingga rata-rata semua mengembalikan pinjaman plus infaknya dengan tepat waktu sampai malam pembukaan kas pemuda.
Itulah sisi lain tradisi melipatgandakan kas pemuda yang terjadi dan dilaksanakan di kampung saya, paling tidak sisi inilah yang masih memiliki nilai positif bagi pemuda kampung baik yang merantau maupun yang bekerja di daerah. Dan kedepan semoga saja mampu lebih dikembangkan dengan aktifitas ekonomi yang lebih produktif dalam hal pengembangan potensi ekonomi yang ada di daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H