Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foke Merubah Strategi dan Menunggangi Ramadhan ?

30 Juli 2012   11:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI Jakarta yang masuk 2 putaran menjadi wacana yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Ketika Pelaksanaan pemungutan suara dilakukan tanggal 11 Juli 2012 kemarin, hasilnya memutarbalikan berbagi prediksi termasuk hasil-hasil survei yang dilakukan oleh berbagi lembaga survei. Pasangan Foke-Nara yang selama ini diunggulkan dan mengkampanyekan menang satu putaran, ternyata kalah oleh pasangan Jokowi-Ahok dengan angka 34 % berbanding 42 %.  Lalu Pilkada putaran kedua pun direncanakan akan di gelar pada tanggal 20 September yang akan datang.

Dua bulan menuju hari-H pencoblosan, sepertinya dimanfaatkan betul oleh pasangan Foke-Nara berikut semua tim suksesnya. Mereka mengevaluasi semua hal yang dianggap menjadi faktor kekalahan Foke-Nara di putaran pertama.

Kini Foke-Nara merubah semua bacaan dan pemetaan basis massa pemilih di Jakarta. Pasangan kandidatnya di poles supaya tampil ke publik dengan gaya yang berbeda. Jika selama ini Foke cenderung kaku, elitis, terkesan arogan dan selalu bernada tinggi (emosional) kalau berbicara dengan media, kini dia menjadi sosok yang manis layaknya a good guys. Tadinya menyepelekan bertemu langsung dengan masyarakat kini rajin sekali. Sekarang jadi terkesan merakyat daripada sebelumnya.

Sebagai seorang Gubernur DKI Jakarta yang masih menjabat (incumbent), datangnya bulan suci ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi Foke-Nara. Sebulan ini belia bisa leluasa "menunggangi" Ramadhan dengan cara berkeliling dari mesjid ke mesjid, menghadiri buka puasa bersama atau taraweh keliling, membagikan bantuan ini itu yang berhubungan khas dengan charity di bulan Ramadhan.

Terlepas dari bagaimana idealitas kita beribadah dan mengisi hari-hari di bulan Ramadhan, karena event politik Pilkada yang dihadapinya, politisasi kegiatan ibadah ramadhan tak bisa dihindari. Kalangan agamawan, baik itu para ulama, ustadz di konsolidir melalui momentum Ramadhan ini, untuk bisa bersuara dari mimbar ke mimbar, baik judulnya kultum tarawih, kultum buka puasa bersama, hingga kegiatan kuliah shubuh misalnya. Apakah itu salah? Dari kacamata politik sah-sah saja. Karena target utamanya adalah bagaimana memenangkan pertarungan. jadi segala cara harus di tempuh.

Jika Foke diuntungkan secara finansial dengan berbagai bantuan yang bersumberkan dari APBD yang penyalurannya memang tepat pada momentum kegiatan kemasyarakatan Ramadhan, ya itulah fakta karena dia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Apakah program berbaginya itu linear dengan dukungan suaranya nanti di bilik suara, tentu hasil akhirlah yang akan membuktikannya nanti.

Yang menarik untuk dicermati adalah perubahan strategi dalam memoles kandidat dan melawan derasnya kekuatan opini di media mainstream maupun media sosial. Mereka sepertinya sadar betul bahwa warga Jakarta sangat melek informasi, memiliki ketajaman analisis terhadap siapa kandidatnya yang pantas memimpin Jakarta. Mereka sudah sangat independen dan mandiri dalam menentukan pilihannya. Hal itu memang wajar saja karena warga Jakarta sudah pada cerdas dan melek politik.

Jika langkah-langkah strategi yang diambil Foke dan tim suksesnya tepat boleh jadi mereka akan memenangkan pertarungan pada putaran kedua nanti, tapi jika malah membuat banyak blunder, maka kemenangan Jokowi-Ahok hanya tinggal menunggu waktu saja.

Ada baiknya warga Jakarta memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk benar-benar berdo'a dan merenungi, menimbang-nimbang, siapa pemimpin yang pantas dipilihnya nanti. Karena jika saja salah menentukan pilihan, 5 tahun ke depan, Jakarta hanya akan berada dalam kubangan kejumudan. Silahkan memilih yang bekerja dengan pengalaman, atau memilih demi perubahan. Pilihannya tinggal dua saja. Itu kesan umum yang selama ini muncul ke permukaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun