Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Makna Kebahagiaan Sesungguhnya

27 Juli 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 8133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*foto. http://umustlucky.blogspot.com

Saya mendapatkan message di inbox dari salah seorang Kompasianers, La Rosa namanya, beliau meminta bantuan kepada saya akan definisi kebahagiaan dan kenapa orang tidak bahagia, pertanyaan itu diwujudkan dalam bentuk tulisan di kompasiana, ini linknya http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/07/27/apa-itu-kebahagian-kenapa-orang-tidak-bahagia/ Beberapa kompasianers memberikan tanggapan dalam komentar tulisan tersebut, rata-rata berpendapat harus disepakati dulu makna apa itu kebahagiaan? Dan sepakat bahwa kebahagiaan itu merupakan hal yang subyektif, bergantung bagaimana masing-masing orang memaknai dan merasakannya. Tapi sebenarnya pengertian dan pemahaman tentang bahagia dan kebahagiaan itu ada dasar philosofis dan keilmuannya. Dan yang paling utama, kita harus meyakini bahwa yang paling mengerti tentang makna kebahagiaan seorang manusia adalah DIA yang menciptakan kita. Tuhan Yang Maha Esa dan utusannya yang diberikan cahaya ilmu melalui wahyu. Namun sebelumnya penting untuk dijawab dulu dua pertanyaan " Untuk apa kita hidup ?" dan "Mengapa kita hidup ?". Jika kita benar menjawab dan memahami kedua pertanyaan itu, maka kita akan benar menjalani kehidupan dan akan bertemu dengan apa itu kebahagiaan sejati. Apakah kita hidup hanya sekedar mencari makan, hidup sekedar untuk hidup, bekerja sekedar untuk bekerja, hanya mencari materi duniawi, uang yang banyak, kendaraan mewah, rumah bak istana dengan jumlah yang banyak, istri cantik ? Jika kita hidup sekedar untuk hidup babi di hutan juga hidup, kalau  bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja, begitu Buya Hamka berbicara. banyak orang yang sangat berlimpah secara materi, memiliki jabatan tinggi, harta yang berlimpah, suami yang ganteng, istri yang cantik seakan serba serasi dan terlihat seolah-0lah bahagia, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang hatinya kosong, kering dan gersang. Semua harta yang mereka miliki tak mampu membuat mereka bahagia, itu disebabkan karena mereka salah menentukan tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang benar mestilah dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu, korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan,  dan memberi manfaat kepada orang banyak. Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA,  dan menjadikan dirinya sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir. Orang yang sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya dengan tangannya sendiri tanpa ada peran "tangan Tuhan" dan juga manusia yang lainnya. Dia juga tak akan mungkin berfikir hidup untuk hidup semata, tapi dia akan berfikir untuk meraih hidup di dunia demi kehidupan yang kekal abadi nanti di akhirat. Itulah makna do'a "sapu jagat" yang selama ini oleh seorang muslim sering di baca " Rabbanaa Aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa kinaa adzaaban naar". Substansi pokoknya adalah terciptanya  "hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat" baik keadaan hidupnya di dunia dan baik pula keadaan hidupnya kelak di akhirat. Dengan memahami philosofi hidup tadi itulah, maka kita akan sampai pada makna kebahagiaan yang sesungguhnya, dan jika terjadi situasi ketidakbahagiaan maka hal itu semata-mata karena terdapatnya situasi yang sebaliknya dalam pandangan, dan perilaku kehidupan sehar-harinya itu. Kita lihat makna bahagia menurut Al-Qur'an " Qad Aflaha man tajakka, wa dzakarasma rabbihi fashalla", pasti bahagia orang yang membersihkan (diri, hati, harta), yang selalu mengingat Tuhannya, lalu dia shalat.

Dalam kitab Mukhtaaral Hadist Rasulullah SAW berkata " Kebahagiaan yg paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah. {HR. Ad-Dailami dan Al Qodho’i}

Dalam hadistnya yang lain, Rasulullah juga menunjukan ciri bahagianya seseorang. "Empat perkara yang merupakan kebahagian dari seseorang, yaitu: mempunyai isteri yang shalehah, mempunyai anak yang berbakti, mempunyai teman yang shaleh dan mencari rizki di negerinya sendiri (HR. Dailami dari Ali ra)

Diriwayatkan dari Ali ra. : kami mengikuti upacara pemakaman di Baqi Al Gharqad. Nabi Muhammad Saw mendatangi kami dan duduk, kami pun duduk mengelilinginya. Nabi Muhammad Saw menggenggam tongkat kecil di tangannya, membungkukkan kepalanya dan mulai menggoresi tanah dengan tongkat itu. Kemudian Nabi Muhammad Saw bersabda, “tiada seorang pun diantara kalian, maupun setiap orang yang diciptakan, kecuali memiliki sebuah tempat, di surga ataukah di neraka, yang telah ditetapkan untuknya. Dan telah diputuskan untuknya apakah ia akan berada di antara mereka yang berbahagia (sa’idah) atau berada di antara mereka yang celaka (syaqiy-yah)”. Seorang lelaki berkata, “ya Rasulullah Saw, dapatkah kami bergantung kepada apa yang telah dituliskan untuk kami dan meninggalkan perbuatan-perbuatan (amal), begitu pula orang-orang yang berbahagia di antara kami akan mengerjakan perbuatan-perbuatan orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di antara kami akan mengerjakan perbuatan-perbuatan orang yang celaka diantara kami?” Nabi Muhammad Saw bersabda, “perbuatan-perbuatan baik akan melapangkan jalan bagi kebahagiaan dan perbuatan-perbutan buruk akan melapangkan jalan bagi ketidakberuntungan.” Kemudian Nabi Muhammad Saw membacakan ayat-ayat suci berikut : maka siapa yang (suka) memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta membenarkan adanya pahala yang terbaik, kami sungguh memudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan. (QS Al Lail [92] 5-7).

Jika melihat penjelasan-penjelasan tersbut, maka kita sebenarnya akan mampu melihat manusia itu kedalam 4 golongan : Pertama, Manusia yang termasuk "Sa'iidun fiddunyaa wa sa'iidun fil akhirat" orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat itulah karakter orang yang menemukan 'hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat". jabatan tinggi, harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi kemanfaatan terhadap sesama. Kedua, Manusia yang termasuk "Sa'iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat" orang yang "bahagia" hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan akhiratnya. Sengaja saya kasih tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaaan yang dimaksud disana sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan materi, tapi dia jauh dari Tuhannya, tak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia Ketiga, Manusia yang termasuk "Saqiyyun fiddunya, Wa Sa'iidun fil aakhirat" orang yang tidak bahagia/sengsara hidup di dunianya, tapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam serba kekurangan, tidak bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin papa, tapi dia rajin beribadah kepada Allah, memiliki perangai baik dalam menjalani kehidupan, menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama manusia, banyak memberi manfaat dengan apapun yang dimilikinya. Keempat, manusia yang tergolong " saqiyyun Fiddunya wa Saqiyyun fil akhirat" orang yang tak bahagia di dunia dan tak bahagia juga hidupnya di akherat kelak. Inilah paling sengsara dan celakanya manusia. Dia hidup miskin, serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang musuhan mulu, jika meninggal, dalam kehidupan akhirat kelak pasti akan lebih celaka. "Aku benci orang kaya yang sombong, tapi aku lebih benci orang miskin yang sombong" begitu kata Rasulullah SAW. Tulisan ini tak berpretensi mampu menjawab pertanyaan sahabat kompasianers La Rose tadi, tapi setidaknya memberikan sedikit gambaran, apa itu kebahagiaan dan mengapa orang tidak bahagia..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun